by Nimatul Faizah - Espos.id Solopos - Jumat, 2 Agustus 2024 - 16:08 WIB
Esposin, BOYOLALI -- Ribuan warga memadati jalanan di sekitar Makam Pantaran, Candisari, Gladagsari, Boyolali, Jumat (2/8/2024). Mereka datang untuk mengikuti acara tradisi Buka Luwur di makam tokoh penting dalam sejarah tersebut.
Ribuan warga yang datang tersebut tidak hanya berasal dari Boyolali. Ada satu rombongan dari Bejen, Temanggung, yang tiba di lokasi pada Kamis (1/8/2024) malam. Total ada 12 orang dalam rombongan tersebut, salah satunya bernama Sadeli, 49.
Mereka rela datang lebih awal dan menginap karena tidak ingin ketinggalan prosesi Buka Luwur sekaligus ziarah ke makam leluhur. Tidak menginap di rumah saudara, rombongan Sadeli menginap di mobil yang diparkir di halaman rumah warga.
“Datang jauh dari Temanggung ke Makam Pantaran untuk berziarah, mendoakan leluhur, penyebar agama Islam di sini, sekaligus ngalap berkah leluhur. Dulu waktu saya kecil, simbah saya mengajak ziarah ke sini karena dulunya orang sini dapat orang Temanggung,” kata dia saat berbincang dengan Esposin di sela-sela acara.
“Datang jauh dari Temanggung ke Makam Pantaran untuk berziarah, mendoakan leluhur, penyebar agama Islam di sini, sekaligus ngalap berkah leluhur. Dulu waktu saya kecil, simbah saya mengajak ziarah ke sini karena dulunya orang sini dapat orang Temanggung,” kata dia saat berbincang dengan Esposin di sela-sela acara.
Setelah mengikuti tradisi Buka Luwur, Sadeli mengatakan bersama rombongannya bakal melanjutkan perjalanan ke Solo untuk berziarah ke Makam Kiai Ahmad Siradj di Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo.
Ia menyampaikan rombongannya memang suka melaksanakan ziarah ke para penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Sadeli menyampaikan ia sudah beberapa kali ke Makam Pantaran, akan tetapi anggota rombongannya ada yang baru sekali ini.
“Jauh-jauh dari Grobogan ke sini karena mau melihat Buka Luwur dan sadranan. Ini sudah kali kedua kami ke sini,” kata dia.
Ia tahu acara tersebut karena merupakan warga asli Gladagsari dan menikah dengan pria asal Grobogan. Ngatini mengatakan beberapa anggota rombongannya memang suka melakukan ziarah ke wali-wali penyebar agama Islam.
Ia mengatakan akan pulang setelah berebut nasi berkat yang telah didoakan bersama-sama sekaligus mengambil janur bekas wadah bunga yang ditabur ke makam. Hal tersebut dipercaya dapat membawa berkah.
Sebelumnya diberitakan, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Disporapar) Boyolali, Budi Prasetyaningsih, menyampaikan buka luwur adalah tradisi mengganti kain mori penutup makam Pantaran.
“Tradisi buka luwur digelar setiap tahun pada hari Jumat setelah 20 Muharram, itu sudah digelar rutin,” kata perempuan yang akrab disapa Ning tersebut, Rabu (31/7/2024).
Ia menjelaskan tradisi buka luwur bertujuan untuk mendoakan para sesepuh, ngalap berkah, dan mengganti kain penutup makam. Ning mengatakan ada lima makam yang penutupnya diganti yaitu makam Syech Maulana Ibrahim Maghribi, Dewi Nawangwulan, Ki Ageng Pantaran, Ki Ageng Mataram, dan Ki Ageng Kebo Kanigoro.
Ning mengatakan tujuan kegiatan buka luwur untuk nguri-uri budaya yang telah ada dan diwariskan turun temurun. Acara tersebut juga berbarengan dengan tradisi Sadranan, sehingga seusai acara Buka Luwur, para warga akan bersilaturahmi.
Ritual tradisi Buka Luwur diawali dengan kirab kain luwur beserta gunungan hasil bumi. Kemudian dilanjutkan penyerahan kain luwur dari kepada juru kunci makam. Lalu mengganti kain penutup makam dengan yang baru.
Setelah mengganti kain luwur penutup makam, dilanjutkan tabur bunga, zikir, doa, dan tahlil diikuti warga yang hadir.
Sebagai informasi, Syech Maulana Ibrahim Maghribi merupakan pejuang dan penyebar agama Islam di lereng Gunung Merbabu. Ia dimakamkan di padepokan tempat ia mengajarkan agama Islam. Di sampingnya, terdapat makam istrinya, Dewi Nawang Wulan.