Langganan

Jumlah Lulusan Perguruan Tinggi yang Menganggur di Solo Meningkat, Ini Kata Peneliti BRIN

by Ahmad Kurnia Sidik  - Espos.id Solopos  -  Minggu, 22 September 2024 - 16:48 WIB

ESPOS.ID - Ilustrasi pengangguran. (Dok Solopos)

Esposin, SOLO -- Pengangguran masih menjadi salah satu tantangan utama yang dihadapi banyak daerah di Indonesia, termasuk di Kota Solo. Ironisnya, seperempat pengangguran di Solo merupakan lulusan perguruan tinggi (PT).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tentang Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kegiatan Selama Seminggu, Sejak 2021-2023, yang diakses Espos.id di laman surakartakota.bps.go.id, Minggu (22/9/202), tercatat total pengangguran di Solo sebanyak 13.358 jiwa pada 2023.

Advertisement

Seperempat dari jumlah itu adalah lulusan perguruan tinggi, yakni sebanyak 3.480 jiwa atau 26,05% dari total pengangguran di Solo pada 2023.

Data tersebut juga mencatat angka pengangguran masih didominasi lulusan SMA sederajat, yakni sebanyak 7.941 jiwa atau 59,44% pada 2023. Akan tetapi jika ditinjau dari persentase peningkatannya, lulus perguruan tinggi yang menganggur lebih tinggi dibanding lulusan SMA sederajat.

Advertisement

Data tersebut juga mencatat angka pengangguran masih didominasi lulusan SMA sederajat, yakni sebanyak 7.941 jiwa atau 59,44% pada 2023. Akan tetapi jika ditinjau dari persentase peningkatannya, lulus perguruan tinggi yang menganggur lebih tinggi dibanding lulusan SMA sederajat.

Sejak 2021-2023 secara berturut-turut angka pengangguran lulusan SMA yakni 9.082 jiwa pada 2021, 6.366 jiwa pada 2022, dan 7.941 jiwa pada 2023. Sementara jumlah pengangguran lulusan PT yakni 1.433 jiwa pada 2021, 2.020 jiwa pada 2022, dan 3.480 jiwa pada 2023.

Tampak pengangguran lulusan perguruan tinggi meningkat setiap tahunnya. Sementara pengangguran lulusan SMA sederajat cenderung fluktuatif.

Advertisement

Dikatakan kompleks karena kenyataan tingginya tingkat pendidikan saat ini tidak menjamin calon pekerja atau pekerja itu lebih mudah mencari kerja atau mempertahankan pekerjaannya. Di sisi lain, transisi pendidikan saat ini diteropong menggunakan lensa ekonomi atau dikonstruksi berdasarkan rasionalitas pasar.

Transisi Dunia Kerja dan Pendidikan

“Tak heran anak yang masih menempuh pendidikan diposisikan sebagai calon tenaga kerja yang akan masuk ke bursa pasar di masa depannya. Mental dan keterampilan itu diinternalisasi sejak masih menempuh pendidikan dan sangat bergantung pada dunia kerja,” kata Peneliti BRIN itu saat dihubungi Espos.id, Minggu (22/9/2024).

Padahal, lanjut dia, dunia kerja tak jarang juga bertransisi lebih cepat daripada dunia pendidikan. Karena itu pula banyak lulusan yang kemudian sulit mendapat pekerjaan ketika lulus. Karena kondisi dunia kerja sudah berubah dibandingkan anggapan ketika mereka masih sekolah.

Advertisement

Permasalahan pengangguran ini, menurutnya, juga tidak bisa selesaikan dengan jalan keluar yang sering ditawarkan saat ini, seperti pelatihan-pelatihan kerja yang bersifat personal dan sementara.

“Kita sering mendengar misalnya ‘Anda menganggur karena kapasitas diri kurang atau personal branding tidak menjual', dan kemudian ditawarkan upskilling yang bersifat personal,” jelasnya.

Hal itu, menurut Anggi, tidak akan ampuh untuk mengentaskan masalah pengangguran yang didominasi lulusan perguruan tinggi karena memang bersifat personal dan sementara. Akak tetapi, kata dia, negara harus hadir secara struktural dan terlibat aktif berkesinambungan dalam menyelaraskan standar dunia pendidikan dan dunia kerja.

Advertisement

Di saat yang bersamaan, setiap transisi baik pendidikan atau ketenagakerjaan harus ditilik berdasarkan perspektif sosial yang lebih luas, bukan ekonomi semata.

“Hal ini perlu segera diupayakan, mengingat banyak kampus saat ini membuka keran masuk perguruan tinggi yang cukup deras dengan pembiayaan yang tinggi pula. Jika tidak segera dituntaskan, masalah yang muncul bakal lebih kompleks lagi dan kita akan semakin jauh dari cita-cita keadilan sosial dan mencerdaskan kehidupan bangsa yang digagas oleh pendiri bangsa,” ujarnya.

Advertisement
Suharsih - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif