by Wahyu Prakoso - Espos.id Solopos - Sabtu, 3 April 2021 - 23:15 WIB
Esposin, SOLO — Beribadah di masa pandemi Covid-19 memang memaksa pengelola tempat ibadah tak bisa menyenangkan semua jemaat, termasuk saat Paskah tiba. Yustinus Hari Parnomo, 55, Jumat (2/4/2021), ketiban sesal itu.
Ia bertugas menjadi bagian tim kerja keamanan jemaat pada rangkaian ibadah pekan suci Paskah 2021 di Gereja Katolik St. Petrus Purwosari Solo, Jl. Slamet Riyadi No.370, Solo, Jawa Tengah.
Jemaat St. Petrus Purwosari tersebut membantu mengecek suhu tubuh umat yang memasuki halaman gereja. Pandangan matanya tidak hanya kepada jemaat yang berjalan di depannya tetapi menyorot sekeliling gerbang gereja.
Baca Juga: Jajal Peluang Bisnis Restoran Virtual
Baca Juga: Jajal Peluang Bisnis Restoran Virtual
Bapak tiga anak tersebut mengantisipasi jika ada orang yang tidak dikenal menerobos keamanan dan membuat teror. Dia mempelajari gerakan pelaku bom bunuh diri di Makassar saat Minggu Palma.
Hari sering menegur jemaat yang datang tanpa memakai kartu identitas gereja. Maklum, masih banyak jemaat yang tidak mengalungkan kartu identitas. Padahal sistem itu sudah berlaku pada ibadah rutin sejak Juli tahun lalu.
Baca Juga: Bertahan di Peluang Bisnis Nasi Biryani
“Pengalaman sedihnya tidak enak dengan umat saat menerapkan protokol ketat. Ketemu tetangga satu lingkungan harus disuruh pulang karena enggak bawa kartu yang sesuai diamanatkan. Gereja harus tegas demi menjaga kepentingan semuanya,” kata dia.
Hari tidak mengikuti misa walaupun jemaat sudah berada di dalam gedung gereja dan ada petugas gabungan yang membantu pengamanan. “Ikut misa tapi pikiran di luar percuma. Enggak menerima sabda Tuhan,” kata dia.
Agustinus Fajar Satriya, 35 memiliki segudang pengalaman dalam kepanitiaan Paskah dan Natal tapi dia merasa Paskah 2021 berat.
Baca Juga: Pandemi Pacu Lonjakan KDRT di Jepang
Panitia harus mengatur jadwal ibadah dengan menjamin protokol kesehatan.
“Jadwal Jumat Agung dan Minggu Paskah ada empat sesi sama dengan jadwal ibadah rutin saat pandemi. Tapi Kamis Putih dan Malam Paskah hanya dua sesi sehingga ada pembatasan kuota. Jadwal berubah sulit ngaturnya,” kata dia.
Baca Juga: Ini Target Satya Wacana Saints Salatiga
Menurut dia, panitia merasa bersalah ketika menolak umat yang datang akibat jumlah kuota gedung sudah penuh. Namun, menjalankan tugas sesuai aturan merupakan pilihan terbaik walaupun tidak bisa menyenangkan semua orang.
Umat lain, Fransisca Wien Dwi Mastuti, 58, mengambil peran sebagai Ketua III Panitia Paskah Gereja Katolik St. Petrus Purwosari Solo. Panitia Paskah 2021 merupakan pengurus gereja wilayah Munggung, Punggawan, dan wilayah Tipes.
“Kami tidak berkumpul lama sehingga pandemi ini banyak kerinduan bertemu dari anggota wilayah. Kadang pertemuan hanya bisa memakai zoom,” katanya.
KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos