by Luthfi Shobri Marzuqi - Espos.id Solopos - Rabu, 29 Desember 2021 - 05:35 WIB
Esposin, WONOGIRI—Bencana tanah longsor mengintai Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri. Sepanjang 2021 ini, tanah longsor di Tirtomoyo telah terjadi sebanyak 14 kali.
Berdasarkan data yang diterima Esposin, kejadian tanah longsor di Kecamatan Tirtomoyo meningkat dari tahun sebelumnya. Pada 2020, hanya terdapat empat kejadian.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Wonogiri, Bambang Haryanto, mengatakan bencana longsor yang baru-baru ini terjadi termasuk di Desa Purwoharjo, Kecamatan Karangtengah, tak terlepas dari fenomena La Lina. "Ketika curah hujan tinggi dan terjadi dalam kurun waktu lebih dari satu jam, dapat diprediksi akan terjadi longsor," kata dia, Selasa (28/12/2021).
Baca Juga: Ada Waduk Pidekso, Petani Wonogiri Bisa Tanam Padi 3 Kali Setahun
Baca Juga: Ada Waduk Pidekso, Petani Wonogiri Bisa Tanam Padi 3 Kali Setahun
Selain La Lina, faktor kelas kemiringan lereng di beberapa daerah di Kabupaten Wonogiri juga berpengaruh. Kecamatan Karangtengah misalnya, terdapat 2218,26 hektare luas lereng yang memiliki kemiringan lebih 28 derajat. Sementara di Tirtomoyo, terdapat 6867,22 hektare luas lereng yang memiliki kemiringan di atas 28 derajat. Data itu bersumber dari Dokumen Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Kabupaten Wonogiri 2018-2023.
Bambang menambahkan dengan kawasan risiko rawan bencana longsor di beberapa daerah di Kabupaten Wonogiri, warga diharapkan sadar mitigasi kebencanaan.
Baca Juga: Diresmikan Jokowi, Konstruksi Waduk Pidekso Selesai Setahun Lebih Cepat
Merujuk Dokumen Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Kabupaten Wonogiri 2018-2023, disebutkan mekanisme penanggulangan bencana. Dalam uraian dokumen itu, tidak ditemukan langkah preventif pada bencana longsor, termasuk banjir dan kekeringan. Hanya bencana tsunami yang menjadi fokus preventif di mekanisme tersebut.
Bambang kemudian menjelaskan terjadinya bencana longsor lebih disebabkan pada faktor manajemen air. Sebab manajemen air dalam hal ini tak bisa lepas dari konstruksi tanah.
Jadi, masyarakat dapat mencegah terjadinya longsor dengan cara mengusahakan agar air yang masuk dalam tanah tak sampai menjadi jenuh. Hal ini berlaku terutama pada daerah yang memiliki kemiringan lereng yang cukup tinggi, seperti di Tirtomoyo dan Karangtengah.
Baca Juga: Sakit Komplikasi, Kades Karangnongko Klaten Tutup Usia
“Di sisi lain faktor tumbuhan juga berpengaruh pada terjadinya [bencana] longsor. Enggak semua tumbuhan dapat mengikat tanah, ada juga tumbuhan yang justru memberi beban pada tanah. Jadi warga harus jeli melihatnya,” jelas Bambang.