by Muhammad Ismail Jibi Solopos - Espos.id Solopos - Sabtu, 14 Mei 2016 - 17:15 WIB
Esposin, BOYOLALI--Tanaman padi yang ditanam di sawah tadah hujan di wilayah Klego dan Ngemplak mulai kekurangan air. Akibat kekurangan air tersebut tanaman padi terancam gagal panen.
Seorang petani Desa Banyu Urip, Klego, Wisnu Utomo, mengatakan sudah dua pekan ini tanaman padi seluas 5.000 meter persegi yang masih berumur dua bulan mulai kekurangan air. Kondisi cuaca saat ini sering panas dan hujan sudah mulai jarang turun.
“Sawah tadah hujan hanya mengandalkan suplai air dari air hujan. Tanaman padi yang saya tanam ini merupakan padi MT [Musim Tanam] kedua,” ujar Wisnu saat ditemui Esposin di sawah, Sabtu (14/5/2016).
Wisnu mengatakan tanaman padi MT I petani bisa panen dengan hasil memuaskan. Namun, pada MT II saat ini menanam padi di sawah tadah hujan butuh biaya besar karena kondisi sawah kering.
“Saya harus membuat sumur bor dan menyedot air itu dengan mesin diesel untuk mengairi sawah. Kalau tanaman padi tidak mendapatkan suplai air dengan cukup risikonya gagal panen” kata dia.
Ia mengaku sepekan sekali menyedot air selama 24 jam penuh untuk mengairi sawah. Biaya yang dikeluarkan untuk menyedot air mencapai Rp500.000. Uang itu digunakan untuk membeli bensin sebanyak tujuh liter dan sewa mesin diesel.
“Kami tidak punya pilihan untuk terus mempertahankan tanaman padi sampai panen. Kalau menanam tanaman palawija hasilnya tidak menguntungkan,” kata dia.
Senada diungkapkan petani Desa Giriroto, Ngemplak, Wito Semito. Menurut dia, tanaman padi seluas 3.000 meter persegi mulai kekurangan air. Akibat kekurangan air tanah mengalami retak-retak dengan kedalaman mencapai 3 sentimeter sampai 5 sentimeter.
“Daun padi sudah mulai menguning akibat kekurangan air. Kami terpaksa harus menyedot air dari sumur bor untuk mengairi sawah karena jika terlambat gagal panen,” kata dia.
Ia mengatakan total luasan sawah tadah hujan di Giriroto mencapai 150 hektare. Dari luasan lahan tersebut 80% ditanami tanaman padi sedangkan 20% ditanami tanaman palawija. Setiap MT II petani di Giriroto selalu kekurangan air.