Langganan

Tradisi Buka Luwur Pantaran Boyolali, Tak Sekadar Mengganti Kain Penutup Makam

by Nimatul Faizah  - Espos.id Solopos  -  Jumat, 2 Agustus 2024 - 20:04 WIB

ESPOS.ID - Proses mengganti kain penutup malam pada tradisi Buka Luwur di kompleks makam Pantaran, Candisari, Gladagsari, Boyolali, Jumat (2/8/2024). (Istimewa/Tim Liputan Pemkab Boyolali)

Esposin, BOYOLALI -- Tradisi Buka Luwur di Makam Pantaran, Candisari, Gladagsari, Boyolali, yang berlangsung Jumat (2/8/2024), ternyata tidak sebatas mengganti kain penutup di makam Syech Maulana Ibrahim Magribi dan beberapa makam lain di lokasi yang sama.

Bethek atau pagar dari anyaman bambu mengelilingi kompleks permakaman itu juga diganti. “Bethek itu pagar dari bambu di pinggiran makam umum diganti setiap tahunnya bersamaan dengan Buka Luwur. Itu memang sudah tradisi turun temurun seperti itu,” kata juru kunci makam, Totok Sunyoto, kepada Esposin di sela-sela acara, Jumat (2/8/2024).

Advertisement

Bethek ikut diganti sebagai pengingat bahwa dulunya padepokan Ki Ageng Pantaran memiliki pagar yang terbuat dari bambu. Totok menyampaikan bethek dibuat oleh warga sekitar makam, akan tetapi ada satu bethek yang wajib dibuat oleh warga Ngagrong, Gladagsari, yaitu yang letaknya berdampingan dengan Desa Candisari.

“Mengapa harus ada satu dari Ngagrong, karena ada silsilah keluarga yang masih saudara dengan Ki Ageng Pantaran. Kakaknya perempuan dulu di sana,” kata dia.

Advertisement

“Mengapa harus ada satu dari Ngagrong, karena ada silsilah keluarga yang masih saudara dengan Ki Ageng Pantaran. Kakaknya perempuan dulu di sana,” kata dia.

Selanjutnya, Totok menyampaikan tradisi Buka Luwur atau mengganti kain penutup makam alias lurup telah ada sejak ratusan tahun lalu. Ia menyampaikan tradisi Buka Luwur dilakukan tiap hari Jumat setelah tanggal 20 Sura atau Muharram.

Ada lima makam yang penutup kainnya diganti, masing-masing makam Syech Maulana Ibrahim Maghribi, Dewi Nawang Wulan, Ki Ageng Pantaran, Ki Ageng Mataram, dan Ki Ageng Kebo Kanigoro.

Advertisement

Para peziarah biasanya berasal dari berbagai daerah mulai dari Boyolali, Solo, Semarang, Magelang, Cilacap, Blitar, Surabaya, dan sebagainya. “Mereka ke sini kan kirim doa, tapi mereka meminta doa kepada Allah. Kebanyakan meminta kesehatan, keselamatan, lancar rezekinya, dan lain-lain,” kata dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Boyolali, Budi Prasetyaningsih, dalam sambutannya menyampaikan kegiatan Buka Luwur diadakan untuk melestarikan budaya dan adat asli dari leluhur di daerah Pantaran.

“Kegiatan ini untuk mempromosikan event pariwisata, menarik daya tarik wisata di kawasan Gunung Merapi dan Merbabu. Kami juga mengajak para wisatawan melihat dan menikmati suasana di kawasan Gunung Merapi dan Merbabu,” katanya.

Advertisement

Tradisi Buka Luwur diawali dengan kirab kain pengganti penutup makam yang kemudian diserahkan kepada juru kunci makam. Setelah itu dilanjutkan dengan prosesi penggantian kain tersebut.

Setelah dilakukan tradisi buka luwur dilanjutkan tabur bunga, pembacaan zikir, tahlil, dan doa bersama. Kemudian warga berebut gunungan yang dibuat dari hasil bumi seperti buah dan sayur yang telah didoakan dan dipercaya bisa mendatangkan berkah.

Advertisement
Suharsih - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif