Langganan

Blusukan ke Pabrik Tekstil di Sragen, Andika Perkasa “Belanja Masalah”

by Tri Rahayu  - Espos.id Solopos  -  Kamis, 3 Oktober 2024 - 19:23 WIB

ESPOS.ID - Cagub Jateng Andika Perkasa melihat proses produksi benang di PT DMST 1 di Jalan Sragen-Ngawi, tepatnya di Desa Bumiaji, Gondang, Sragen, Kamis (3/10/2024) sore. (Solopos/Tri Rahayu)

Esposin, SRAGEN—Setelah melakukan lawatan di sejumlah pabrik tekstil di wilayah Kabupaten Karanganyar, calon gubernur Jawa Tengah (Jateng) Andika Perkasa "belanja masalah" ke Sragen. Andika didampingi sang istri berkunjung ke PT Delta Merlin Sandang Tekstil (DMST) 1 di Jalan Sragen-Ngawi, Dukuh Kenatan, Desa Bumiaji, Kecamatan Gondang, Sragen, Kamis (3/10/2024) sore.

Andika melihat langsung proses produksi benang di pabrik tekstil tersebut. Dia bertemu dengan para karyawan dan manajemen PT DMST 1 Sragen. Tak sedikit karyawan pabrik itu yang meminta foto bersama dengan Andika. Kedatangan Andika disambut hangat para karyawan dengan nyanyian selamat datang. Pimpinan DPC Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Sragen di bawah koordinasi Sekretaris DPC PDIP Sragen Suparno ikut mengawal kunjungan untuk menyerap aspirasi para karyawan.

Advertisement

“Kami ke Sragen ingin mengetahui permasalahan-permasalahan yang dihadapi industri tekstil di Jateng, salah satunya di Sragen. Industri tekstil itu berkontribusi cukup besar bagi GDP [gross domestic product] regional Jateng, yakni mencapai 7%. Kondisi pabrik tekstil sekarang lumayan terpukul dengan banyaknya barang-barang tekstil illegal dari luar negeri yang masuk ke Indonesia,” jelas Andika kepada wartawan, Kamis petang.

Dia mengatakan banyaknya tekstil ilegal dengan harga yang jauh lebih murah itu membuat industri tekstil terpukul. Dampaknya, jelas dia, banyak karyawan yang dilakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Kalau keadaan normal saja, ujar dia, para industri tekstil masih memerlukan tenaga kerja.

Advertisement

Menurut data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jateng, selama periode Januari-Agustus 2024 tercatat ada 8.231 kasus PHK di Jateng dan tertinggi di Kabupaten Boyolali. Dia mengkhawatirkan gelombang PHK ini akan memicu terjadinya kemiskinan. Apalagi kondisi kemiskinan di Jateng masih di atas rata-rata nasional. 

Pemerintah Provinsi Jateng menyebut persentase penduduk miskin di Jateng per Maret 2024 mencapau 10,47% atau 3,70 juta jiwa. Angka tersebut turun dari angka di Maret 2023 sebanyak 10,77% atau 3,791 juta jiwa.

Advertisement

Andika ingin mengejar supaya lapangan pekerjaan di Jateng tumbuh lebih banyak sehingga mengurangi angka kasus PHK. “Kalau yang bekerja saja kena PHK berarti kehilangan pekerjaan. Persoalan ini yang harus dicarikan solusinya. Kami mengakui punya keterbatasan dalam wewenang di Provinsi Jateng karena dalam penanganan problem PHK ini juga terkait ke pusat. Kami berusaha melakukan sesuatu, termasuk di Sragen,” katanya.

Dia mengatakan tingkat pengeluaran keluarga sebisa mungkin ditekan mulai dari urusan sekolah, kesehatan, dan seterusnya dengan program pemerintah. Dia menerangkan mereka yang tidak bekerja dibantu agar bisa bekerja dengan penyediaan transportasi massal yang murah untuk mengurangi pengeluaran rumah tangga mereka.

Ketika ditanya soal kemiskinan ekstrem di Jateng yang masih tinggi, Andika menyatakan ada tiga hal yang bisa dilakukan yang prinsipnya membangkitkan ekonomi masyarakat, salah satunya dengan menciptakan lapangan pekerjaan baru. Dia mengatakan langkah kedua dapat dilakukan dengan menarik banyak investasi baru masuk sehingga memunculkan lapangan pekerjaan baru. Dia berpendapat investasi itu tidak harus dari luar daerah tetapi dari orang lokal pun bisa.

“Kemudian yang ketiga adanya pendidikan gratis atau sekolah gratis mulai dari jenjang anak-anak sampai tingkat SMA/SMK. Termasuk program kesehatan yang juga meringankan masyarakat,” kata dia.

Sekretaris DPC PDIP Sragen, Suparno, menyampaikan kedatangan Andika ke Sragen ini untuk meyakinkan masyarakat bahwa Andika merupakan sosok yang patut menjadi Gubernur Jateng. Dia melanjutkan Andika datang ke Sragen itu tidak hanya teori tetapi melihat secara riil situasi dan kondisi di lapangan.

“Beliau datang ke Sragen itu untuk belanja masalah. Masalah apa yang ada di Sragen ini, dikantongi beliau. Oh, kemiskinan, oh pengangguran dan lain sebagainya. Termasuk karyawan itu nasibnya seperti apa. Itu dikantongi semua. Itu namanya calon pimpinan harus tahu, masalahnya apa yang terjadi, itu yang terpenting. Baru bisa menuntaskan. Tidak hanya teori, bla bla bla, tetapi praktiknya nihil. Karena apa? Ya, karena tidak mengantongi masalah. Inilah calon pemimpin yang tepat, yang harus dipilih,” jelas Suparno.

Advertisement
Astrid Prihatini WD - I am a journalist who loves traveling, healthy lifestyle and doing yoga.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif