by Bayu Jatmiko Adi - Espos.id Solopos - Sabtu, 25 September 2021 - 04:00 WIB
Esposin, BOYOLALI -- Uang palsu atau upal buatan warga Mojosongo, Boyolali, yang terungkap pada pertengahan September lalu disebut memiliki kualitas lebih tinggi dibanding temuan upal di Klaten pada tahun lalu.
Kendati begitu, jika dibandingkan dengan uang asli buatan Bank Indonesia (BI), uang palsu itu jelas berbeda dan masih jauh di bawah uang asli. Hal itu diungkapkan Ketua Tim Sistem Pembayaran Pengelolaan Uang Rupiah dan Layanan Administrasi (SPPURLA) KPw BI Solo, Gunawan Purbowo, kepada wartawan, Jumat (24/9/2021).
Gunawan mengatakan belum bisa memastikan persentase kemiripan uang palsu dalam kasus di Boyolali itu dengan uang asli. Hal itu memerlukan penelitian lebih lanjut. Jika dilihat sepintas, uang palsu di Boyolali terlihat mirip dengan uang asli.
Namun ketika dilihat lebih teliti, akan terlihat perbedaannya. "Paling umum bisa dikenali dengan cara dilihat, diraba diterawang. Kalau dilihat lebih teliti, itu beda dengan uang asli. Diraba, dari kekasarannya juga tidak seperti uang asli. Diterawang [tampilannya] juga tidak serapi uang asli," lanjutnya.
Namun ketika dilihat lebih teliti, akan terlihat perbedaannya. "Paling umum bisa dikenali dengan cara dilihat, diraba diterawang. Kalau dilihat lebih teliti, itu beda dengan uang asli. Diraba, dari kekasarannya juga tidak seperti uang asli. Diterawang [tampilannya] juga tidak serapi uang asli," lanjutnya.
Baca Juga: Pengungkapan Kasus Upal Rp49 Juta di Boyolali Bermula dari Laporan Warga, Begini Kronologinya
Kepala Unit pengolahan Uang Rupiah KPw BI Solo, Purwanto, menambahkan dari segi pewarnaan, upal di Boyolali terlihat lebih terang dibandingkan uang asli. Kertas yang digunakan juga berbeda dengan uang asli. "Dari segi warna, upal pecahan Rp100.000 lebih cerah. Bisa dilihat, apalagi jika disandingkan dengan uang asli," jelasnya.
"Di sini [upal] ada tapi belum sempurna. Memang cetakan ini kualitasnya lebih bagus sedikit dibandingkan temuan di Klaten. Tapi kalau dibandingkan dengan uang asli masih jauh," jelasnya.
Baca Juga: BI Solo: Kasus Upal Boyolali Jadi Temuan Terbesar di Soloraya
Berdasarkan data dari KPw BI Solo, temuan uang palsu di Boyolali merupakan temuan pertama tahun ini. Jumlah temuannya paling besar jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Pada 2019, di wilayah Soloraya ditemukan 4.322 lembar upal. Kemudian pada 2020 terdapat temuan 3.756 lembar upal. Pada 2021 ada temuan sekitar 1.802 lembar.
Seperti diberitakan, Polres Boyolali mengungkap kasus pembuatan dan pengedaran uang palsu dan menangkap sembilan tersangka pada Minggu (12/9/2021) lalu. Barang bukti upal yang ditemukan adalah 8.516 lembar upal dengan nilai total Rp49.030.000.
Baca Juga: Polres Boyolali Bekuk 9 Tersangka Kasus Pembuatan dan Peredaran Upal
Sembilan tersangka itu yakni DS, 39, warga Wates, Desa/Kecamatan Mojosongo, Boyolali; MF, 41, warga Ciseureuh, Kecamatan Pegol, Kota Bandung.
Kemudian CA, 37, warga Cepu, Blora; AB, 46, warga Ngestiharjo, Kecamatan Kasihan, Bantul, DIY; EDH, 53, warga Margorejo, Kecamatan Wonocolo, Surabaya. Selanjutnya HS, 25, warga Darmo, Kecamatan Wonokromo, Surabaya; ABW, 46, warga Prayungan, Lengkong, Nganjuk.
AS, 49, warga Kertajaya, Kecamatan Gubeng, Surabaya, dan terakhir, SD, 34, warga Karanggebang, Kecamatan Jetis, Ponorogo.