by Tri Rahayu - Espos.id Solopos - Kamis, 7 Oktober 2021 - 16:51 WIB
Esposin, SRAGEN — Petani bawang merah di Kampung Ngoncol, Kelurahan Nglorog, Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen, menuai hasil panen berlipat ganda. Setiap 1 kg bibit bawang merah lokal bisa menghasilkan 9 kg bawang merah dalam waktu 57 hari.
Rupanya ada rahasia untuk bisa mendapatkan hasil panen yang berlimpah. Petani bawang di Ngoncol rupanya menanam bawang menggunakan metode kelambu. Itu yang jadi rahasianya.
Petani bawang asal RT 001/RW 007, Kampung Ngoncol, Djon Suwandi, 45, telah membuktikan keampuhan penanaman bawang metode kelambu. Bahkan pada Kamis (7/10/2021), banyak petani bawang dari luar Sragen berdatangan ke sawah Djon yang luasnya 1.500 meter persegi itu untuk menyaksikan sendiri hasil panen metode kelambu.
Baca Juga: Petani Sragen Pusing Diwajibkan Setor Titik Koordinat Sawah untuk Ajukan Pupuk Bersubsidi
Metode kelambu itu dibuktikan anggota asal Kampung Ngoncol RT 001/RW 007, Nglorog, Djon Suwandi, 45, saat berbincang dengan Espos di pinggir sawahnya, Kamis (7/10/2021). Para petani bawang merah dari Ngrampal, Tanon, Gondang, dan kecamatan lainnya berdatangan ke lahan milik Djon Suwandi seluas 1.500 meter persegi untuk membuktikan hasil tanaman bawang merah itu.Djon Suwandi yang juga anggota Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Sragen bersama tiga petani bawang merah lainnya mengambil sampel petak seluas satu meter persegi untuk melihat hasil produksi tanaman itu. Bawang merah hasil pengambilan sampel petak atau ubin kemudian ditimbang.
Hasil timbangan menunjukkan berat 4,5 kg berat kotor. Djon memprediksi berat bersihnya sekitar 3,5 kg karena dikurangi berat daun bawang merah yang diperkirakan mencapai 1 kg.
Baca Juga: Jos! Sidowayah Klaten Kembangkan Millenial Smartfarming Biar Petani Nggak Punah
“Dengan luas lahan 1.500 meter persegi dikurangi lacen untuk pengairan, kami memperkirakan hasil panennya bisa mencapai 1,8 ton. Kalau dibandingkan dengan bibitnya maka perbandingan hasil panennya bisa 1 banding 9. Artinya setiap 1 kg bibit bawang merah bisa menjadi 9 kg bawang merah dalam 57 hari. Metode kelambu itu ternyata efektif untuk mengurangi hama,” ujar Djon.Dia mengatakan dengan metode kelambu itu hama turun drastis sampai 80%. Di sisi lain, Djon menggunakan pola pemupukan semiorganik. Dengan luasan 1.500 meter persegi itu ia hanya menggunakan pupuk kimia sedikit. Djon cukup untung pada musim panen ini karena harga bawang merah sedang bagus, mencapai Rp13.000/kg.
Baca Juga: 3 Hektare Lahan di Desa Sigit Sragen Disiapkan untuk Tanam Porang, Tapi…
Petani bawang merah asal Jono, Kecamatan Tanon, Miswanto, juga membuktikan langsung efektivitas penggunaan kelambu dalam penanaman bawang merah. Belum lama ini, Miswanto panen bawang merah dengan bibit impor dari Thailand. Miswanto menggunakan bibit impor karena produksinya bisa 1:20 atau setiap 1 kg bibit bisa memproduksi 20 kg.
“Dari 130 kg bibit yang saya tanam ternyata hanya menghasilkan 1,165 ton atau perbandingannya 1:9. Hasil ini jauh dari harapan karena banyak hamanya. Lahan saya memang tidak menggunakan metode kelambu. Kalau saya pakai kelambu maka produktivitasnya bisa maksimal 1:20,” ujarnya.