Langganan

Gaji 6 Bulan Belum Dibayar, 150 Pegawai Rumah Sakit Marga Husada Wonogiri Merasa Ditelantarkan - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia | Espos.id

by Rudi Hartono  - Espos.id Solopos  -  Jumat, 1 Mei 2020 - 16:28 WIB

ESPOS.ID - RS Marga Husada Wonogiri sepi pada Jumat (1/5/2020) karena berhenti beroperasi sejak enam bulan lalu. (Solopos/Rudi Hartono)

Esposin, WONOGIRI -- Sekitar 150 pegawai Rumah Sakit Marga Husada Wonogiri merasa ditelantarkan lantaran gaji selama enam bulan mereka belum dibayarkan.

Mereka masih berstatus karyawan aktif tetapi gaji tak dibayarkan semenjak rumah sakit itu tak beroperasi sejak enam bulan lalu.

Advertisement

Mereka menuntut pemilik dan pengelola rumah sakit itu bertanggung jawab. Kendati begitu mereka tak menggelar demonstrasi pada peringatan Hari Buruh Internasional (HBI), Jumat (1/5/2020).

Mau Konvoi, Belasan Bus Pariwisata di Karanganyar Dibubarkan Saat Panasi Mesin

Hal itu karena virus corona (Covid-19) masih mewabah. Para pegawai yang belum menerima gaji itu hanya berkumpul di halaman rumah sakit di Jl S Parman No 4, Kaliancar, Selogiri, Wonogiri, tersebut.

Advertisement

Mereka datang untuk menerima bantuan bahan pangan dari Polres Wonogiri. Informasi yang dihimpun Esposin, Jumat, pekerja RS Marga Husada yang berdiri sejak 1990 itu terdiri atas pekerja medis dan nonmedis.

Pekerja medis seperti dokter, perawat, petugas laboratorium, dan sebagainya paling banyak.

Sehari 7 Warga Sragen Positif Covid-19, Semua Klaster Ijtima Gowa

Salah satu pegawai nonmedis, Spo, mengatakan meski  tak lagi beroperasi, manajemen rumah sakit di Wongiri itu tak melakukan PHK atau merumahkan pegawai, dengan atau tanpa gaji.

Advertisement

Artinya, pekerja tetap berstatus karyawan aktif. Namun, manajemen RS tak membayarkan gaji para pekerja.

Dia curiga manajemen rumah sakit tak mem-PHK pekerja agar terhindar dari kewajiban membayar uang pesangon.

Mudik Dilarang, Kata Jokowi Dua Kelompok Ini Boleh Pulang Kampung

Kondisi tanpa gaji itu membuat para pegawai rumah sakit di Wonogiri itu kelimpungan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Utang di bank pun tak terbayarkan.

Advertisement

Alhasil, pekerja menunggak setoran cukup banyak. Sebelumnya, angsuran utang bank disetorkan melalui pemotongan gaji secara langsung.

“Bisa dikatakan kami ditelantarkan, nasib kami digantung. RS tak beriktikad baik mau menyelesaikan masalah ini. Banyak dari kami bekerja sejak RS berdiri, ikut membesarkan RS. Tapi balasannya malah begini. Kami sama sekali tak dihargai,” kata dia.

Round Up Covid-19 Sukoharjo: Positif Ajek, Sembuh Jadi 7 Orang

Pegawai lainnya, Syo, menimpali berbagai upaya telah ditempuh untuk meminta pertanggungjawaban manajemen rumah sakit di Wonogiri itu terkait gaji. Misalnya berkoordinasi dengan pemilik dan pengelola RS.

Saling Lempar Tanggung Jawab

Bahkan, hingga dimediasi Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) pun sudah dilakukan. Namun, semua upaya itu tak mendapatkan solusi.
Advertisement

Pemilik dan pengelola RS malah saling lempar tanggung jawab. “Pemilik, Pak Suwarno, bilang masalah karyawan tanggung jawab pengelola. Waktu kami menemui pengelola, kami disuruh minta pertanggungjawaban pemilik. Kami dilempar-lempar enggak jelas,” kata lelaki tersebut.

Tanpa Kita Sadari, Pelan-Pelan Facebook Menguasai Dunia Ini

Pemegang saham RS Marga Husada Wonogiri, Suwarno, saat dimintai konfirmasi menyebut persoalan rumah sakit, termasuk gaji pegawai yang belum dibayar merupakan tanggung jawab pengelola.

Dia merasa sikapnya itu bukan lepas tanggung jawab. Dia menjelaskan RS Marga Husada di bawah naungan PT Marga Husada Bakti Wonogiri.

Menurut Suwarno berdasar aturan PT permasalahan pekerja merupakan tanggung jawab pengelola, bukan pemegang saham.

3 Tanda Panah Misterius di Ketandan Klaten, Jaket Perampok Berkode 11 dan 24

Advertisement

Dia mengaku pernah berkomunikasi dengan pengelola membahas soal gaji pegawai rumah sakit di Wonogiri itu yang belum dibayarkan.

Namun, hingga kini pengelola belum memiliki solusi. Sebaliknya, pengelola justru ingin berupaya mencari investor agar pengelolaan RS dapat dilanjutkan.

“Saya penginnya pengelolaan disetop sejak lama karena prospek usahanya kurang bagus. Bahkan, sebelum pengelolanya diganti yang baru dua tahun lalu malah rugi terus,” kata Suwarno.

Nenek di Purwodadi Meninggal Tanpa Busana di Depan Kamar Mandi

Suwarno mengaku selaku pemegang saham tak pernah menerima deviden. Di sisi lain aset RS terus menyusut hingga Rp600 juta/tahun.

"Sampai akhirnya kami menghentikan kerja sama. Pengelola pun menggugat ke pengadilan, tapi kami yang menang," kata Suwarno.

Advertisement
Suharsih - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif