by Galih Aprilia Wibowo - Espos.id Solopos - Minggu, 25 Desember 2022 - 20:43 WIB
Esposin, SRAGEN -- Sebanyak 250 umat Katolik dari tiga kecamatan di Kabupaten Sragen, yaitu Tangen, Gesi, dan Jenar, mengikuti Misa Natal di Taman Doa Santa Perawan Maria di Fatima atau sering disebut Taman Ngrawoh di Dukuh Ngrawoh, Desa Pilangsari, Kecamatan Gesi, Sragen, Minggu (25/12/2022).
Taman Doa Ngrawoh merupakan salah satu tempat suci bagi umat Katolik dan menjadi jujukan untuk melakukan kegiatan rohani. Tempat tersebut dibangun dan dirintis oleh umat Paroki Katolik.
Taman Doa Ngrawoh yang jadi lokasi untuk menggelar misa Natal tersebut diresmikan oleh Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati bersama Uskup Agung Semarang Mgr Robertus Rubiyatmoko pada 2017 lalu.
Ketua Umum Pengelola Taman Doa Santa Perawan Maria Di Fatima Ngrawoh, Anna Susanna, mengatakan Taman Doa Ngrawoh lekat kaitannya dengan nama kawasan tersebut. Namun Ngrawoh bisa diartikan juga sebagai ngarah uwoh yang artinya mengarah ke buah.
Ketua Umum Pengelola Taman Doa Santa Perawan Maria Di Fatima Ngrawoh, Anna Susanna, mengatakan Taman Doa Ngrawoh lekat kaitannya dengan nama kawasan tersebut. Namun Ngrawoh bisa diartikan juga sebagai ngarah uwoh yang artinya mengarah ke buah.
"Ada yang kami raih dari buah-buah, artinya buah yang kami tanam atau munculkan dari diri masing-masing. Salah satunya di sini [Taman Doa Ngrawoh] sarana untuk meraih buah masing-masing, yaitu sebagai sarana doa, sarana pertobatan, melalui Bunda Maria, kami mengoreksi diri kami, membersihkan," terang Anna saat ditemui Esposin di Taman Doa Ngrawoh, pada Minggu (25/12/2022).
Baca Juga: Cerita Mendiang Bens Leo Dapat Surprise di Taman Doa Ngrawoh Sragen
"Terkait Natal yang boleh digelar secara offline, puji Tuhan kami senang. Namun kami masih menerapkan protokol kesehatan, seperti semua umat masih wajib memakai masker, ada wastafel untuk cuci tangan, dan hand sanitizer," terang Anna.
"Banyak yang dari luar kota, Jakarta, Jogja, Semarang. Pada Mei dan Oktober lalu juga full di sini [Taman Doa Ngrawoh]," tambah Anna.
Baca Juga: Asale Taman Doa Ngrawoh Sragen, Ziarah untuk Ngarah Uwoh
Kapolsek Gesi, AKP Teguh Purwoko mewakili Kapolres AKBP Piter Yanottama mengatakan perayaan Natal di Taman Doa Ngrawoh ini berjalan dengan lancar dan aman. Namun ia tetap mengimbau untuk tetap memperhatikan protokol kesehatan.
"Taman Doa Ngrawoh sendiri sudah menjadi ikon di Kecamatan Gesi, memang banyak kunjungan dari luar kota. Harapan kami, semua rangkaian Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 tetap lancar," terang Teguh.
Berdasarkan catatan Esposin, Pastor Paroki Sragen Yusuf Warsito mengatakan sejarah perkembangan tempat ziarah tersebut dimulai pada 1967 dengan jumlah umat 126 jiwa yang terdiri atas 35 keluarga.
Pemerintah desa setempat memberikan sebidang tanah desa untuk pendirian kapel/gereja dengan luas tanah lebih kurang 7.500 m2. Pada 1975, pemerintah desa membantu dana sebesar Rp75.000 untuk modal mendirikan sebuah Kapel di Ngrawoh.
Baca Juga: Taman Doa Santa Perawan Maria Di Fatima Sragen Ramai Dikunjungi Warga Berbagai Agama
Kapel Ngrawoh berdiri dan diberkati oleh Romo St Suhartono, Pr, pada 21 Juni 1976. Kemudian sejumlah umat, antara lain Totok, Athanasius Agus Aminarto, dan Petrus Yoyok Sudaryo memiliki gagasan awal membuat tempat ziarah di Ngrawoh pada 2010.
Lalu pembangunan berhenti karena melengkapi perencanaan, izin mendirikan bangunan,dan pengesahan dari Keuskupan Agung Semarang. Pembangunan berlanjut dengan total biaya Rp2,976 miliar. Sebanyak 60% dari dana yang digunakan adalah partisipasi umat Katolik Sragen.
Adapun konsep taman doa ingin menggambarkan peziarahan melalui pertobatan dalam jiwa dan roh yang seutuhnya agar bisa mendapatkan pengampunan dari Allah melalui Yesus Kristus.
Baca Juga: Rayakan Tahun Iman, Gereja St Maria Fatima Sragen Gelar Acara Seni Budaya
Penggambaran tersebut diwujudkan melalui pembangunan tiga bagian dalam taman doa, yakni pertama menggambarkan perjuangan mengikuti Yesus di dunia yang meliputi bangunan Kapel St. Maria, St. Yusuf, Taman Getsemani, dan Stasi Jalan Salib.
Kedua, menggambarkan orang yang sudah meninggal atau yang masih hidup menjalani peziarahan iman bersama Bunda Maria. Meliputi bangunan Kolam Pertobatan, Lingkaran Tak Berujung Bunda Maria, dan Salib Millenium.
Ketiga, menggambarkan persatuan umat dengan Yesus meliputi bangunan Kapel Adorasi Santo Aloysius, bangunan panjang yang lebarnya sama, bangunan menghadap empat sisi, dan 12 pintu gerbang dari empat sisi tersebut.