Langganan

Mantap! Stunting Rendah, Sukoharjo Jadi Percontohan Program LilA

by R Bony Eko Wicaksono  - Espos.id Solopos  -  Selasa, 12 Juli 2022 - 17:04 WIB

ESPOS.ID - Ilustrasi pengukuran tinggi badan anak untuk mengecek perkembangan pertumbuhan mereka, termasuk soal stunting. (Freepik)

Esposin, SUKOHARJO – Kabupaten Sukoharjo menjadi daerah percontohan di Jawa Tengah dalam pelaksanaan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) untuk mendeteksi secara dini anak kekurangan gizi atau wasting dan pencegahan stunting.

Program LiLA sebagai role model bakal dikembangkan ke daerah lain pada 2023. Kepala Perwakilan UNICEF Wilayah Jawa, Arie Rukmantara, mengatakan kasus stunting di Indonesia menduduki rangking tiga besar di Asia Pasifik.

Advertisement

Karena itu, pencegahan kasus stunting menjadi program prioritas nasional sejak 2020. Permasalahan stunting berkaitan erat dengan pembangunan sumber daya manusia (SDM) menuju generasi emas pada 2045.

“Di Jawa Tengah, Sukoharjo ditunjuk sebagai daerah percontohan implementasi program LiLA. Angka stunting di Sukoharjo cukup rendah, di bawah 10 persen." kata Arie.

Advertisement

“Di Jawa Tengah, Sukoharjo ditunjuk sebagai daerah percontohan implementasi program LiLA. Angka stunting di Sukoharjo cukup rendah, di bawah 10 persen." kata Arie.

"Nah, nanti Januari 2023 akan dievaluasi. Jika berhasil maka langsung diterapkan di daerah-daerah lain di Jawa Tengah,” tambah Arie, di sela-sela peluncuran program LiLA di Gedung Menara Wijaya, Selasa (12/7/2022).

Baca juga: Dana Desa Jadi Andalan Atasi Stunting pada 2.000 Anak Sukoharjo

Advertisement

Warna merah menandakan kondisi kurang gizi pada anak cukup parah dan harus segera mendapat perawatan. Warna kuning menandakan anak mengalami kurus akut. Sedangkan warna hijau menandakan anak dalam kondisi sehat.

Dengan memberdayakan keluarga untuk deteksi dini wasting maka pencegahan stunting bisa dilakukan secara maksimal. “Banyak orangtua yang belum memahami pola asuh anak yang benar.

Misalnya, pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif harus diberikan kepada bayi sampai berusia enam bulan. Tidak boleh diganti susu kemasan atau lainnya,” ujar dia.

Advertisement

Arie menyebut pandemi Covid-19 membuat risiko yang dihadapi anak-anak bergizi rendah semakin tinggi. Keluarga diharapkan mampu mengidentifikasi tanda-tanda wasting serta melakukan pemantauan pertumbuhan anak di posyandu.

Baca juga: Ingin Nol Kasus Stunting Terwujud, Ini Upaya Pemkab Boyolali

UNICEF berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan berkomitmen memperluas cakupan program LiLA ke sejumlah daerah pada tahun ini. Sehingga bisa berkontribusi dalam percepatan pencegahan stunting di setiap daerah.

Advertisement

“Kunci membangun SDM yang berkualitas adalah bayi yang dilahirkan hingga berusia 1.000 hari. Bayi harus mendapat asupan gizi, air susu ibu, dan pola pengasuhan yang baik,” papar dia.

Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Sukoharjo, Loeh Dyah Sintowati, menyatakan target sasaran pencegahan stunting yakni calon pengantin, ibu hamil, dan ibu yang memiliki bayi di bawah tiga tahun.

Pencegahan stunting dilakukan melalui intervensi pemenuhan gizi baik untuk ibu hamil maupun anak di bawah tiga tahun. Kader PKK Sukoharjo berkolaborasi dengan kader keluarga berencana dan kader kesehatan guna mencegah stunting di masing-masing desa/kelurahan.

 

Advertisement
Ika Yuniati - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif