Esposin, BOYOLALI -- Suasana dingin menyelimuti wilayah Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Kamis (1/8/2024) pagi. Akan tetapi, aktivitas warga tetap berjalan karena kabut dan dingin adalah teman sehari-hari bagi warga yang tinggal di antara Gunung Merapi dan Merbabu.
Tak terkecuali warga Desa Senden. Beberapa dari mereka sudah sejak dini hari menyiapkan tumpeng untuk dibawa ke acara tungguk tembakau di makam Gunungsari. Untuk menuju makam, masyarakat harus menyusuri jalan menanjak dengan satu kelokan.
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
Medan yang sudah biasa bagi mereka akan tetapi tetap butuh empat orang untuk menggotong gunungan raksasa yang mereka buat menuju makam Gunungsari. Terpantau di area makam ada gunungan tembakau, sayur mayur, nasi, lauk pauk, dan sebagainya.
Sesampainya di sana, mereka berdoa bersama lalu secara simbolis Camat Selo, Eko Dodi Apriyanto, didampingi Kades Senden, Sularsih, memetik 16 daun tembakau. Seusai memetik tembakau, para warga memakan tumpengan nasi yang sejak awal dibawa dari rumah.
Acara tersebut sebagai simbolis pembukaan tungguk tembakau 2024 yang digelar Pemerintah Desa (Pemdes) Senden. Dibanding Tungguk Tembakau 2023 yang digelar dengan ribuan peserta serta dihadiri Gubernur Jawa Tengah saat itu, Ganjar Pranowo, perayaan tahun ini lebih jauh sederhana.
Pejabat yang datang paling tinggi juga hanya camat. Kades Senden, Sularsih, mengungkapkan hal tersebut adalah keinginan warga agar acara tungguk tembakau terasa lebih privat dan mandiri.
Ia menjelaskan sebenarnya tradisi Tungguk Tembakau mendapatkan anggaran dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali, akan tetapi sengaja tidak diambil karena keinginan warga untuk menyelenggarakan secara swadaya.
Namun demikian, pelaksanaan tradisi tungguk tembakau bakal terus dievaluasi. “Tungguk tembakau itu artinya wiwitan panen tembakau. Ini adalah rasa syukur masyarakat karena pas panen tembakau diberikan rezeki yang melimpah,” kata dia saat berbincang dengan Esposin di sela-sela acara.
Sangat Sakral
Dengan tungguk tembakau, warga berdoa agar hasil tembakau bagus, banyak, dan harganya juga tinggi. Ia menjelaskan tradisi tungguk tersebut telah ada sejak nenek moyang jelang masa panen tembakau.Sebelumnya, masyarakat menggelar tungguk tembakau secara individual. Namun, sejak 2016 digelar serentak di Desa Senden. Beberapa warga masih melaksanakan tungguk tembakau dengan membawa sesaji berupa tumpengan dan ingkung ke ladang.
Ada juga yang membawa pisang, jenang, dan sebagainya. Sularsih menjelaskan malam sebelum ritual tungguk tembakau, terdapat ritual seserahan hasil panen dari masyarakat yang kemudian diserahkan ke sesepuh makam Gunungsari.
Ia menjelaskan pelaksanaan tungguk tembakau sangat sakral. Sehingga, untuk menentukan hari pelaksanaan, Sularsih harus sowan atau berkunjung ke sesepuh desa. Akhirnya disepakati tungguk tembakau jatuh pada Kamis Kliwon dan menurut hitungan kalender Jawa berangka 16. Daun tembakau yang dipetik pun ada 16 lembar.
“Sejak 2016 tungguk tembakau digelar, alhamdulillah sudah empat kali dihadiri gubernur Jawa Tengah,” kata dia. Sularsih menjelaskan tembakau adalah tanaman andalan masyarakat Senden.
Ketika ingin menggelar hajatan, membeli mobil, menyekolahkan anak, dan kegiatan lain yang membutuhkan banyak uang, masyarakat mengandalkan dari tembakau. Sedangkan untuk kebutuhan harian, warga cenderung menggunakan hasil penjualan sayuran.
Berkaca pada pengalaman 2023, area tanah yang ditanami tembakau di Senden tahun ini lebih luas. Sularsih mengungkapkan pada 2023 ada sekitar 150-an hektare lahan yang ditanami tembakau sedangkan pada 2024 mencapai hampir 300 hektare.
“Harga saat ini untuk tembakau rajangan belum keluar, karena gudang kemitraan baru buka pada 8 Agustus. Kemungkinan masih standar Rp65.000-Rp75.000 per kilogram. Tembakau krosok tahun ini bagus, sempat di harga Rp43.000 per kilogram, tapi jelang panen raya turun menjadi Rp35.000 per kilogram,” kata dia.
Sularsih menyampaikan harga tembakau krosok baru 2024 ini mencapai rekor tertinggi. Ia mengatakan sebelumnya harga tembakau krosok dijual paling mahal Rp25.000 per kilogram.
Hal tersebut dibenarkan salah satu warga Ngargosari, Senden, Warjianto. Ia menyampaikan pada 2023 sempat menjual tembakau krosok di harga Rp33.000 per kilogram. Namun, harga tersebut hanya bertahan beberapa hari.
Harga Tembakau
“Baru kali ini harga tembakau krosok bisa Rp40.000 ke atas dan bertahan lama. Dari awal Juni sampai pertengahan Juli bisa Rp40.000 ke atas. Akan tetapi, setelah pertengahan Juli mulai turun sampai sekarang Rp33.000 per kilogram,” kata dia.Ia menjelaskan pada 2024 juga menanam tembakau lebih banyak. Jika pada 2023 ia menanam sekitar 2.000 batang, tahun 2024 Warjianto menanam sekitar 2.500 batang.
Tembakau ditanam lebih banyak karena harga tembakau dinilai cukup tinggi. Selain itu, petani memprediksi kemarau bertahan cukup lama sehingga tanaman tembakau yang tahan akan musim panas ditanam lebih banyak.
“Harga tembakau rajangan yang dibeli pabrik kemungkinan harganya sedikit turun tapi tetap tinggi karena yang panen lebih banyak,” kata dia.
Dengan adanya tungguk tembakau, Warjianto berharap terus nguri-uri tradisi yang ada. Hal tersebut sebagai bentuk rasa syukur atas panen tembakau yang didapat warga Senden.
“Jadi kami belum pernah tidak merayakan karena selalu melakukan tradisi tungguk tembakau. Tidak ada kepercayaan akan didatangkan bencana atau bagaimana kalau tidak dilakukan. Kami tetap melakukan karena ini sudah menjadi bagian dari tradisi,” kata dia.
Berdasarkan data dari Dinas Pertanian (Dispertan) Boyolali, luasan lahan yang ditanami tembakau di wilayah Kecamatan Selo bertambah dari 1.455 hektare pada 2023 menjadi 1.595 hektare pada 2024.
Camat Selo, Eko Dodi Apriyanto, membenarkan sekitar 80% luas lahan di Kecamatan Selo ditanami tembakau. Ia mengatakan petani tembakau hampir merata ada di 10 desa di Selo.
Ia mengatakan pada awal 2024, sempat ada rapat dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali. Diinformasikan pada 2024 musim kemarau akan panjang, sehingga dari situ warga berinisiatif menanam tembakau lebih banyak.
Kebutuhan cahaya matahari, tutur dia, sangat pokok bagi tumbuh kembang dan kualitas tembakau milik para petani Selo. “Harapan saya, panen tembakau bisa bagus. Lalu tungguk tembakau ini terus dijaga dan diuri-uri. Harapannya ke depan lebih meriah lagi sehingga bisa berdampak bagi warga sekitarnya,” kata dia.
Seusai acara tungguk tembakau di makam Gunungsari, warga Senden mengadakan kirab gunungan tembakau dengan rodat hingga lapangan desa setempat. Dilanjutkan acara kesenian hingga Kamis malam.