by Kurniawan - Espos.id Solopos - Jumat, 5 Agustus 2022 - 23:26 WIB
Esposin, SOLO -- Taman Sekartaji yang berada di pinggir Kali Anyar Jebres, Solo, bisa dibilang merupakan peninggalan Presiden Jokowi karena diresmikan pada 2009 saat ayah dari Gibran Rakabuming Raka menjadi Wali Kota Solo.
Kini, kondisi taman tersebut cukup memprihatinkan. Taman ini bisa dibilang sebagai salah satu wujud visi Jokowi menata dan mengelola kawasan bantaran kali.
Dalam perjalanannya, Taman Sekartaji telah mengalami beberapa kali pembenahan untuk mempertahankan daya tarik atau pesonanya. Seperti pengerjaan proyek Ekoparian Taman Sekartaji pada 2021.
Proyek itu mengombinasikan restorasi sempadan sungai dengan kegiatan penurunan beban pencemaran, khususnya dari limbah domestik dan sampah. Dengan begitu Taman Sekartaji bisa menjadi pusat edukasi lingkungan dan ekowisata sungai.
Proyek itu mengombinasikan restorasi sempadan sungai dengan kegiatan penurunan beban pencemaran, khususnya dari limbah domestik dan sampah. Dengan begitu Taman Sekartaji bisa menjadi pusat edukasi lingkungan dan ekowisata sungai.
Saat Esposin melihat peninggalan Jokowi di Solo itu, Jumat (5/8/2022) siang, kondisi ruang terbuka hijau itu tampak lengang dan kurang terus dengan baik. Hanya ada beberapa anak sekolah yang duduk-duduk santai di bagian dalam taman.
Baca Juga: Wah, Ada 1.000 Pohon Eucalyptus di Urban Forest Solo Peninggalan Jokowi
Bahkan bila dalam kondisi benar-benar capai, bisa dengan mudah tertidur di taman itu. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Solo, Gatot Sutanto, tidak menampik selama ini Taman Sekartaji kurang dikelola dengan baik, sehingga terkesan kotor.
“Yang pertama kan memang personel kurang. Hanya ada satu orang yang kami tugasi mengawasi dari jembatan sampai ujung timur dekat Pedaringan. Tidak ada kantor, hanya petugas yang datang ke situ rutin setiap harinya,” tuturnya.
Baca Juga: Pembuatan Ornamen Batik di Ekoriparian Taman Sekartaji Jebres Solo
“Coba kolaborasi, kami serahkan pemeliharaan ke Tim SAR, relawan, agar ikut mengelola dan mengawasi. Juga halte kami geser 10 meter-20 meter ke timur. Memang perlu fasilitas halte, tapi kalau di depan gapura, plasa kan tidak bagus,” urainya.
Halte baru, menurut Gatot, sudah dibuat secara sederhana dengan ukuran yang lebih kecil. “Kami buatkan semacam halte minimalis, kami fasilitasi, sudah dikasih pergola, belum tempat duduknya. Karena anggaran tak ada,” katanya.
Baca Juga: Pembangunan Ekoriparian Sebagai Kawasan Ekowisata Bantaran Sungai
Disinggung anggaran pemeliharaan Taman Sekartaji, Gatot mengaku tidak hafal. Sebab anggaran pemeliharaan taman berlaku untuk semua taman yang dikelola DLH Solo, mulai dari bibit, bahan bangunan, pengecatan, atau peralatan listrik.
“Kerja sama dengan SAR, konsep sedang dibuat, kemarin ada IPAL Ekoparian. Kami dengan relawan nanti ramaikan dengan kegiatan edukasi misalnya pelatihan SAR, edukasi pembibitan, pertolongan pertama, meluncur dan sebagainya,” ujar dia.