Langganan

Jejak Kelam Sasana Mulya Keraton Solo 1965-1967, Jadi Kamp Ribuan Tapol PKI

by Dhima Wahyu Sejati  - Espos.id Solopos  -  Senin, 30 September 2024 - 16:30 WIB

ESPOS.ID - Foto lawasan tahanan politik di Sasana Mulya Keraton Solo sekitar tahun 1966-1967.

Esposin, SOLO — September 59 tahun yang lalu adalah masa kelam bagi sejarah bangsa Indonesia. Kengerian peristiwa Gerakan 30 September PKI atau G30S/PKI meninggalkan luka mendalam di hati seluruh rakyat Indonesia, bahkan hingga sekarang.

Jejak-jejak peristiwa itu masih ada dan bisa ditelusuri, termasuk di Kota Solo. Di kompleks Keraton Solo terdapat bangunan bersejarah bernama Ndalem Sasana Mulya yang ternyata memiliki sejarah kelam dan menjadi saksi bisu masa pergolakan pada 30 September hingga 1 Oktober 1965. 

Advertisement

Pada masa itu disebut ada upaya untuk menggulingkan pemerintahan Soekarno. Menurut pemerintah Orde Baru (Orba), Partai Komunis Indonesia (PKI) bertanggung jawab atas peristiwa yang diwarnai gugurnya para jenderal itu. Maka Presiden Soeharto menyebutnya sebagai Gerakan 30 September PKI atau G30S/PKI.

Pascainsiden 30 September 1965, pemerintahan baru di bawah Presiden Soeharto menyatakan bahwa PKI adalah partai terlarang. Semua orang yang menjadi anggota, terafiliasi, atau sekadar partisan PKI ditangkap.

Advertisement

Mayoritas dari mereka ditangkap tanpa proses pengadilan. Penangkapan itu terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia, tidak terkecuali Kota Solo. Salah satu saksi bisu dari penangkapan orang yang dianggap ada kaitan dengan PKI adalah Ndalem Sasana Mulya.

Kerabat Keraton Solo, RM RP Restu Budi Setiawan mengatakan Sasana Mulya pada periode 1965-1967 berubah menjadi kamp tahanan politik (tapol) PKI. Dia mengatakan cagar budaya itu menjadi saksi perjalanan politik Indonesia.

Advertisement

“Jadi tahun 1965-1967 itu Sasana Mulya jadi kamp tahanan bagi orang-orang yang terlibat G30S/PKI di wilayah Soloraya. Mereka ditahan di situ. Bahkan menurut cerita para sesepuh, yang ditahan di sana lebih dari 1.000 orang,” kata dia kepada Espos, belum lama ini.

Menampung 1.931 Tapol

Restu mengatakan lantaran beberapa tapol ada yang berasal dari desa, tidak jarang pada pagi hari istri-istri mereka datang untuk menjenguk. Para istri itu sekadar ingin memberikan makanan. Dia mengatakan para tapol ditahan di Sasana Mulya sebelum diadili. 

“Nah kalau yang dikirim sudah tidak ada, ya siap-siap saja, itu mungkin sudah diadili [dalam arti] mungkin sudah dibuang di Kretek Bacem [lalu] dieksekusi. Dulu cerita seperti itu santer terdengar,” kata dia.

Dikutip Espos dari catatan Institut Sejarah Sosial Indonesia (ISSI), Senin (30/9/2024), Sasono Mulyo Keraton Solo menjadi kamp penampungan para tapol laki-laki sejak 1 Desember 1965 sampai 30 Mei 1967.

Sasana Mulya terdiri atas dua bangunan utama yang berbentuk Joglo dan Lodjen gaya Eropa. Namun yang digunakan tempat penahanan para tapol di dalam maupun di pendopo bangunan induk. 

Luas  pendopo (serambi) berukuran kurang lebih 37,5 meter x 25 meter. Agar tidak kabur, militer waktu itu membangun sekat-sekat di ruangan pendopo menggunakan gedek atau dinding dari anyaman bambu. Sedangkan jalur keluar-masuk kamp dipagari kawat berduri. 

Pada 9 Maret 1966, berdasarkan catatan tata usaha kamp, jumlah tapol yang ditahan di tempat itu mencapai 1.931 orang. Mereka dibagi dalam 33 kelompok. Berdasarkan catatan ISSI, tapol yang ditahan di Kamp Sasono Mulyo bukan tokoh PKI maupun organisasi kiri lainnya. 

Kondisi Tahanan di Kamp Sasana Mulya

Kondisi tapol yang ditahan di kamp Sasana Mulya tidaklah baik-baik saja. Mereka kerap mendapat siksaan, kerja paksa, hingga minim fasilitas, bahkan ada penghilangan paksa. Penyiksaan yang diterima misalkan ketika militer melakukan interogasi di tempat lain seperti Balai Kota.

Sedangkan kerja paksa yang perintahkan beragam, mulai dari menambal tembok, membersihkan pasar, sampai gedung pemerintahan. Tapol tidak diberikan upah dan juga jatah makan. Satu-satunya yang bisa diandalkan adalah jatah makan dari keluarga. Itu pun terkadang tertahan hanya sampai petugas jaga.

Sasana Mulya sebetulnya tidak terlalu luas untuk menampung ribuan orang. Sehingga para tapol terpaksa tidur berdesakan tanpa alas. Jika hujan melanda sudah pasti bocor sebab kondisi bangunan sudah memprihatinkan. Kondisi itu membuat para tapol jatuh sakit sedangkan fasilitas kesehatan hampir tidak ada.

Pada awal 1967, tapol di Kamp Sasana Mulya mulai dipindahkan secara bergelombang ke tempat-tempat penahanan lain. Sasana Mulya hanya bagian dari operasi militer waktu itu.

Pada kurun waktu 1965-1967 ada perintah untuk melancarkan operasi pembersihan dari unsur haluan politik kiri (Komunis dan turunannya) ke kampung-kampung di Solo.

20 Kamp Penahanan Tapol PKI di Solo

Mereka yang ditangkap akan diinterogasi ataupun ditahan di kamp khusus. ISSI mencatat ada 20 lokasi kamp penahanan dan interogasi di wilayah Kota Solo, meliputi:

  1. Seksi I Baron 
  2. Seksi II Banjarsari 
  3. Pool Bus Eva dan Sendiko 
  4. Kandang Menjangan 
  5. Markas AURI Panasan 
  6. Loji Gandrung 
  7. DPKN 
  8. Balaikota dan Gedung DPRD Surakarta 
  9. Gedung Perkantoran Pemkot Solo 
  10. CPM Surakarta 
  11. Wangkung (Pamardi Karya) 
  12. LP Surakarta 
  13. Sasono Mulyo 
  14. Kantor Polisi Serengan 
  15. Kantor Kopem (Komando Pemberantasan Malaria) 
  16. Kecamatan Pasar Kliwon 
  17. Kecamatan Jebres 
  18. Kecamatan Serengan 
  19. Kecamatan Laweyan 
  20. Kecamatan Banjarsari 


Sementara itu, dari sejarahnya, Dalem Sasana Mulya Keraton Solo dibangun pada masa pemerintahan PB IV dan diperuntukkan para putra Raja. Putra Mahkota tinggal di bangunan utama yang masih berada di kompleks Sasana Mulya.

Lalu terdapat bangunan di sepanjang sisi timurnya yang ditempati oleh para abdi dalem. Tugas mereka adalah mengurus kebutuhan sehari-hari sang putra mahkota. Namun kondisi saat ini berbeda.

Sasana Mulya Hari Ini

Catatan Espos, pada awal 2024, Ndalem Sasana Mulya hampir roboh karena hujan angin yang melanda Kota Solo. Bangunan yang rusak parah adalah pendopo. Atap pendopo disangga bambu agar tidak roboh. 

Akhir-akhir ini, bangunan bersejarah itu sudah diperbaiki meski baru sebagian, terutama di bagian atap. Kini cagar budaya di kawasan Keraton Solo itu digunakan sebagai pusat kegiatan kebudayaan seperti pentas seni. Sesekali digunakan pula untuk resepsi pernikahan.

RM RP Restu Budi Setiawan mengatakan fungsi Sasana Mulya, sesuai dengan amanah PB XII, yakni sebagai tempat edukasi dan pusat pendidikan kesenian. 

Advertisement
Suharsih - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif