Langganan

KIRAB 1 SURA : Wali Kota Rudy Enggan Cawe-Cawe - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia | Espos.id

by Chrisna Chanis Cara Jibi Solopos  - Espos.id Solopos  -  Minggu, 3 November 2013 - 16:38 WIB

ESPOS.ID - Ilustrasi Kirab Malam 1 Sura (JIBI/Solopos/Dok)

Esposin, SOLO — Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo (Rudy) enggan cawe-cawe pelaksanaan Kirab Malam 1 Sura yang bakal digelar pada Senin (4/11) sampai Selasa (5/11) dini hari.

Menurut Rudy, pihak Keraton Solo yang paling tahu tata cara pelaksanaan tradisi adat tersebut. Hal itu menyusul kabar Raja Keraton, Paku Buwono (PB) XIII yang belum pasti mengikuti acara menyambut tahun baru Islam tersebut.

Advertisement

“Acara kirab memang masuk agenda kota, tapi Sinuhun ikut (kirab) atau tidak bukan ranah saya. Itu hak keraton untuk menentukan sendiri,” ujarnya saat ditemui wartawan di Taman Balekambang, Minggu (3/11/2013).

Menurut Wali Kota, tugasnya di keraton sebatas menjaga aset negara tersebut agar tetap lestari dan terjaga. Pihaknya enggan mengurusi personel-personel keraton yang belakangan berbeda pendapat soal pelaksanaan kirab.

Namun demikian, Rudy tak menampik PB XIII memiliki kewenangan untuk mengatur tradisi adat di keraton, termasuk kirab 1 Sura. “Sinuhun punya kewenangan untuk lakukan ritual itu,” tuturnya.

Advertisement

Ihwal kirab yang telah disiapkan Lembaga Dewan Adat, Rudy tidak akan memaksa PB XIII untuk mengikutinya. Sebagaimana diketahui, PB XIII akan mengeluarkan maklumat terkait kepastian pelaksanaan Kirab 1 Sura. Langkah itu menyusul upaya Dewan Adat yang ngotot menggelar kirab tanpa raja.

Pengageng Kusuma Wilapa Keraton, K.P. Eddy Wirabhumi, berharap PB XIII berkenan menghadiri kirab. Sebelumnya, Dewan Adat telah beberapa kali melayangkan surat ke PB XIII ihwal pelaksanaan agenda tersebut.

“Sebagai pemangku adat, Sinuhun sudah tahu kewajibannya untuk hadir,” tuturnya.

Advertisement

Sementara itu, sejarawan muda, Heri Priyatmoko, menilai pelaksanaan Kirab 1 Sura saat ini lebih identik dengan kebo Kiai Slamet dan jamasan pusaka keraton. Padahal di zaman dulu, menurutnya, raja memiliki posisi istimewa dalam tradisi itu.

“Kirab menjadi sakral dan bermakna dengan kehadiran raja. Pada masa PB X, raja pernah memerintahkan abdi dalem untuk mengirab kebo memutari Baluwarti untuk mencegah pagebluk (wabah penyakit),” ujarnya kepada Esposin.

Advertisement
Rini Yustiningsih - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif