Langganan

Kemenko PMK Beri Dana Insentif Atasi Stunting, Solo Tidak Dapat

by Candra Septian Bantara  - Espos.id Solopos  -  Minggu, 6 Oktober 2024 - 19:02 WIB

ESPOS.ID - Asisten Deputi Ketahanan Gizi dan Promosi Kesehatan Kemenko PMK, Jelsi Natalia Marampa, di sela-sela Rapat Koordinasi Lintas Sektor Pencegahan dan Percepatan Penurunan Stunting Provinsi Jawa Tengah di Solo Technopark pada Jumat (4/10/2024). (Espos/Candra Septian Bantara)

Esposin, SOLO -- Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) memberikan insentif fiskal atau pendanaan APBN kepada 11 kabupaten/kota di Jawa Tengah yang punya capaian bagus dalam penurunan angka stunting. Untuk wilayah Soloraya hanya Klaten dan Wonogiri yang mendapatkannya.

Sedangkan Solo tidak mendapat insentif tersebut. Hal itu disampaikan Asisten Deputi Ketahanan Gizi dan Promosi Kesehatan Kemenko PMK, Jelsi Natalia Marampa, saat diwawancarai Espos di sela-sela Rapat Koordinasi Lintas Sektor Pencegahan dan Percepatan Penurunan Stunting Provinsi Jawa Tengah di Solo Technopark pada Jumat (4/10/2024).

Advertisement

Menurut Jelsi, nilai insentif tersebut berkisar di angka Rp5 miliar-Rp6 miliar. "Adapun 11 kabupaten atau kota yang memperoleh insentif fiskal adalah Banjarnegara, Batang, Brebes, Cilacap, Demak, Jepara, Kebumen, Klaten, Wonogiri, Wonosobo, dan Salatiga. Mereka mendapatkan insentif fiskal karena berbagai capaian mereka," kata dia.

Ditanya kenapa Solo tidak mendapatkan insentif fiskal, dia menjawab akan diupayakan untuk tahun depan. Meski begitu, dia menilai Solo sebetulnya sudah berhasil melakukan penurunan angka stunting yakni di angka 16 persen, di mana angka tersebut di bawah rata-rata nasional maupun Jawa Tengah.

Advertisement

"Tadi Pak Pj [Penjabat] Wali Kota juga menanyakan kenapa Solo tidak dapat. Saya bilang Solo tidak dapat, tapi kami yakin tahun depan pasti akan dapatkan," terang dia.

Jelsi berharap daerah-daerah yang memperoleh insentif fiskal mampu memanfaatkan dana itu semaksimal mungkin untuk pencegahan stunting. Seperti fokus pada pemberian nutrisi untuk 1.000 hari pertama bayi, bantuan gizi untuk bayi-bayi yang masih kurang gizi, maupun program intervensi lain yang punya dampak bagi masyarakat.

Advertisement

"Jadi tidak lagi hanya mencari stunting-stunting tapi juga yang bermasalah gizi, sehingga tidak lahir stunting baru. Gizi kurang itu akan diberikan PMT [Pemberian Makanan Tambahan], diberikan pendampingan dan intervensi. Kalau itu bisa dicegah angka stunting kita semakin menurun," imbuh dia.

Sebagai informasi berdasarkan data yang dipaparkan dalam rapat tersebut, dari sekian banyak kabupaten/kota di Jawa Tengah, Demak menjadi wilayah dengan angka stunting terendah yakni 9,2 persen. Sedangkan Kota Solo berada di posisi keenam terbawah dengan angka 16 persen.

Angka stunting tertinggi di Jawa Tengah dipegang Wonosobo dengan 29,2 persen. Sementara itu, Penjabat (Pj) Wali Kota Solo Dhoni Widianto mengakui dalam penanganan stunting di Solo terkendala APBD yang terbatas, namun sejauh ini bisa berjalan dengan baik. Oleh karenanya di berharap ke depan Solo juga bisa memperoleh insentif dana dari pusat untuk penanganan stunting.

"Kalau angka anggaran memang belum memadai, tadi Bu Asisten Deputi menjanjikan kepada Kota Surakarta tahun depan akan mendapatkan insentif fiskal. Kalau itu betul nanti sangat membantu sekali untuk melakukan upaya terobosan mengoptimalkan program-program penurunan stunting," katanya dalam kesempatan yang sama.

Advertisement
Suharsih - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif