Langganan

Serunya Sekelompok Anak Muda Jalan Kaki Kurangi Jejak Karbon di Solo - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Ahmad Kurnia Sidik  - Espos.id Solopos  -  Sabtu, 13 Juli 2024 - 18:10 WIB

ESPOS.ID - Suasana tur keliling Solo jalan kaki kurangi jejak karbon, Sabtu (13/7/2024) siang. Tur diikuti sekitar 30-an anak muda. (Istimewa/Climate Reality Indonesia)

Esposin, SOLO-Pada Sabtu (13/7/2024) pagi, sebanyak 30-an orang yang didominasi anak muda, berjalan kaki hingga naik transportasi umum menyusuri sudut Kota Solo. Mereka terdiri dari masyarakat Solo, Climate Reality Indonesia dan organisasi Jejak Kota.

Kegiatan pagi itu minim jejak karbon. Selain jalan kaki, mereka juga memanfaatkan transportasi publik di Kota Solo yaitu Batik Solo Trans (BST). Jejak karbon merupakan total emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. Sehingga jalan kaki yang dikemas dalam kegiatan Green Footprints: Solo. Jelajah Kota Dengan Jejak Karbon Minimum, tidak sekadar bermanfaat bagi kesehatan tetapi berkontribusi signifikan dalam mengurangi jejak karbon pemicu perubahan iklim.

Advertisement

Itu sebabnya, green foodprints juga mengajak peserta untuk menggunakan transportasi Batik Solo Trans (BST) menuju Sriwedari.

Direktur The Climate Reality Project Indonesia Amanda Katili Niode mengatakan jalan kaki di kota adalah salah satu solusi yang efektif dan ramah lingkungan. Setiap kali seseorang memilih berjalan kaki daripada menggunakan kendaraan bermotor, ia mengurangi jumlah gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer.

Advertisement

Direktur The Climate Reality Project Indonesia Amanda Katili Niode mengatakan jalan kaki di kota adalah salah satu solusi yang efektif dan ramah lingkungan. Setiap kali seseorang memilih berjalan kaki daripada menggunakan kendaraan bermotor, ia mengurangi jumlah gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer.

"Ini adalah langkah kecil yang jika diadopsi oleh banyak orang, dapat menghasilkan perubahan besar," tutur Amanda melalui keterangan resmi yang diterima Esposin.

Di tiap landmark bersejarah, Komunitas Jejak Kota berbagi cerita tentang sejarah dan fungsi bangunan/fasilitas tertentu. Seperti alun-alun, Jalan Slamet Riyadi, pedestrian, hingga berakhir di Taman Sriwedari.

Advertisement

Setelah menempuh jarak kurang lebih 3,2 km, peserta berdiskusi dan merangkum seluruh temuan yang didapat selama tur.

Koordinator Jejak Kota Mohamad Ashraf Irfanda mengatakan ada beberapa hasil amatan peserta tentang pengalaman berjalan kaki di Kota Solo. Setidaknya pengamatan siang tadi menyoroti aspek keamanan dan kenyamanan, aksesibilitas, dan memorability bagi pejalan kaki.

"Kelompok 1 banyak mencatat tentang keamanan dan kenyamanan bagi pejalan kaki di Solo, ada jalan bolong, pedestrian licin, guide block hilang bahkan nabrak tembok dan lainnya," kata Ashraf kepada Esposin, Sabtu siang.

Advertisement

Kelompok 2 memberi catatan tentang aksesibilitas. Menurut pengamatan peserta, integrasi transportasi Solo sudah cukup bagus. Orang bisa membayar cashless atau one tap. Hal itu dinilai tidak ribet. Aksesbilitas juga ditunjang oleh lokasi halte yang cukup banyak, aman, dan bersih.

Sementara hasil pengamatan kelompok 3 menyimpulkan bahwa memorability atau kenangan terhadap sesuatu membuat orang mau berjalan kaki. Misalnya tempat yang bagus, menarik (eyecatching), penuh kenangan, mengingat rute tur tadi melintasi landmark bersejarah.

Hasil amatan akan ditindaklanjuti sebagai bahan kajian untuk kampanye lingkungan, membangkitkan pola hidup sehat melalui jalan kaki untuk mengurangi jejak karbon, dan masukan untuk para stakeholder.

Advertisement

 

 
Advertisement
Astrid Prihatini WD - I am a journalist who loves traveling, healthy lifestyle and doing yoga.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif