by Muhammad Ismail Jibi Solopos - Espos.id Solopos - Senin, 5 Januari 2015 - 20:45 WIB
Esposin, SOLO — Kebakaran Pasar Klewer Solo, Sabtu-Minggu (27-28/12/2014), bukan hanya membuat rugi para pemilik kios di pasar homogen tekstil dan produk tekstil di Indonesia itu. Tengkleng Bu Edy yang dikenal juga sebagai tengkleng Klewer juga mengalami penurunan omset signifikan, sampai-sampai harus merumahkan karyawan gara-gara Pasar Klewer terbakar itu.
Sepinya konsumen Bu Edy pascakebakaran Pasar Klewer Solo, terasa benar kala Esposin bertandang ke tempatnya berjualan tengkleng legendaris itu, di tepi Gapura Pasar Klewer. Lima kursi plastik dan satu meja kayu tertumpuk rapi di tepi gapura Pasar Klewer yang terbakar itu.
Kain sisa bekas kebakaran Pasar Klewer Solo tercecer di lokasi itu. Lokasi tempat Bu Edy berjualan tersebut sangat kotor dan kumuh setelah Pasar Klewer terbakar. Kini lokasi itu dijadikan tempat parkir sepeda motor pedagang Pasar Klewer yang ingin mengambil sisa-sisa barang di dalam pasar. Bu Edy tak lagi berjualan tengkleng di tempat itu.
Kain sisa bekas kebakaran Pasar Klewer Solo tercecer di lokasi itu. Lokasi tempat Bu Edy berjualan tersebut sangat kotor dan kumuh setelah Pasar Klewer terbakar. Kini lokasi itu dijadikan tempat parkir sepeda motor pedagang Pasar Klewer yang ingin mengambil sisa-sisa barang di dalam pasar. Bu Edy tak lagi berjualan tengkleng di tempat itu.
Pindah Tempat
“Alhamdulilah Mas, saya akhirnya bisa makan tengkleng Bu Edy. Saya sudah lama tidak makan tengkleng di Klewer yang terkenal enak,” ujar Taufiq ketika ditemui Esposin, di warung Bu Edy, Senin (5/1/2015).
Dia mengaku awal mengenal tengkleng Bu Edy sekitar empat tahun lalu ketika diajak teman kerja. Setelah makan, dia mengaku ketagihan. “Saya pernah datang sendiri di sini [Warung Tengkleng Bu Edy] sekitar awal tahun 2014. Namun, warungnya ramai sampai kehabisan tengkleng. Akhirnya saya hanya makan kuahnya saja tidak masalah, yang penting bisa makan tengkleng,”kata dia.
Dia mengaku senang karena bisa makan tengkleng tanpa harus mengantre dan tidak sampai kehabisan. Kedatangannya di Solo, kata dia, hanya untuk makan tengkleng. Setelah itu, kata dia, kembali ke Jakarta.
Turun 75% Ditemui terpisah, pemilik warung Tengkleng Bu Edy, Sulistri, 37, mengaku pascakebakaran Pasar Klewer Solo mengalami penurunan omzet 75%. Hal itu terjadi karena tidak boleh lagi berjualan di bawah gapura Klewer.
“Pelanggan tahunya saya berjualan di bawah gapura Klewer. Setelah dilarang banyak pelanggan kecele. Tempat berjualan saya sekarang di pendapa parkiran Masjid Agung,” kata dia.
Dia menjelaskan lima karyawannya terpaksa dirumahkan akibat terjadi penurunan omzet. Selama berjualan di bawah gapura Klewer, kata dia, per hari mampu mengabiskan lima panci tengkleng ukuran besar. Namun, sekarang hanya membawa dua panci tengkleng dari rumah. Itu pun tidak habis.
“Kami berharap segera bisa berjualan kembali di sana [gapura Klewer]. Kalau terus seperti ini kondisinya saya rugi,” kata Sulistri, warga Kampung Yosodipuran, RT 001/RW 003, Kelurahan Kedunglumbu, Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah itu.