by R Bony Eko Wicaksono - Espos.id Solopos - Jumat, 23 Desember 2022 - 00:12 WIB
Esposin, SOLO -- Para pelukis poster film bioskop di Indonesia termasuk Solo mengalami masa-masa kejayaan pada era 1980-an sampai awal 2000. Kini, pekerjaan seniman pelukis poster film sudah nyaris hilang ditelan pesatnya perkembangan teknologi yang menawarkan kemudahan.
Di Kota Bengawan, tak banyak pelukis poster film bioskop yang menggeluti pekerjaan itu di masa lalu. Kala itu, seluruh bioskop menggunakan promo film dalam bentuk poster yang dibuat secara manual dengan lukisan tangan seniman.
Mereka kebanjiran oder untuk membuat lukisan poster film hampir saban hari. Salah satu pelukis poster film bioskop di Kota Bengawan adalah Kawit Tristanto. Warga Kecamatan Serengan, Solo, itu merintis pembuatan karya lukisan poster film bioskop setelah menamatkan bangku sekolah di Sekolah Seni Rupa Indonesia (SSRI) Jogja pada 1970-an.
“Setelah lulus sekolah, saya bergabung dengan seniman lukis poster bioskop di Jogja. Pas itu sudah banyak pesanan dari beberapa bioskop di Jogja. Hidup saya ya dari membuat lukisan poster bioskop,” katanya saat berbincang dengan Esposin di kediamannya, Kamis (22/12/2022).
“Setelah lulus sekolah, saya bergabung dengan seniman lukis poster bioskop di Jogja. Pas itu sudah banyak pesanan dari beberapa bioskop di Jogja. Hidup saya ya dari membuat lukisan poster bioskop,” katanya saat berbincang dengan Esposin di kediamannya, Kamis (22/12/2022).
Beberapa tahun kemudian, Kawit dan beberapa seniman lukis lainnya pindah ke Semarang. Saat itu, Kawit kewalahan menerima order lukisan poster bioskop yang datang hampir setiap hari. Dia lantas mempekerjakan beberapa pelukis lepas untuk memproduksi lukisan poster bioskop.
Baca Juga: Raden Ahmad Kosasih, Bapak Komik Indonesia Pencipta Tokoh Sri Asih
Pelukis asal Solo tersebut menyampaikan sebenarnya proses pembuatan lukisan poster film bioskop tak terlalu rumit atau butuh waktu lama. Jika sudah terbiasa, pelukis bisa berimajinasi dan menuangkannya di poster.
“Ada juga yang cukup besar, seperti ukuran 5 meter x 6 meter. Namun, hanya film-film tertentu yang tengah digandrungi masyarakat. Jika sudah sering melukis poster bioskop, satu hari-dua hari pasti rampung,” papar dia.
Baca Juga: Serunya Festival Nasyid di Pasar Kliwon Solo, DPRD Jateng Siap Dukung Seniman
Lantaran ingin dekat dengan keluarganya, Kawit pindah ke Kota Solo. Namun, ia tidak hafal tahun berapa pindah ke Solo. Saat di Solo pun saat itu ia masih melanjutkan membikin karya lukisan poster film bioskop.
Lambat laun, order dari pelanggan berkurang drastis pada pertengahan 1990-an. Puncaknya, ia memutuskan tak lagi membuat karya lukisan poster bioskop saat kerusuhan pada 1998.
“Banyak alasan sebenarnya, yang jelas sudah tidak seperti dulu lagi. Saya berhenti melukis poster bioskop saat kerusuhan pada Mei 1998. Terakhir kali membuat lukisan sebelum kerusahan pecah,” tuturnya.
Baca Juga: Misi Angkat Potensi Wisata Budaya di Balik Keriuhan Pesta Nikah Kaesang di Solo
Kini, Kawit tetap setia menghasilkan karya-karya seni di kanvas. Namun, ia beralih melukis objek dengan menitikberatkan pada kuatnya goresan kuas dan warna-warna cerah di kanvas. Kawit kini menjadi pelukis beraliran impresionisme di Solo.
“Sekarang pun saya masih bergabung di Ikatan Pelukis Poster Film se-Indonesia. Sering juga pameran tapi di Jakarta. Terakhir pameran lima tahun lalu, kalau tidak salah,” katanya.