by Dhima Wahyu Sejati - Espos.id Solopos - Selasa, 6 Agustus 2024 - 12:02 WIB
Esposin, SOLO—Gubernur Sulawesi Utara (Sulut), Olly Dondokambey menyinggung hubungan historis antara masyarakat Sulut dan Jawa yang sudah terjalin sejak lama.
Hal itu disampaikan ketika dirinya menerima gelar kehormatan atau kekancingan dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat atau Keraton Solo. Pemberian gelar dilakukan di Sasana Handrawina Keraton Solo oleh SISKS Paku Buwono (PB) XIII, Senin (5/8/2024).
Dalam sambutannya, dia mengatakan pada 1426 M Kyai Modjo pernah datang ke Sulut dengan 28 orang laki-laki dari Jawa. Di sana masyarakat Jawa menikah dengan orang setempat.
“Sehingga ada kampung Jawa Tondano yang terletak di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Berkembang sampai hari ini dan memberikan sumbangsih yang besar salah satunya mengajari cara bercocok tanam yang baik,” kata dia.
Dia mengatakan posisi Keraton Solo sangat penting sebagai institusi budaya yang memiliki sejarah panjang. Menurut dia, Keraton Solo telah memainkan peran untuk melestarikan dan mengembangkan budaya.
“Saya mengapresiasi setinggi-tingginya dalam komitmen menjaga dan mempromosikan warisan budaya, memberikan inspirasi untuk kita semua menjaga budaya di Indonesia,” kata dia.
Pengageng Parentah Keraton Solo, KGPH Dipokusumo mengatakan juga ada hubungan budaya Sulut dan Jawa melalui makanan berupa jenang atau bubur.
“Di Keraton kalau Sura ada jenang Suran. Nah kalau di Manado, Sulut itu ada bubur Manado. Setiap ada event misalnya pada perpindahan Keraton juga ada bubur Manado,” kata dia.
Dia mengatakan hal itu merupakan bentuk komunikasi budaya. Maka menurutnya sebagaimana yang dipahami Gubernur Sulut, ada hubungan antara budaya Jawa dan Sulut yang bersumber dari Keraton Solo.
Pada kesempatan itu, Gubernur Sulut mendapatkan pangkat Pangeran Sentana, dengan gelar K.P.A Olly Dondokambey Darmonagoro. Sedangkan sang istri mendapatkan pangkat Sentana Riya Inggil, dengan gelar K.M.Ay. Rita Dondokambey Darmaningtyas.