Langganan

Waduh, Sosiolog Sebut Krisis Serius Bayangi Solo & Kota-Kota Besar Lain - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia | Espos.id

by Kurniawan  - Espos.id Solopos  -  Minggu, 27 Agustus 2023 - 18:49 WIB

ESPOS.ID - Sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS) Drajat Tri Kartono (Solopos/Wahyu Prakoso)

Esposin, SOLO—Sosiolog Kota Solo, Drajat tri Kartono, menangkap sinyalemen semakin besarnya tren atau gaya hidup individualisme masyarakat Kota Bengawan. Kondisi itu menjadi faktor utama penggerus ruang-ruang publik di Solo.

“Yang paling cepat menggerus ruang publik itu sikap individualis. Jadi berkembangnya individualisme di perkotaan itu menggerus ruang publik. Karena walaupun ruangnya secara fisik tersedia, kalau dia individualisme, dia tidak akan mau kumpul-kumpul atau mengobrol tentang kotanya,” ujar dia, Minggu (27/8/2023).

Advertisement

Bila sebuah kota tidak mempunyai ruang publik yang cukup, menurut Drajat, menjadi ancaman terjadinya krisis perkotaan. Krisis itu berupa hilangnya komunitas-komunitas sosial yang berganti dengan individualisme dan materialisme. Hubungan atau interaksi antar individu didasarkan orientasi material.

“Dalam posisi ini, ancaman untuk terjadinya krisis perkotaan itu sangat tinggi. Ancamannya berupa apa hilangnya komunitas, diganti dengan individualisme dan materialisme, diganti dengan relasi-relasi ekonomi semata, atau primordialisme. Ini yang jadi ancaman paling besar dari sebuah ruang publik,” tutur akademisi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo ini.

Ancaman besar lain terhadap ruang publik di Solo, menurut Drajat, yaitu geliat ekonomi. Banyak ruang publik yang secara fisik diambil alih kekuatan ekonomi dan berubah menjadi pusat perbelanjaan atau perkantoran. Tempat-tempat tersebut tidak bisa diakses masyarakat dari berbagai elemen.

Advertisement

“Ruang-ruang yang dulu banyak, diambil alih untuk mal, hotel, hal-hal yang tidak semua orang diizinkan atau bisa masuk ke situ. Jadilah ruang ruang privat seperti perkantoran. Ruang itu dinilai secara ekonomis, sehingga kemudian tidak semua orang bisa berkunjung atau masuk. Dua hal ini jadi aspek pokok,” urai dia.

Drajat merasakan sikap individualis dan masifnya geliat ekonomi yang menggerus ruang-ruang publik begitu kental di Solo. Bila tidak ada penyikapan serius dan sistematis dari para pemangku kebijakan, dikhawatirkan tren itu akan semakin kencang terjadi. Kondisi itu dapat mempercepat Solo mencapai krisis.

“Sebenarnya tidak hanya Solo, tapi kota-kota besar lain, kota metropolitan di berbagai daerah di Tanah Air. Namun kesadaran masyarakat akan pentingnya ruang ruang publik itu sangat menonjol, sehingga dibuat lah taman-taman kota yang indah, yang orang bisa berjalan, berkumpul, mengobrol,” kata dia.

Advertisement
Ahmad Mufid Aryono - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif