Langganan

Perajin Demakan Sukoharjo Enggan Anak Teruskan Pekerjaan Bikin Genting - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia | Espos.id

by Magdalena Naviriana Putri  - Espos.id Solopos  -  Senin, 21 Maret 2022 - 14:42 WIB

ESPOS.ID - Panoto Susilo, 62, mencetak genting di rumahnya di Desa Demakan, Mojolaban, Sukoharjo, Sabtu (19/3/2022). (Solopos-Magdalena Naviriana Putri)

Esposin, SUKOHARJO -- Sebagian perajin genting di Desa Demakan, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, enggan mewariskan pekerjaan memproduksi genting kepada anak keturunan mereka. Sebab penghasilan yang didapatkan dari membikin genting dinilai tak lagi menjanjikan.

Perajin genting di RT 001/RW 006, Demakan, Mojolaban, Kuswanto, 58, saat ditemui Esposin di rumahnya, Sabtu (19/3/2022), menyatakan tak ingin "mewariskan" pekerjaannya kepada sang buah hati. "Ya kalau tahu bapaknya susah, ya anaknya jangan sampai ikut-ikutan," jelas Kuswanto.

Advertisement

Kuswanto menjelaskan pengerjaan genting membutuhkan waktu lama, namun sayangnya hasil yang didapatkan tak sepadan dengan pengerjaannya. Alasan itu membuat Kuswanto enggan meminta keturunannya meneruskan mata pencahariaan sebagai pembuat genting.

Baca juga: Perajin Demakan Sukoharjo Setia Bikin Genting Meski Penjualan Tersendat

Senada, perajin genting lainnya di Demakan, Panoto Susilo, 62, mengaku mengerjakan pembuatan genting sendiri tanpa dibantu istri dan dua anaknya. Menurutnya, hal tersebut tidak mengapa, sebab kini dirinya hanya memproduksi genting sebagai pengisi waktu luang.

Advertisement

"Tidak [diteruskan anak]. Anak saya yang perempuan sudah jadi pegawai [tenaga medis], kalau yang laki-laki buat usaha, istri saya momong cucu. Kalau ini [pembuatan genting] dikerjakan sak jelehe [sampai bosan]," katanya.

Harus Punya Pendapatan Lain

Lain halnya dengan Ketua RT RT 001/RW 006 Demakan yang juga perajin genting, Rosyid Mohtar, 65. Walaupun mengeluhkan penghasilan dari membuat genting kini tak lagi bisa dinikmati, dirinya tetap dibantu anaknya membuat genting.

"Ya masih dibantu, tapi sekarang harus punya pendapatan lain, kalau tidak punya pendapatan sampingan kadang harus ngutang. Kalau mengandalkan ini [genting] saja tidak bisa," keluhnya yang saat ditemui Sabtu lalu tengah libur memproduksi genting selama sepekan.

Baca juga: Pasar Cuplik Sukoharjo Direvitalisasi, Pemkab: Tak Ada Tambahan Los

Advertisement

Lebih lanjut, Rosyid membeberkan modal untuk membuat genting antara lain biaya mendapatkan tanah sekitar Rp3,5 juta-Rp4 juta, sewa penggiling tanah Rp480.000dan membayar tenaga sekitar Rp110.000/orang.

"Modalnya banyak, giling tanah saja harus sewa, belum tenaganya sekitar enam orang, itu makan dan lainnya masih belum dihitung," terangnya. Setelah proses penggilingan, proses cetak dapat dilakukannya sendiri. Namun, setelah cetak itu pun, dia harus menyewa tempat untuk pembakaran, sekitar Rp200.000.

Tak hanya itu, pembelian kayu bakar, menurutnya mencapai Rp2,5 juta. Keseluruhan proses itu jika ditotal hanya mampu menghasilkan 7.500 buah genting yang dijual dengan harga Rp700 hingga Rp1.000 rupiah per biji.

 

Advertisement
Rohmah Ermawati - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif