Langganan

Sastrawan Ngobrol Bareng Anak Muda di Solo, Bahas Politik dan Budaya Kibul

by Ahmad Kurnia Sidik  - Espos.id Solopos  -  Senin, 23 September 2024 - 00:10 WIB

ESPOS.ID - Sastrawan Seno Gumira Ajidarma Diskusi Bareng Anak Muda tentang Seni dan Politik di Acara Tilikan Fest 2024 yang digelar di Lokananta Blok, Solo, Sabtu (21/9/2024).

Esposin, SOLO -- Ratusan pemuda-pemudi mengikuti acara diskusi “Politik dan Budaya Kibul: Orang Makan Orang" yang dihadiri sastrawan dan budayawan ternama Indonesia, Seno Gumira Ajidarma. Acara yang masih rangkaian Tilikan Fest 2024 itu digelar di Lokananta Blok, Solo, Sabtu (21/9/2024).

Selain Seno Gumira Ajidarma, acara itu juga dihadiri Kurator Seni, Alia Swastika. Dalam kesempatan itu, Seno dan Alia membahas perihal seni dan kaitannya dengan politik.

Advertisement

Politik itu, kata Seno, bukan hanya yang berkaitan dengan Pemilu, Pilkada, atau yang biasanya disebut sebagai politik praktis. Lebih dari itu, setiap cara yang dilakukan seseorang terhadap orang lain pun juga politik.

“Saya ingin jadi orang baik, tanpa semua orang harus tahu, misalnya, cara yang digunakan untuk itu pun politik. Atau saya juga menyebutnya sebagai manipulasi, karena manipulasi itu adalah suatu siasat untuk mencapai apa yang diinginkan,” kata penulis buku Sepotong Senja Untuk Pacarku itu.

Advertisement

“Saya ingin jadi orang baik, tanpa semua orang harus tahu, misalnya, cara yang digunakan untuk itu pun politik. Atau saya juga menyebutnya sebagai manipulasi, karena manipulasi itu adalah suatu siasat untuk mencapai apa yang diinginkan,” kata penulis buku Sepotong Senja Untuk Pacarku itu.

Lebih lanjut, lelaki berambut putih gondrong itu menekankan yang terpenting dalam politik, apa pun itu, bukan perihal mengkritik atau tidak mengkritik sosok atau politikusnya, tetapi wacana di balik munculnya sosok atau politikus itu.

“Jadi yang harus kita pikirkan adalah wacananya, sistem nilai, dan budaya macam apa yang menghalalkan produk seperti ini [sosok atau politikus itu muncul],” kata dia.

Advertisement

“Dengan yang terjadi pada ‘65' kenapa membantai itu bisa halal, bisa sah. Itu satu sistem,” ungkap sastrawan peraih SEA Write Award 1987 itu.

Mengasah Ketajaman Berpikir Anak Muda

Karena itu pula, menurut Seno, penting bagi anak muda untuk mengasah ketajaman berpikir atau berpikir kritis. Dengan berpikir kritis itulah yang memungkinkan untuk melihat, menilai, dan mengambil keputusan dari sesuatu yang terjadi, termasuk dalam politik.

“Wacana dominan menyuruh kita untuk berpikir bahwa yang terjadi adalah normal, wajar dengan sendirinya harus diterima, bahkan menganggap semua itu kodrat dari Tuhan. Itu karena kita tidak berpikir kritis,” kata sastrawan dan budayawan yang pernah menjadi Rektor IKJ 2016-2020 itu.

Advertisement

Seno mengajak bagi siapa pun yang memiliki kemampuan pengetahuan agar ditularkan kepada yang lainnya. “Sehingga, semakin banyak yang seperti itu [berpikir kritis] yang dipilih sebagai pemimpin akan bisa berubah, baik tingkat RT atau tingkat apa pun yang menentukan hidup kita semua,” jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Alia menyampaikan dalam seni ada dua hal, yakni seni dan politik serta politik seni. “Pelaku seni sering kali terlalu sibuk dengan politik seninya. Itu menjadi suatu tujuan, seperti ingin menjadi yang terbaik atau menumbuhkan iklim yang kompetitif,” kata Alia.

Tak hanya itu, Alia menambahkan bahkan akibat dari politik seni sering terjadi institusionalisasi seni ataupun pendidikan seni yang berakibat pada hal disiplin semata, seperti memiliki jenjang karier, daripada memikirkan bagaimana sejatinya seni memiliki keterhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

Advertisement

“Seni itu juga bisa berhubungan dengan suara-suara orang biasa,” kata dia. Alia mengaku saat ini ia ingin melihat bahwa kesenian itu tak semata penting untuk sejarah seni itu sendiri, akan tetapi penting untuk perkembangan sosial politik di masyarakat.

Seni Bukan Hanya tentang Estetika

Hal karena seni, lanjutnya, tidak terlepas dipengaruhi atau mempengaruhi perubahan masyarakat. “Seni, ketika dia bisa berdialog, bisa menjadi dorongan dari perubahan sosial, seni akan bisa menjadi alat yang sangat kuat,” pungkasnya.

"Karena itu, kita perlu memikirkan ulang bahwa seni bukan hanya tentang estetika, bentuk, atau wacana seni itu sendiri, akan tetapi harus dipikirkan bahwa seni berada dalam wacana yang lebih luas," tambahnya.

Terpisah, Menager Riset Tilik Sarira, Beri Hanna, selaku penyelenggara Tilikan Fest 2024 menyampaikan hadirnya Tilikan Fest 2024 dengan mengundang beragam pembicara yang ahli dalam bidangnya itu dimaksudkan menghidupkan budaya diskusi khususnya di kalangan Generasi Z.

Menurut dia, Gen Z saat ini menggandrungi hal-hal yang estetis, baik itu tempat kumpulnya, mode busananya, bahkan ketika Gen Z bikin cerita di media sosial pun berusaha semaksimal mungkin agar terlihat estetik.

“Dari situ, kami ingin menyajikan bahwa ketika Seni Bekerja, yang juga tema utama Tilikan Fest 2024, ada hal-hal lain di balik estetik itu yang berkaitan dengan banyak hal di luarnya,” kata Pemenang III Sayembara Novel DKJ 2021 itu saat berbincang dengan Espos.id di Lokananta Blok, Minggu (22/9/2024).

Beri bersyukur acara yang dirintisnya bersama tim sejak akhir 2023 itu dapat berjalan lancar. “Terkonfirmasi selama digelar tiga hari [Jumat-Minggu] Tilikan Fest 2024 mendapat pengunjung lebih kurang 10.000 orang. Termasuk penjualan buku di bazar buku acara ini juga omzetnya belasan juta rupiah,” katanya.


Advertisement
Suharsih - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif