by Mariyana Ricky P.d Newswire - Espos.id Solopos - Senin, 28 September 2020 - 10:12 WIB
Esposin, SOLO -- Klaster penularan Covid-19 di lingkup keluarga menjadi penyumbang utama kasus baru di Kota Solo hingga menyentuh 661 kasus per Minggu (27/9/2020). Hal ini menimbulkan pertanyakan haruskah masyarakat tetap memakai masker di dalam rumah?
Diberitakan Esposin sebelumnya, Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Solo mencatat tambahan 27 kasus baru yang sebagian besar dari klaster keluarga dalam dua hari pada Sabtu-Minggu (26-27/9/2020).
Tambahan pada Sabtu sebanyak 16 orang dan Minggu sebanyak 11 orang. Angka tersebut membuat kumulatif kasus konfirmasi positif Covid-19 Kota Bengawan mencapai 661 orang.
Kota Solo Belum Juga Punya Regulasi Soal Peredaran Daging Anjing, Ini Penyebabnya
Kota Solo Belum Juga Punya Regulasi Soal Peredaran Daging Anjing, Ini Penyebabnya
Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo, Siti Wahyuningsih, menyebut sebagian dari kasus baru konfirmasi positif Covid-19 pada Sabtu-Minggu itu dari klaster keluarga. Klaster ini berawal dari satu anggota keluarga positif kemudian menular kepada anggota keluarga lainnya.
Seiring dengan itu, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menyarankan masyarakat tetap menggunakan masker di dalam rumah terkait dengan upaya mencegah penularan Covid-19 di tengah keluarga.
10 Berita Terpopuler : Klaster Keluarga Terus Bermunculan di Solo
Menurut Agus, sterilisasi anggota keluarga setelah beraktivitas di luar rumah tidak cukup untuk memutus laju penyebaran kepada kelompok rentan. Sterilisasi yang dimaksud meliputi mencuci baju, mandi, ataupun mencuci alat-alat sehabis beraktivitas di luar rumah.
Di sisi lain, klaster Covid-19 di kalangan keluarga makin menjamur, termasuk di Solo. Ternyata, hal ini karena banyak yang masih tidak percaya dengan adanya Covid-19.
Solopos Hari Ini: Kuliner Anjing Masih Marak
Analis dan penulis @pandemictalks Firdza Radiany menyebutkan bahwa dari data yang dihimpun ternyata kemunculan klaster keluarga cukup banyak dan signifikan.
“Di Bogor ada 48 keluarga dengan 189 kasus. Paling parah di Bekasi 155 keluarga dan 437 orang. Jogja ada 9 klaster dan 13 kasus, Malang 10 klaster dan 35 kasus, dan Semarang 8 klaster dengan 10 kasus,” jelas dia, Senin (7/9/2020).
PT Ampuh Sejahtera Kembali Tagih Uang Proyek Pasar Ir Soekarno ke Pemkab Sukoharjo
Firdza menyimpulkan klaster keluarga terjadi ketika anggota keluarga beraktivitas di luar rumah dan terpapar virus lalu menularkan kepada anggota keluarga lainnya. Akibarnya, seluruh anggotanya terkena Covid-19. Hal ini seperti yang terjadi pada klaster keluarga di Solo.
“Ini berbahaya karena setelah klaster kantor akhirnya masuk ke keluarga. Padahal, keluarga ini unit sosial kecil. Dengan kultur Indonesia yang suka berkunjung dan silaturahmi ke rumah warga bisa mempercepat klaster antar-rumah. Hal ini diperburuk karena warga menolak swab karena stigma takut dikucilkan,” terangnya.