Langganan

Kirab Pusaka Keraton Solo di Malam 1 Sura Menjadi Magnet bagi Ribuan Orang - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia | Espos.id

by Candra Septian Bantara  - Espos.id Solopos  -  Senin, 8 Juli 2024 - 08:27 WIB

ESPOS.ID - Enam kebo bule Kiai Slamet berjalan melintasi Jl Kapten Mulyadi, Pasar Kliwon, Solo saat Kirab Pusaka Malam 1 Sura Keraton Solo, Minggu (7/7/2024) tengah malam. (Solopos.com/Candra Septian Bantara)

Esposin, SOLO– Kirab Pusaka yang digelar Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (Keraton Solo) guna menyambut malam 1 Sura masih punya magnet yang kuat bagi banyak orang. Terbukti pada Minggu (7/7/2024) tengah malam, ribuan orang tumpah ruah di sepanjang rute kirab tersebut.

Pantauan Esposin, ribuan orang tersebut rata-rata sudah datang 2-3 jam sebelum kirab dimulai. Mereka duduk-duduk di sepanjang Jl. Jenderal Sudirman dan jalan-jalan area Keraton Solo dengan alas plastik atau tikar yang mereka bawa atau beli.

Advertisement

Kantong-kantong parkir seperti di Banteng Vastenburg dan lainnya pun juga penuh sesak dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Semakin ke selatan, kepadatan semakin bertambah. Jalan-jalan di sekitaran keraton semakin sulit untuk ditembus saking padatnya.

Sekitar pukul 23.40 WIB, lonceng dari Kori Kamandungan berbunyi, menjadi tanda bahwa prosesi kirab akan segera dimulai. Sebanyak 6 kerbau bule Kiai Slamet, memimpin prosesi kirab sebagai cucuk lampah. Kerbau-kerbau tersebut dipandu oleh sejumlah abdi dalem srati.

Advertisement

Sekitar pukul 23.40 WIB, lonceng dari Kori Kamandungan berbunyi, menjadi tanda bahwa prosesi kirab akan segera dimulai. Sebanyak 6 kerbau bule Kiai Slamet, memimpin prosesi kirab sebagai cucuk lampah. Kerbau-kerbau tersebut dipandu oleh sejumlah abdi dalem srati.

Barisan berikutnya diikuti 2.000-an abdi dalem. Abdi dalem laki-laki memakai beskap dan perempuan memakai kebaya. Semua kompak berwarna hitam.

Mereka juga berjalan secara perlahan dan tidak berbicara atau biasa disebut tapa bisu. Yakni sebagai simbol introspeksi dan evaluasi selama setahun ke belakang.

Advertisement

Sebelumnya, Panitia Kirab Pusaka Keraton Solo, Kanjeng Pangeran (K.P.) Eddy S. Wirabhumi, mengatakan peletakan kebo bule Kiai Slamet di posisi terdepan adalah sebagai perlambang dalam hidup di mana keselamatan adalah tujuan utama.

Sehingga kata dia, meskipun punya kekuatan, kemakmuran, keluhuran, dan hal lainnya --yang disimbolkan lewat pusaka-pusaka-- maka hidup akan sia-sia tanpa memperoleh keselamatan.

"Kerbau di urutan pertama itu juga memiliki makna. Sebanyak apa pun yang kita miliki kalau tidak selamat ya akan percuma," kata dia, Kamis (4/4/2024)

Advertisement

Rombongan melakukan kirab dengan jarak berkisar 8 kilometer. Dimulai dari Keraton Solo (Kori Kamandungan) bergerak ke utara melalui Jl. Supit Urang menuju Jl. Pakubuwono (Gapura Gladak). Sesampainya di Jl. Jenderal Sudirman rombongan bergerak ke timur melalui Jl. Mayor Kusmanto lalu ke selatan melalui Jl. Kapt Mulyadi.

Kemudian, rombongan kirab bergerak ke barat melalui Jl. Veteran lalu belok ke utara melalui Jl. Yos Sudarso hingga tembus Jl. Slamet Riyadi. Selanjutnya rombongan berjalan ke arah timur lalu belok ke selatan melalui Jl. Pakubuwono dan berakhir di Keraton Solo.

Penasaran hingga Ngalap Berkah

Sementara itu, motivasi atau tujuan warga datang ke kirab pusaka kali ini pun cukup beragam. Mulai dari hanya penasaran hingga memang ingin ngalap berkah atau mencari keberkahan.

Di antaranya, Ning, 49,  bersama delapan orang lainnya rela datang dari Kemuning, Ngargoyoso, Karanganyar dengan menggunakan mobil bak terbuka atau pikap. Dia mengaku berangkat dari rumah pukul 17.00 WIB untuk menghindari macet dan dapat tempat parkir yang memadai.

Advertisement

Dia menjelaskan kesediaannya menembus udara malam yang dingin sejauh kurang lebih 90 kilometer pulang-pergi bukan tanpa alasan. Mendapatkan keberkahan atau ngalap berkah jadi tujuan utamanya.

"Ke sini ya harapannya bisa mendapatkan keberkahan dari acara ini. Sekaligus ingin menjawab rasa penasaran karena belum pernah ke sini," kata dia saat ditemui Esposin seusai acara kirab.

Sementara itu, warga asal Karanganyar, Ngawi, Jawa Timur, Pariyo, 65, menghadiri kirab sebagai momen evaluasi selama setahun ke belakang. Selain melihat kebo bule yang sudah lama ia ingin lihat.

"Biasanya saya kalau tahun baru Islam hanya di rumah tirakatan. Tapi ini saya ingin suasana berbeda untuk mengevaluasi kehidupan saya selama setahun ke belakang. Dan kebetulan juga sudah lama ingin melihat kebo bule Kiai Slamet itu seperti apa," kata dia

Dia bercerita datang ke Solo tidak hanya seorang diri, melainkan mengajak 12 anggota keluarga dan sanak saudaranya.

Dia berangkat dari Ngawi pukul 20.00 WIB dengan sebuah minibus yang ia sewa. Dia mengaku puas bisa hadir di acara tersebut dan berharap bisa memperoleh keberkahan berupa semangat baru untuk menjalani kehidupan di tahun yang baru.

"Rasanya marem [puas] tidak rugi datang jauh-jauh. Semoga di tahun yang baru bisa lebih baik daripada tahun kemarin dan lebih semangat lagi berbuat baik,” jelas dia.

Advertisement
Rohmah Ermawati - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif