by Taufiq Sidik Prakoso - Espos.id Solopos - Sabtu, 2 Mei 2020 - 08:00 WIB
Esposin, KLATEN - Lebih dari sepekan terakhir Daniel Wicaksono, 12, dan Rafael Prasetyo, 6, berjualan ikan hias di bawah pohon tepi Jl. Pramuka, Kelurahan Klaten. Dua bocah kakak-beradik asal Kampung Klaseman, Kelurahan Tonggalan, Klaten itu jualan untuk membantu orang tua.
Seharian, keduanya menjajakan ikan hias yang digantung dan diletakkan pada beronjong berbahan kayu dan kawat strimin. Gerobak itu diboncengkan pada sepeda jengki butut milik bapak mereka. Di sela berjualan, mereka mengisi aktivitas dengan celoteh dan bermain di trotoar serta menata botol dan plastik berisi ikan hias.
Kabar Baik, 53 Tim Medis RSUP Dr Sardjito Jogja Negatif Covid-19
Daniel yang kini duduk di bangku kelas 5 SD luwes menjajakan ikan hias. Dia tak canggung menjawab pertanyaan dan hafal satu per satu jenis ikan yang ada di gerobak. Begitu pula dengan Raffa. Bocah yang duduk dibangku TK itu sesekali membantu kakaknya melayani pembeli.
Daniel yang kini duduk di bangku kelas 5 SD luwes menjajakan ikan hias. Dia tak canggung menjawab pertanyaan dan hafal satu per satu jenis ikan yang ada di gerobak. Begitu pula dengan Raffa. Bocah yang duduk dibangku TK itu sesekali membantu kakaknya melayani pembeli.
Rata-rata jenis ikan yang mereka jual yakni cupang. Harganya bervariasi dari Rp5.000 hingga Rp10.000. Sementara, penghasilan kotor yang mereka dapatkan setiap hari juga bervariasi dari Rp50.000-Rp200.000.
Aktivitas jualan ikan hias dilakukan kedua bocah Klaten itu untuk mengisi waktu senggang selama masa belajar di rumah diberlakukan menyusul persebaran Covid-19. “Dari pada ngamen ya lebih baik ini [jualan ikan],” kata Daniel saat ditemui wartawan di lokasi mereka berjualan, Rabu (29/4/2020).
Aan menuturkan sebelum ada pandemi Covid-19, dia biasa berjualan ikan hias ke sekolah-sekolah. Aktivitas itu dia lakukan setelah rampung mengantarkan anaknya sekolah serta merawat sang istri. Setelah ada ikan hias yang terjual, Aan buru-buru pulang lantaran istrinya seorang diri di rumah kontrakan.
“Namun, sejak ada Covid-19 ini sekolah-sekolah ditutup hingga saya tidak bisa jualan,” urai Aan.
Hari Buruh di Solo: Tidak Ada Demo, Kapolres Bagi Sembako ke Ratusan Buruh
Lantaran sekolah tutup dan diberlakukan belajar dari rumah, muncul niatan kedua anaknya membantu berjualan. Kerap diajak berjualan membuat kedua anak itu luwes menjajakan barang dagangan di usia mereka yang masih belia.
Saban pukul 09.00 WIB, Aan mengantar anak mereka beserta sepeda dan gerobak jualan ke lokasi berjualan. Setelah barang dagangan tertata, Aan sejanak menemani mereka sebelum bergegas pulang merawat istrinya.
“Sekitar pukul 10.00 WIB biasanya saya pulang merawat istri karena harus memandikan, menyuapi, hingga meminumkan obat. Sekitar pukul 14.00 WIB, saya datang lagi ke tempat jualan menemani dan menjemput mereka. Pukul 16.00 WIB itu biasanya pulang,” kata Aan.
Sehari 7 Warga Sragen Positif Covid-19, Semua Klaster Ijtima Gowa
Lebih lanjut, Aan mengaku sudah tercatat sebagai penerima program keluarga harapan (PKH), bantauan pangan nontunai (BPNT), serta sudah memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS). Lurah Tonggalan, Syahrudin Mustofa, juga menegaskan Aan dan keluarganya menjadi penerima manfaat program bantuan dari pemerintah. Terkait dampak Covid-19, Syahrudin menegaskan keluarga Aan menjadi salah atu sasaran program jaring pengaman sosial (JPS) dari pemerintah.