by Magdalena Naviriana Putri - Espos.id Solopos - Minggu, 17 September 2023 - 21:12 WIB
Esposin, SUKOHARJO -- Bupati Sukoharjo bersama sejumlah tokoh dan pengusaha bebek mendeklarasikan Kecamatan Kartasura sebagai destinasi wisata kuliner bebek dunia.
Deklarasi dilakukan dalam serangkaian pembukaan car free day (CFD) Kartasura perdana di Jalan Slamet Riyadi Kartasura, Minggu (17/9/2023).
Selain Bupati Sukoharjo, Etik Suryani, sejumlah tokoh seperti Ketua MUI Sukoharjo Abdullah Faisol, Ketua OJK Solo Eko Yunianto, Pejabat Forkopimcam Kartasura, pengusaha bebek Kartasura serta sejumlah perwakilan luar negeri turut menandatangani deklarasi tersebut.
Deklarasi Kartasura tersebut berbunyi: Dalam rangka menjaga warisan leluhur kami segenap elemen bangsa baik secara pribadi, lembaga maupun komunitas berkomitmen untuk menjadikan Kartasura sebagai destinasi wisata kuliner bebek dunia.
Deklarasi Kartasura tersebut berbunyi: Dalam rangka menjaga warisan leluhur kami segenap elemen bangsa baik secara pribadi, lembaga maupun komunitas berkomitmen untuk menjadikan Kartasura sebagai destinasi wisata kuliner bebek dunia.
Deklarasi ditulis dalam papan yang ditandatangi sejumlah tokoh yang hadir. Perwakilan dari negara Banglades, Mahmudulhassan Faruky yang juga mahasiswa S3 Pendidikan Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) turut memberikan apresiasi atas gelaran tersebut.
Menurutnya bebek di Kartasura memiliki ciri khas tersendiri.
Acara juga diikuti sejumlah tamu luar negeri seperti dari Bangladesh hingga Thailand.
Bahkan nama Kartasura telah dibawa hingga ke Singapura melalui cabang bebek goreng Pak Ndut yang telah membuka dua outlet di negeri jiran tersebut.
Keberhasilan bebek goreng Slamet dan Pak Ndut menjadi inspirasi bagi pengusaha lain agar mengikuti jejaknya dengan membuka cabang di berbagai negara. Bebek goreng dengan sajian sambel korek menjadi ciri khas kuliner Kartasura.
Kala itu, Slamet dan istrinya, Baryatin, mencoba membuka rumah makan bebek goreng hanya dengan modal uang tunai Rp10.000.
Baryatin mengaku memang bekerja keras dalam menekuni bisnis kuliner tersebut. "Saya dan bapak sebagai hamba Allah, yang memiliki tujuh anak dan tujuh cucu [pada 2011], senantiasa bekerja dan bekerja, selanjutnya diserahkan kepada Allah Yang Maha Kuasa," ujar Baryatin pada 2011 silam.
Setelah sukses dengan bisnis tersebut dan mendapatkan keuntungan yang luar biasa, Slamet dan keluarganya mendirikan Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an di kampung Sedahromo Lor, Kartasura, tak jauh dari kediamannya, pada 2010 silam.
Meski sukses berbisnis kuliner, Slamet dan keluarganya memang tak lupa akhirat. Sejak 2000 lalu, Slamet dan keluarganya selalu mengadakan pengajian rutin di kediamannya setiap Minggu malam dengan dihadiri sekitar 250 jemaah.
"Bapak itu gemar, senang pengajian, berjanjen, terbangan, kumpul-kumpul dengan orang ngaji," jelas Baryatin.
Dengan modal awal Rp10.000, Slamet memiliki 39 lebih cabang yang tersebar di Jogja, Bandung, Jakarta, Palembang, Balikpapan, Samarinda, Pekanbaru, Banjarmasin dan Bali.
Kisah inspiratif Slamet Rahajo itu kini telah menjadi kenangan bagi kerabat, keluarga, dan langganan karya kulinernya yang bisa dibilang sudah melengenda.
Slamet Rahajo meninggal dunia pada usia sekitar 70 tahun, Senin (30/9/2019) pukul 04.20 WIB. Slamet meninggalkan istri, tujuh anak, dan 14 cucu.