Langganan

Potret Politik Dinasti di Sragen

by Nugroho Meidinata  - Espos.id Solopos  -  Selasa, 10 September 2024 - 09:32 WIB

ESPOS.ID - Ilustrasi politik dinasti. (Freepik)

Esposin, SRAGEN – Didampingi masing-masing istri yang mengenakan pakaian serba putih, Untung Wibowo Sukawati-Suwardi menunggangi delman menuju kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sragen, Jawa Tengah. Bowo dan Suwardi diantar oleh pengurus partai pengusungnya yakni PDIP, Partai NasDem, Partai Demokrat, dan Partai Gerindra untuk mendaftar calon bupati-wakil bupati Sragen 2024. 

“Kita bikin Pilkada riang gembira, Pilkada penuh kesenangan. Dan masyarakat yang memberikan suaranya dengan aman dan tertib serta kondusif,” kata Bowo di Kantor KPU Sragen, Kamis, 29 Agustus 2024.

Advertisement

Bowo-Suwardi akan melawan pasangan Sigit Pamungkas-Suroto yang mendaftar ke KPU sehari sebelumnya. Lawan Bowo-Suwardi itu diusung oleh 14 partai politik parlemen maupun non-parlemen.


Meski diusung koalisi partai yang lebih sedikit, Bowo, anggota DPRD Jawa Tengah Fraksi PDIP 2019-2024 diperhitungkan di catur perpolitikan Sragen. Dia merupakan adik Bupati Sragen dua periode 2016-2021 dan 2021-2024, Kusdinar Untung Yuni Sukowati. Ayah mereka, Untung Wiyono, juga merupakan Bupati Sragen periode 2001-2011. Jika Bowo terpilih dalam kontestasi Pilkada 2024 ini, dinasti politik keluarga Untung Wiyono yang sudah berjalan 20 tahun di Sragen bakal berlanjut.

Selama dinasti Untung Wiyono berkuasa di Sragen, terdapat catatan-catatan yang menjadi perhatian publik. Untung Wiyono ketika menjabat sebagai Bupati Sragen terbukti melakukan tindak pidana korupsi kas daerah Kabupaten Sragen 2003-2010. Dia divonis tujuh tahun penjara berdasarkan putusan kasasi Mahkamah Agung (MA) pada September 2012. Untung Wiyono juga dikenakan denda uang senilai Rp200 juta serta membayar uang pengganti kerugian keuangan negara Rp11 miliar.

Kasus itu ternyata tidak memengaruhi masyarakat terhadap tingkat kepemilihan di Pilkada Sragen pada tahun-tahun selanjutnya. Hal ini terbukti ketika sang putri, Kusdinar Untung Yuni Sukowati (48), maju sebagai Calon Bupati Sragen pada 2016 berhasil menang dan memimpin Bumi Sukowati selama dua periode.

Advertisement

Pengamat Politik Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Agus Riewanto menilai masyarakat Sragen masih mempertimbangkan kebaikan dan sosial trah Untung dibandingkan dengan kasus korupsi yang pernah menjerat Untung Wiyono.

Selain korupsi, anak tidak di sekolah di Sragen pada 2022 berjumlah 1.145 orang yang tersebar di 20 kecamatan. Faktor penyebab anak tidak sekolah beragam, mulai dari keterbatasan ekonomi, nikah di usia anak, bekerja di usia anak, kondisi fisik yang disabilitas, dan lainnya.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) Sragen, Aris Tri Hartanto mengatakan seribuan anak tidak sekolah itu mulai dari jenjang usia SD hingga SMA. Mereka terdiri atas anak yang tidak sekolah sama sekali, anak yang lulus sekolah (SD/SMP) tetapi tidak melanjutkan, dan anak yang putus sekolah.

Tak hanya soal pendidikan, masalah stunting juga masih menjadi PR besar bagi Sragen. Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 disebutkan angka stunting di Sragen meningkat dari 18,8% pada 2021 menjadi 24,3% padaa 2022. Angka tersebut terbilang cukup tinggi dibandingkan dengan angka stunting di Jawa Tengah, yakni 20%. 

Untuk mengatasi permasalahan itu, Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati telah mengadakan kegiatan Rembug Stunting yang dilakukan oleh Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS). Meski stunting tinggi, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sragen tiap tahun mengalami kenaikan dari 2021 hingga 2023.

Pada 2023, IPM Sragen berada pada angka 75.10 dan berada di atas IPM Jateng, 73,39. Dibandingkan sebelum trah Untung menjabat, yakni di era Bupati Agus Fatchur Rahman pada 2011-2016, IPM Sragen tertinggi terjadi pada 2016, yakni di angka 71.10.  

Advertisement

Dengan berbagai PR itu, Sragen di bawah kepemimpinan Kusdinar Untung Yuni Sukowati juga memperoleh berbagai macam penghargaan. Bahkan, Sragen juga pernah memperoleh penghargaan Peringkat III Nasional - Indeks Monitoring Center for Prevention (MICP) 2022 dengan nilai 98,37 dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Pemkab Sragen juga pernah memperoleh Penghargaan Koordinasi dan Supervisi Pemberantasan Korupsi 2023 dari KPK.

Selain itu, 13 sekolah di Sragen juga pernah memperoleh enghargaan Adiwiyata Mandiri dan Nasional Tahun 2023 dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2023. Di bawah nahkoda Yuni, Sragen juga berhasil mendapatkan penghargaan sebagai Kabupaten Layak Anak (KLA) kategori utama. Bahkan, Sragen menjadi satu-satunya kabupaten di Jawa Tengah yang menyandang KLA tingkat utama.

2 Dekade Peta Politik Sragen


Selama dua dekade, perpolitikan Sragen begitu dinamis. Pada 2001-2011, Untung Wiyono menjadi Bupati Sragen selama dua periode. Di Pilkada 2011, salah satu putrinya, Kusdinar Untung Yuni Sukowati maju sebagai cabup berpasangan dengan Darmawan Minto Basuki. Namun, pasangan tersebut gagal memenangi Pilkada 2011. 

Pada saat itu, yang berhasil menjadi Bupati Sragen adalah Agus Fatchur Rahman dan Daryono yang memimpin Bumi Sukowati selama satu periode hingga 2016. Di periode selanjutnya, Kusdinar Untung Yuni Sukowati maju kembali sebagai cabup didampingi Dedy Endriyatno pada Pilkada Sragen 2016 dan berhasil menang. Kusdinar Untung Yuni Sukowati juga kembali menang pada Pilkada 2021 saat berpasangan dengan Suroto.

Kemudian di Pilkada 2024, dua anaknya, yakni Untung Wibowo Sukawati dan Untung Wina Sukowati maju sebagai bakal calon bupati Sragen. Dalam proses berikutnya Untung Wina tidak mengantongi tiket untuk ikut kontestasi.

Advertisement

Untung Wibowo mendaftarkan diri maju sebagai bakal Calon Bupati Sragen dari PDIP. Sedangkan sang kakak tiri, Untung Wina Sukowati (40 tahun) mendaftarkan diri melalui Partai Gerindra, Partai Demokrat, dan PKB. Namun, pada Jumat (16/8/2024), perempuan yang biasa disapa Mbak Wina itu juga mendatangi Kantor DPC PDIP Sragen untuk mendaftarkan sebagai bakal calon bupati. Sayangnya, pendaftaran bakal cabup telah ditutup beberapa bulan lalu. 

Menurut Agus Riewanto, Untung Wiyono merupakan figur yang mempunyai modal sosial tinggi. Dia dianggap sebagai sosok yang sering menyapa masyarakat dan murah hati. "Tradisi di kepemimpinan lokal, tokoh di periode tertentu itu dianggap tokoh cukup lama dan penting. Untung Wiyono jadi bupati dua kali terus bisa meneruskan bupati selanjutnya. Dia bisa menyapa masyarakat, sering sedekah, lalu murah hati dan dia aktif dinamika masyarakat," jelas dosen Fakultas Hukum UNS itu kepada Esposin, Jumat (9/8/2024).

Agus menilai agak sulit tokoh politik di Sragen untuk bersaing dengan keluarga Untung Wiyono. "Jadi Pak Untung punya pengaruh di Sragen karena pemimpin lokal yang tidak banyak alternatifnya. Dia punya modal sosial, modal ekonomi sehingga punya pengaruh yang besar. Sehingga agak sulit pemimpin berikutnya tidak dipengaruhi faktor keluarga Untung Wiyono," ujar dia. 

2 Dinasti Untung di Bursa Pilkada Sragen 2024


Untung Wibowo memohon restu kepada sang ayah, Untung Wiyono, yang didampingi Kusdinar Untung Yuni Sukowati saat hendak mendaftarkan diri sebagai bakal calon bupati Sragen di PDIP. (Solopos/Tri Rahayu)

Digdaya Untung Wiyono hingga sekarang masih masih terbilang cukup kuat. Dua anaknya, Untung Wina Sukowati dan Untung Wibowo Sukawati maju di Pilkada 2024. Namun, secara tegas Untung Wiyono hanya memberikan restu kepada salah satu anaknya saja untuk maju di PIlkada Sragen 2024, yakni Untung Wibowo Sukawati. 

Advertisement

Untung Wiyono menyebut pencalonan Wina tidak mendapat izin dan restu darinya. “Kalian nilai sendiri aja, gimana. Kalau berpolitik enggak boleh kayak gitu dong, masak kakaknya jadi, mau saingan sih? Itu kan enggak bagus,” ujar Untung Wiyono, seperti pernah diulas Esposin, beberapa waktu lalu.  

Dia mencontohkan ketika Wina berkeinginan untuk terjun ke dunia politik bisa dimulai menjadi calon legislatif dan bisa ikut ke dalam partai politik (parpol). Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba Untung mendengar keinginan Wina maju untuk berpolitik. “Saya juga pertama tahunya dikasih tahu adik saya, saya tegur. Kalau mau berpolitik, enggak seperti ini. Bukan kami siapkan, keluarga atau orang tua menyiapkan untuk berpolitik di Sragen, bukan itu. Kalau mau berpolitik di Sragen ya boleh-boleh saja, tapi disiapkan dong,” ujarnya.

Dari hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada Juli 2024, terlihat Untung Wibowo lebih unggul ketimbang Untung Wina, dengan mendulang 31,8 persen suara. Sementara Wina hanya memperoleh 13,6 persen suara.

Tidak didukung sang ayah untuk maju sebagai Calon Bupati Sragen, Untung Wina Sukowati secara tegas bukan bagian dari politik dinasti. Baginya, dia adalah kuda hitam yang tidak pernah dipikirkan maupun dikaderisasi oleh keluarganya untuk terjun ke politik. 

Untung Wina Sukowati. (Istimewa)

"Kalau saya secara pribadi saya kan anak Pak Untung Wiyono. Saya tidak memungkiri nama saya terkenal karena ada Untung-nya. Tapi, saya bukan bagian dari politik dinasti karena saya tidak didukung Bapak saya. Saya ibaratnya kuda hitam yang tidak pernah dipikirkan dikaderisasi oleh keluarga saya masuk ke politik," ujar dia kepada Esposin, Senin (12/8/2024). 

Advertisement

Bahkan selama masuk bursa calon Bupati Sragen, dia mengklaim tidak mendapatkan fasilitas sedikit pun dari sang ayah maupun keluarganya karena restu yang dia tidak peroleh dari sang ayah. Dia menyebut selama ini terjun ke masyarakat langsung untuk dekat dengan mereka. 

Dia juga mengaku memanfaatkan media sosial sebagai tempat untuk memperkenalkan diri. Dari situ, dia banyak diundang oleh pengikut maupun pendukungnya untuk hadir di berbagai acara. 

Terkait kritikan yang banyak ditujukan kepada dia soal membangun politik dinasti di Sragen, Wina menyebut politik dinasti sangat mungkin terjadi. Dia menyebut jiwa kepemimpinan dan politik tersebut secara genetik ditularkan oleh sang ayah, meski Untung Wiyono tidak memberikan dukungan kepada dia. Apalagi semenjak kecil, dia tumbuh dari lingkungan politik yang sangat kuat. 

Wina meminta kepada masyarakat untuk tidak melihat negatif soal politik dinasti. Bagi dia, asalkan calonnya berkualitas, tidak masalah. "Yang penting bagi saya politik dinasti jangan serta merta dibilang negatif terus, harus diimbangi dengan kualitas . Kalau misalnya menang menjadi seorang pemimpin, tapi enggak ada mutunya, enggak bisa public speaking, saya enggak setuju politik dinasti. Tapi, kalau seorang calon pemimpin memiliki kualitas, dia mempunyai gagasan di luar bapaknya, dia berani, kenapa tidak?" kata dia. 

Sekretaris DPC PDIP Sragen Suparno melihat Untung Wibowo Sukawati bukanlah produk hasil dinasti politik, melainkan politik dinasti. Suparno menegaskan politik dinasti dan dinasti politik adalah dua hal yang berbeda. Majunya Untung Wibowo Sukawati tidak ada pewarisan kekuasaan. “Politik dinasti itu kekuasaan politik yang dijalankan seseorang yang masih terkait dengan keluarganya. Misalnya, seorang ayah kepada anaknya, mewarisi kekuasaan kepada anak atau adiknya. Tapi hal ini tidak serta merta langsung, ada tahapan yang harus dilalui dalam proses demokrasi,” kata Suparno kepada Esposin, Selasa (21/8/2024). 

Untung Wibowo Sukawati. (Dokumen)

Advertisement

Hal ini berbeda dengan dinasti politik, yang menurut Suparno dengan sengaja membuat konstruksi kekuasaan yang dilakukan oleh satu keluarga. Dia mengatakan Untung Wibowo juga merupakan Ketua DPC PDIP Sragen dan kebetulan adalah adik dari Kusdinar Untung Yuni Sukowati serta anak dari Untung Wiyono. Menurut Suparno, mereka memiliki ideologi yang sama sehingga Untung Wibowo pun maju dalam Pilkada Sragen 2024. 

Majunya Untung Wibowo Sukawati itu pun sudah dipersiapkan dari jauh-jauh hari. “Dan juga Mas Bowo tidak serta merta spontan, beliau menjabat ketua DPC dua periode, tidak hanya hari ini kemarin sore. Beliau juga pernah jadi anggota DPRD kabupaten maupun provinsi,” terang Suparno.

Terkait tudingan yang menyebut Bowo kerap terlihat di agenda Bupati Sragen dan membuat publik berspekulasi Bupati Sragen sekarang, yakni Yuni mendukung Bowo, Suparno menegaskan agenda tersebut merupakan kapasitas Bowo sebagai anggota DPRD Jawa Tengah. “Mas Bowo saat ini menjabat anggota Fraksi PDIP di Provinsi, ya wajar dong memberikan aspirasinya di Sragen. Itulah dipelintir, mendampingi Mbak Yuni sebagai anggota dewan provinsi, bukan calon,” tegas dia. .

Partai pendukung Bowo lainnya, NasDem, menyebut Untung Wibowo merupakan sosok yang paling serius maju di Pilkada Sragen 2024. Hal ini terbukti ketika Untung Wibowo tidak maju di Pemilu 2024 sebagai caleg. Dia pun tak setuju dengan sentimen dinasti yang ditujukan kepada Untung Wibowo. 

"Ya kalau dibilang dinasti, tidak bisa. Karena kan melalui demokrasi pemilihan. Kecuali bupati sekarang langsung dikasihkan [ke anak atau saudaranya], dinasti di mana? Kan melalui mekanisme pemilihan," terang Ketua DPD NasDem Sragen, Tono, kepada Esposin, Kamis (15/8/2024). 

Dia juga menyebut hingga saat ini belum ada calon lain di luar trah Untung Wiyono. Bagi dia politik dinasti juga bisa memberikan efek positif, yakni adanya pembangunan berkelanjutan dari pemimpin sebelumnya ke pemimpin berikutnya. "Kami mendengar politik dinasti, namun selama ini yang mempunyai kemampuan memimpin Sragen adalah pemimpin dari awal melanjutkan dan melanjutkan," beber dia. 

Secara elektabilitas, PDIP Sragen mengklaim Untung Wibowo Sukawati menduduki peringkat tertinggi dalam survei Pilkada Sragen 2024. Tak hanya itu, dalam temuan Esposin di ruang digital pada Mei 2024, nama Untung Wina dan Untung Wibowo bersaing ketat. Percakapan mengenai Bowo -panggilan Untung Wibowo- sebanyak 44 kali, Wina sebanyak 34 kali. Namun, keduanya memiliki interaksi percakapan yang sama masing-masing 15.

Gagalnya Wina Menuju Kursi Nomor Satu Sragen


Langkah Wina untuk menduduki kursi nomor satu di Sragen pupus lantaran hingga Rabu (28/8/2024) di hari pendaftaran kepala daerah di KPU, belum ada partai politik yang memberikan rekomendasi kepada dia. Perwakilan 10 partai politik nonparlemen di Sragen resmi mengusung Sigit Pamungkas dengan Suroto. Sigit Pamungkas merupakan staf ahli Kepresidenan dan Suroto saat ini menjabat sebagai Wakil Bupati Sragen mendampingi Kusdinar Untung Yuni Sukowati. 

Sebanyak 10 parpol nonparlemen itu terdiri atas Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Partai Gelora, Partai Ummat, Partai Kebangkitan Nusantara (PKN), Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Garuda, Partai Perindo, Partai Buruh, dan Partai Bulan Bintang (PBB), plus simpatisan Partai Prima. Suroto menyampaikan dukungan dari 10 parpol nonparlemen itu merupakan kehormatan yang besar bagi pasangan Sigit-Suroto. Selain 10 parpol itu, mereka juga telah mendapatkan rekomendasi dari Partai Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Amanat Nasional (PAN). 

Pasangan Sigit-Suroto ini juga mendapat dukungan dari Gerakan Pembaharuan Sragen. Pada Senin (26/8/2024), mereka menggelar pertemuan di Radja Thengkleng’s Cantel Wetan, Sragen. Dalam pertemuan yang dihadiri Agus Fatchur Rahman, mantan Sekretaris Daerah (Sekda) Tatag Prabawanto, Heri Kistoyo, Aziz Kristanto, Eko Wijiyono, dan politikus lainnya bersepakat mendukung pasangan Sigit-Suroto. 

Sementara itu, Untung Wibowo Sukawati telah resmi mendapatkan rekomendasi dari PDIP. Untung Wibowo dipasangkan dengan Suwardi yang saat ini menjabat sebagai Ketua PGRI Sragen. Selain PDIP, mereka juga mendapat dukungan dari NasDem dan Gerindra. 

Dengan keluarnya rekomendasi dan dukungan resmi dari partai politik di Sragen itu, Untung Wina Sukowati gagal menuju kursi Bupati Sragen. Ketika dihubungi Esposin pada Rabu (28/8/2024), Wina belum bersedia memberikan keterangan terkait gagalnya dia mendapatkan rekomendasi dari partai politik untuk mendaftarkan diri sebagai Cabup Sragen 2024.

Dampak Politik Dinasti


Mantan Bupati Sragen Agus Fatchur Rahman menyebut politik dinasti di Sragen berdasarkan aturan boleh-boleh saja. Akan tetapi, secara moral bagi Agus melanggar etika kehidupan sosial masyarakat. "Kalau menurut saya, tidak ada orang yang bisa menjadi alternatif. Orang merasa Untung itu segala-galanya, punya kuasa, punya duit. Kalau kita mau berani, niat lahir batin melawan dia, bisa dikalahkan. Saya pernah membuktikan [waktu Pilkada 2011]. Kita butuh figur magnet bagi semua orang. Belum muncul ksatria dalam tanda petik," jelas Agus kepada Esposin, Rabu (7/8/2024). 

Hal senada juga diungkapkan Agus Riewanto. Dia menyebut politik dinasti yang berkembang saat ini bisa menutup kesempatan bagi orang lain untuk maju menjadi calon pemimpin daerah. Bahkan, politik dinasti juga berdampak pada regenerasi kepemimpinan politik yang berjalan lambat. Tidak akan muncul tokoh daerah alternatif baru yang bisa membuka peluang bagi program visi misi baru yang disodorkan masyarakat. 

Agus Riewanto menegaskan saat ini semua orang di Indonesia berhak dipilih dan memilih, baik itu anak bupati maupun bukan. "Soal Hak Asasi Manusia (HAM) itu enggak bisa ngomong hapus atau tidak dihapus [politik dinasti]. Ini kebijakan negara tidak masalah. Secara aturan tidak masalah. Namun, secara faktual politik mengganggu regenerasi atau suksesi politik yang tidak bergulir yang demokratis. Maka dari itu, ditinjau ulang agar dibatasi," ujar dia. 

Menurut Koordinator Korupsi Politik Indonesia Corruption Watch (ICW) Egi Primayogha, politik dinasti memiliki kecenderungan dalam hal praktik korupsi. "Yang lain juga perlu kita lihat adalah politik dinasti itu merusak kompetisi dalam demokrasi," ujar dia dalam acara Diskusi Publik Kecurangan Pilkada 2024 dari Dinasti, Calon Tunggal, dan Netralitas ASN, yang digelar di Jakarta, Selasa (13/8/2024). 

Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Khoirunnisa Nur Agusyati menyebut praktik semacam ini menyebabkan demokrasi jadi lebih tidak sehat membuat partai politiknya juga jadi tidak sehat. 

"Politik dinasti ini juga menimbulkan kesengsaraan rakyat. Contoh daerah-daerah yang kepala daerahnya dipilih karena kekerabatan, ini juga enggak menjadikan daerahnya jadi sejahtera. Jadi saya lihat politik dinasti ini lebih banyak mudaratnya," jelas Khoirunnisa dalam acara yang sama. 

"This article was produced within the framework of the UNESCO Social Media 4 Peace project, funded by the European Union. The views expressed in the article belong to the author only and do not represent the views of UNESCO or the European Union.”

Advertisement
Nugroho Meidinata - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif