Langganan

Dalam Sepekan, 2 Anak di Ngasem, Colomadu Tewas Terjangkit DBD - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Iskandar Jibi Solopos  - Espos.id Solopos  -  Sabtu, 12 Januari 2013 - 22:33 WIB

ESPOS.ID - Ilustrasi (JIBI/Dok)

Ilustrasi. dokJIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto

COLOMADU-Dalam sepekan terakhir, sebanyak dua anak usia sekolah dasar di Colomadu meninggal dunia akibat terserang demam berdarah dengue(DBD). Keduanya adalah Fatma Nadia Adibah, 8, dan Sri Rahayu, 6, warga Desa Ngasem, Colomadu, Karanganyar.

Advertisement

Terkait kejadian itu Kepala Desa Ngasem, Djoko Slamet Hariadi meminta Puskesmas Colomadu melakukan fogging di desanya. “Fatma meninggal pada Rabu (9/1) sedangkan Sri meninggal pada 11 Desember 2012. Berdasar keterangan dari rumah sakit mereka meninggal akibat kena DBD,” papar Djoko ketika ditemui wartawan di ruang kerjanya, Jumat (11/1).

Terkait musibah itu dia berharap warganya mewaspadainya. Dia mengimbau warganya sering kali mengontrol bak-bak penampungan air di rumahnya, sehingga jika ada jentik nyamuk bisa segera dikuras. Selain itu warga diimbau menjaga kebersihan lingkungan.

Dia menjelaskan saat fogging dia sempat mengontrol lingkungan rumah beberapa warganya. Djoko mengaku sempat bergidik karena dia mendapati bekas bak-bak mandi yang sudah tak terpakai dan digenangi air ditemukan jentik-jentik nyamuk yang banyak. Karena itu dia langsung memerintahkan warganya segera menguras bak-bak tersebut.

Advertisement

Kepala Puskesmas Colomadu, drg E Mardikaningtyas Kusumaningsih MKes ketika ditemui Esposin di ruang kerjanya membenarkan adanya kasus tersebut. Dia menjelaskan Ngasem merupakan salah satu daerah endemis DBD. Berdasar survei yang dilaksanakan pada Januari sanpai Desember 2012, terdapat 17 kasus. Dari kasus itu satu anak dipastikan meninggal dunia terkena DBD.

“Dibanding tahun sebelumnya yaitu 2011, tahun 2012 mengalami peningkatan jumlah kasus. Pada 2011 terdapat 13 kasus. Sedangkan tahun 2010 jumlah kasus mencapai 30 kasus,” terang dia. Kurang Efektif Dia menjelaskan fogging yang dilakukan di suatu tempat dinilai kurang efektif memberantas penyakit DBD. Karena fogging hanya membunuh nyamuk yang menjadi media penularan penyakit. Yang efektif, papar dia, warga memberantas sarang nyamuk dan memusnahkan jentik-jentik.

Secara terpisah ibu Fatma yakni Siti Rohmah, 32, yang masih menunjukkan raut muka berduka mengaku tak menyangka anaknya meninggalkan dirinya secepat itu. Sebab ketika sehari sebelum meninggal putranya yang masih sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ngasem, Colomadu masih bisa berkomunikasi dengan baik.

Advertisement

“Saya tidak menyalahkan siapa pun, saya hanya merasa kepergian anak saya cepat sekali. Sebelumnya dia memang sempat koma dulu dan akhirnya meninggal dunia di rumah sakit,” papar Siti dengan mata berkaca-kaca dan suara terbata-bata.

Dia menjelaskan semula tak mengira karena pada Jumat (4/1) hanya muntah-muntah sehingga dikira masuk angin biasa. Namun pada Sabtu pagi suhu badan putranya dinilai naik menjadi tinggi sehingga diperiksakan ke salah satu dokter di Solo.

Namun karena dianggap tak menunjukkan perkembangan berarti dia mengembalikan ke dokter. Setelah diperiksa di laboratorium Fatma dinilai potisif DBD sehingga masuk ke salah satu rumah sakit di Kartasura, Sukoharjo. Namun baru sehari dirawat di rumah sakit itu jiwa Fatma tak tertolong.

Advertisement
Imam Yuda Saputra - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif