by Nimatul Faizah - Espos.id Solopos - Jumat, 23 Agustus 2024 - 18:37 WIB
Esposin, BOYOLALI -- Sebanyak 40.000 kue apam kukus disebar dalam tradisi sebaran apam Keong Emas di Pengging, Banyudono, Boyolali, Jumat (23/8/2024) sore. Ribuan apam itu diperebutkan oleh warga.
Pantauan Esposin, warga berdatangan ke lokasi penyebaran apam tepatnya di jalanan depan Masjid Cipto Mulyo Pengging sejak pukul 13.00 WIB. Padahal, acara baru dimulai sekitar pukul 15.00 WIB.
Tak hanya di sekitar Masjid Cipto Mulyo, ribuan warga juga memadati pinggir jalan depan kantor Kecamatan Banyudono hingga Masjid Cipto Mulyo untuk menanti kirab apam kukus keong emas.
Terpantau dua gunungan besar berisi apam keong emas di bagian atas dan apam biasa di bagian bawah. Rombongan kirab apam kukus keong emas berangkat dari kantor Kecamatan Banyudono sekitar pukul 14.30 WIB.
Terpantau dua gunungan besar berisi apam keong emas di bagian atas dan apam biasa di bagian bawah. Rombongan kirab apam kukus keong emas berangkat dari kantor Kecamatan Banyudono sekitar pukul 14.30 WIB.
Gunungan pertama dibawa ke panggung utama di depan Masjid Cipto Mulyo dan tiba sekitar pukul 15.00 WIB. Lalu, gunungan apam kedua dibawa ke Alun-alun Pengging.
Sekda Boyolali, Wiwis Trisiwi Handayani, didampingi Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Boyolali, Budi Prasetyaningsih, dan tokoh-tokoh lain ikut menyebar apam ke kerumunan warga
Ia datang bersama keluarganya dan tiba sekitar pukul 11.00 WIB di Masjid Cipto Mulyo. “Ke sini mau ngalap berkah sambil berdoa. Ke sini ada bapak, ibu, keponakan. Banyak orang pokoknya,” kata dia.
Ia mengaku mendapatkan 20-an apam biasa dan apam kukus. Setelah makan apam kukus, ia tidak membuang janur pembungkus apam. Janur itu ia bawa pulang untuk dipasang di pintu karena diyakini sebagai penolak bencana atau tolak bala.
Ning, sapaan akrabnya, mengatakan total ada 40.000 apam yang disebar terdiri dari apam biasa dan apam kukus keong emas. “Ritualnya sudah sejak kemarin [Kamis]. Semalam kami sudah kirab dari kantor kecamatan ke Umbul Ngabean. Lalu berdoa, setelah berdoa kami ke Masjid Cipto Mulyo untuk berdoa kepada Allah SWT untuk mendapatkan berkah dari acara sehingga kami rukun, rezekinya banyak, dan sebagainya,” kata dia.
Ning mengatakan tradisi Sebaran Apam Keong Emas tetap dilaksanakan untuk melestarikan tradisi di Boyolali. Selain itu juga untuk berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar masyarakat Boyolali semakin sejahtera. Tradisi tersebut diharapkan untuk meningkatkan agenda pariwisata sehingga banyak wisatawan yang datang.
Ketua Pelaksana Sebaran Apam Kukus Keong Emas sekaligus abdi dalem Keraton Solo, Kanjeng Pangeran Siswantodiningrat, menjelaskan Sebaran Apam Keong Emas dimulai tahun 1800-an. Saat itu, di Keraton Solo terdapat pujangga yaitu Raden Tumenggung Yosodipuro.
“Selain pujangga, beliau juga seorang ulama yang mengajarkan para siswa dan santrinya tentang ketauhidan. Ajaran ketauhidan diberikan secara sasmita,” kata dia.
Salah satunya yang terkenal yaitu simbol janur atau jan-jane nur illahi. Jadi, lanjut Siswanto, segala kehidupan dunia tidak akan lepas dari Allah SWT.
Setelah menemukan filosofi janur, Yosodipuro mengutus para siswa dan santri untuk membuat apam secara dikukus. Setelah apam dibuat, harus dibungkus dengan janur atau daun kelapa muda. Sehingga bentuk apam mirip keong dengan warna kuning daun kelapa muda. Karena itulah disebut apam kukus keong emas.
“Acara digelar setiap Sapar karena itu bulan kelahiran Eyang Yosodipuro sekaligus memperingati wafatnya beliau. Digelarnya Jumat Pahing, sehingga bisa dibilang haul [peringatan kematian] Eyang Yosodipuro,” jelasnya.
Lebih lanjut, Siswanto menjelaskan pembuatan apam keong emas juga berbarengan merebaknya hama keong mas di wilayah Pengging. Saat Yosodipuro gencar mengajar, ada seorang tamu yang melaporkan di wilayahnya ada hama keong memakan tanaman padi.
Setelah itu, Yosodipuro berdoa kepada Allah SWT dengan lantaran apam kukus keong emas dan membagikan apam yang sudah didoakan untuk diletakkan di tanah pertanian warga.
“Alhamdulillah, setelah itu hama sedikit-sedikit bisa hilang. Sehingga warga Pengging bisa hidup damai dan tenteram. Lalu tanamannya bisa subur,” jelas dia.
Rangkaian acara tradisi Sebaran Apam Kukus Keong Emas, ujar Siswanto, telah dimulai sejak Kamis (22/8/2024) malam. Dimulai dari membaca Yasin dan tahlil di makam Yosodipuro Pengging. Kemudian, ada pula gunungan apam yang dibawa dari kantor kecamatan ke Umbul Ngabean lalu berdoa.
Sampai di Umbul Ngabean, apam dikirab lagi ke Kali Guyangan, tepatnya di depan Masjid Cipto Mulyo, untuk dilarung. Larungan memiliki makna membuang segala kejelekan di wilayah Boyolali, Keraton Solo, dan seluruh nusantara.