by Siti Nur Azizah - Espos.id Solopos - Selasa, 14 Juni 2022 - 15:48 WIB
Esposin, SOLO — Di tengah impitan persaingan yang ketat dengan KRL, operator bus trayek Solo-Jogja kini hanya mengandalkan penumpang setia yang tak banyak jumlahnya. Mereka kebanyakan orang-orang yang sudah puluhan tahun berlangganan dengan bus tersebut.
Antara penumpang dengan sopir atau pun kernet bus biasanya sudah saling kenal. Kebanyakan penumpang setia itu adalah mereka yang tinggal di wilayah antara Solo dan Jogja seperti Delanggu, Klaten, dan rata-rata sudah berumur.
Ada pedagang pasar, pekerja pabrik, bakul wedangan, dan lainnya yang nglaju ke Solo. Mereka tetap setia dengan bus Solo-Jogja lebih karena kemudahan akses dan kepraktisan pembayaran. Kebanyakan mereka ogah ribet dengan sistem pembayaran nontunai yang membutuhkan pemahaman teknologi digital.
Ada pedagang pasar, pekerja pabrik, bakul wedangan, dan lainnya yang nglaju ke Solo. Mereka tetap setia dengan bus Solo-Jogja lebih karena kemudahan akses dan kepraktisan pembayaran. Kebanyakan mereka ogah ribet dengan sistem pembayaran nontunai yang membutuhkan pemahaman teknologi digital.
Kecanggihan teknologi yang dianggap sebagian kalangan sebagai keunggulan Kereta Rel Listrik (KRL) tidak membuat mereka berpindah dari bus bumel yang sudah melegenda itu. Mereka juga tak mempermasalahkan kondisi bus yang tanpa AC atau lama di perjalanan karena sering berhenti. Bagi mereka yang penting sampai tujuan.
Pantauan Esposin di Terminal Tirtonadi Solo, meski sedikit tetap ada penumpang yang naik bus Solo-Jogja. Salah satunya di bus yang hendak berangkat dari Terminal Tirtonadi, Selasa (14/6/2022), ada tujuh penumpang yang duduk menunggu bus berangkat.
Terlihat penumpang memilih tempat yang paling depan dan hanya ada beberapa yang memilih bangku belakang. Ada yang memangku anak balita dan ada pula yang membawa sesisir pisang. Ukuran bus tergolong medium dan hanya terisi kurang dari setengahnya, sehingga sirkulasi udara di dalam bus berwarna merah ini tidak terlalu pengap.
Karena hobinya yang bepergian, wanita asal Delanggu, Klaten, itu sampai sekarang sering mengunjungi saudaranya di Solo. “Ini tadi habis dari rumah saudara, di dekat Palang Joglo sana rumahnya, mumpung libur jualannya jadi ya main-main ke sana,” ucapnya.
Baca Juga: KRL Unggul Di Kecepatan, Bus Solo-Jogja Dipilih Untuk Perjalanan Malam
Marini mengaku lebih memilih naik bus dibandingkan kereta. Menurutnya kereta masih membutuhkan waktu dan biaya tambahan untuk naik ojek ke rumahnya.
“Pas dulu masih ada kereta Prameks itu, saya tetap milih bus, sampai sekarang pun juga, ya dekat kalau turun langsung di perempatan. Rumah saya dekat dari jalan raya. Kalau naik kereta kejauhan,” ucapnya.
Sama halnya dengan Wuri Mahesti, 40, warga Polanharjo, Klaten, yang sudah 20 tahun bekerja di salah satu toko grosir di Kota Solo. Setiap hari dia pulang-pergi dari Klaten ke Solo.
Baca Juga: Bus Solo-Jogja Bertahan Berkat Pelanggan Setia Yang Paham Sensasi Bumel
“Naik bus setiap hari berangkat pulang kerja kalau dapat sif siang naiknya bus Solo-Jogja, kalau dapat sif malam ya pulangnya ikut bus Suroboyonan itu,” katanya saat diwawancarai Esposin, Selasa.
“Kalau naik KRL jauh dari sini, misal turun [Stasiun Solo] Balapan itu ya lumayan ongkosnya. Kadang juga dibarengi sama teman dari terminal, pas mau pulangnya juga kadang dibarengi yang searah [terminal]. Apalagi kalau naik kereta kan nunggu jam-jamnya, kalau bus pasti ada terus,” ucapnya.
Baca Juga: Perbandingan Naik Bus Solo-Jogja Versus KRL: Cerita Pengalaman Langsung
Hal serupa dikatakan penumpang asal Juwiring, Klaten, Gunarto, 51. Dia memilih bus Solo-Jogja karena lebih praktis dan dekat. “Udah dari zaman saya ikut jualan pakde, wedangan di deket stadion [Manahan], ya kalau sekarang pengin jalan-jalan aja ke sini. Pas kerja PP naik bus zaman dulu belum punya motor,” ucapnya saat berbincang dengan Esposin di ruang tunggu Terminal Tirtonadi.
Sampai sekarang saat hendak bepergian dari Klaten ke Solo, Gunarto mengandalkan bus Solo-Jogja. “Dulu itu malah banyak, belum AC yang bagus-bagus kayak gitu, yang naik ramai orang-orang pada kerja. Kalau dibanding naik kereta saya sendiri milih bus, gampang enggak perlu antre tiket,” katanya siang itu.