by Septhia Ryantie Jibi Solopos - Espos.id Solopos - Sabtu, 17 Agustus 2013 - 04:30 WIB
Sementara Juni hingga pertengahan Agustus ini, jumlah penderita DB bertambah 45 orang, satu orang di antaranya meninggal dunia. Kasus DB tersebut mencapai puncaknya pada Juni, dengan jumlah penderita DB mencapai 25 orang.
Kepala Dinkes Kabupaten Boyolali, Yulianto Prabowo, mengakui peningkatan jumlah kasus penyakit DBD di Kabupaten Boyolali, terutama dua bulan terakhir ini. Pihaknya juga mengakui ada perubahan siklus peningkatan kasus penyakit DB.
Menurut dia, hal itu salah satunya dipengaruhi anomali cuaca yang terjadi beberapa waktu terakhir ini. Jika melihat data 2012, Maret-Mei, tren kasus DB di Kabupaten Boyolali menurun. Kemudian mulai Mei meningkat, namun tidak signifikan. Sementara dari data 2013 ini, Maret-Mei, justru menunjukkan peningkatan signifikan.
Jumlah kasus DB bahkan terus meningkat dan mencapai puncaknya Juli dengan jumlah penderita DB yang tercatat mencapai 25 orang.
“Memang di Kabupaten Boyolali ada peningkatan, tapi sampai saat ini masih dapat dikendalikan,” kata Yulianto.
Sementara penyebab kematian bagi pasien yang positif terserang DB, lanjut dia, rata-rata disebabkan keterlambatan penanganan terhadap penderita. Hal ini dikarenakan banyak orang tua yang tidak segera memeriksakan penderita ke Puskesmas.
“Kebanyakan penderita juga langsung dibawa ke rumah sakit. Padahal, jika penderita ditangani di Puskemas, meskipun masih berstatus suspect, penanganan antisipasi BDB di lingkungan korban dapat segera dilakukan,” ungkapnya.
Sedangkan upaya menanggulangi dan mengantisipasi serangan penyakit tersebut, saat ini pihaknya semakin menggencarkan gerakan pembasmian sarang nyamuk (PSN), disertai pemeriksaaan jentik secara berkala oleh kader dan abatisasi. Selain itu, gerakan penyuluhan juga terus digencarkan, utamanya memberikan sosialisasi kepada masyarakat supaya tidak sampai terlambat penanganan pada korban DBD.