by Muh Khodiq Duhri Ichwan Prasetyo Mariyana Ricky P.d - Espos.id Solopos - Rabu, 27 Juli 2022 - 19:07 WIB
Esposin, SOLO – Lima orang meninggal dunia, 149 luka-luka, 23 orang dinyatakan hilang akibat tragedi Kudatuli yang terjadi pada 27 Juli 1996. Meski sudah 26 tahun berlalu, sisa dari peristiwa tersebut masih melekat dalam ingatan korban, keluarga korban, serta saksi mata ketika huru-hara tersebut terjadi.
Kudatuli yang merupakan akronim dari Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli biasa disebut juga peristiwa Sabtu Kelabu. Adi Sudirman dan Sejarah Lengkap Indonesia menyebut peristiwa Kudatuli berawal dari kemenangan Megawati Soekarnoputri pada Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di Surabaya pada 1993. Berita selengkapnya bisa dibaca di artikel 26 Tahun Tragedi Kudatuli, Memaafkan Iya, Melupakan Tidak!
Baca Juga: Manajemen Kartu Prakerja Simpulkan Program Efektif
Sarip Tambak Yoso adalah lakon klasik ludruk. Tambak Yoso—dalam dialek Jawa Timuran acap kali disebut Tambak Oso—diidentifikasi sebagai desa di dekat Desa Gedangan, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur.
Sarip dilahirkan di Desa Tambak Yoso, maka disebut Sarip Tambak Yoso. Sarip adalah anak yatim. Ia hidup dan tumbuh bersama ibunya. Ayahnya meninggal ketika Sarip masih kecil. Mbok Sarip, ibunda Sarip, adalah warga miskin.
Sarip dan ibunya hanya mendapatkan warisan sebidang tambak dari ayahnya. Tambak itu harus dibagi dengan Riduan, adik ayah Sarip alias paman Sarip, yang hidupnya lebih makmur daripada Mbok Sarip karena menjadi perangkat desa. Berita selengkapnya bisa dibaca di artikel Tidak Ada Ludruk Tanpa Sarip Tambak Yoso.
Baca Juga: Kehidupan, Profesi, dan Takdir Menyatu di Panggung
Kendati tak lagi digunakan sebagaimana tujuannya, Gedung Kavallerie-Artillerie di kompleks Pura Mangkunegaran masih menampakkan kemegahannya sebagai bekas markas pasukan elite Legiun Mangkunegaran, satuan militer bentukan Pangeran Sambernyawa.
Embrion satuan militer bermotto Mulat Sarira Angrasa Wani yang berarti Berani Mawas Diri itu adalah pasukan gerilya yang berjuang selama belasan tahun bersama Pangeran Sambernyawa alias K.G.P.A.A. Mangkunegara I.