by Kharisma Dhita Retnosari Jibi Solopos - Espos.id Solopos - Senin, 4 Mei 2015 - 02:15 WIB
Esposin, BOYOLALI — Sejumlah petani cabai rawit hijau di Dukuh Manggung, Desa Sukorejo, Kecamatan Musuk mengeluhkan penurunan hasil produksi akibat tingginya intensitas hujan selama beberapa pekan terakhir.
“Penurunan hasil produksi itu tidak sebanding dengan besarnya biaya perawatan, operasional, upah tenaga, dan pupuk,” tutur petani cabai Desa Manggung, Didik Setiawan, 52, saat dijumpai Esposin di kebun cabainya.
Meski demikian, dalam beberapa hari terakhir harga cabai mulai merangkak naik. Sebelumnya harga cabai rawit hijau Rp6.000/kg, namun kini harga menjadi Rp10.000/kg.
Menurut Didik, biasanya untuk satu kali panen pada lahan seluas 2.500 meter persegi, hasil panen maksimal mencapai sekitar 2 kuintal-2,5 kuintal cabai. Namun pada panen kali ini maksimal tidak lebih dari 800 kilogram. Total biaya perawatan, operasional dan pemupukan untuk 2.500 meter persegi minimal Rp3 juta.
Didik mengatakan akibat terlalu seringnya hujan, sebagian daun tanaman cabai juga rusak mengeriting.
Petani cabai lainnya, Narto Janu, 55, mengatakan hasil panen cabai dilakukan tiap 10 hari-14 hari sekali. Menurut dia, penurunan hasil produksi belakangan ini tak hanya karena faktor cuaca. Sebagian kecil tanaman cabai juga ada yang busuk akibat terserang hama ulat.
“Serangan ulat seperti itu sudah otomatis dan wajar, tinggal bagaimana perawatan di lapangan setelahnya. Faktor cuaca saat ini memang tidak bisa diprediksi,” kata dia saat ditemui Esposin di rumahnya, Minggu (3/5/2015).
Sementara itu, Ketua gabungan kelompok tani (gapoktan) Dukuh Manggung, Naryo, mengatakan tidak sedikit bunga-bunga tanaman cabai yang gugur akibat terpaan hujan deras yang hampir tiap hari melanda daerah tersebut selama beberapa pekan terakhir.
Naryo mengatakan hampir seluruh warga di desanya menanam cabai rawit hijau di lahannya.
“Selain penjualan mudah, penanaman dan perawatan juga lebih mudah dibanding jenis cabai lainnya,” kata dia saat dijumpai Esposin di rumahnya.