Langganan

Atasi Stunting, Forkopimcam Polokarto Sukoharjo Tanam Alpukat - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia | Espos.id

by Magdalena Naviriana Putri  - Espos.id Solopos  -  Jumat, 20 Januari 2023 - 16:23 WIB

ESPOS.ID - Pemerintah Kecamatan Polokarto, Sukoharjo, menanam ribuan pohon alpukat dalam rangka mengatasi stunting. Foto diambil Jumat (20/1/2023). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri)

Esposin, SUKOHARJO — Angka stunting di Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo, mencapai 8,7%, melebihi target kabupaten di angka 7,8%. Terkait hal itu, Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) Polokarto menanam alpukat di lahan seluas 25 hektare demi meningkatkan gizi dan pendapatan asli desa (PAD).

Camat Polokarto, Heri Mulyadi, mengatakan penanaman alpukat dilakukan di 17 desa di wilayahnya. Sementara jumlah pohon yang ditanam sebanyak 10.600 batang. Dalam satu hektare ditanam sekitar 400 bibit dengan jarak masing-masing pohon 5 meter.

Advertisement

“Saat ini [penanaman alpukat] sudah terealisasi sekitar 15 hektare dan masih berjalan. Selain untuk penyangga ketahanan pangan juga untuk meningkatkan PAD desa,” terang Heri saat ditemui usai menanam di lahan Desa Kemasan, Polokarto, Jumat (20/1/2023).

Sebagai informasi, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar .

Advertisement

Sebagai informasi, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar .

Dia mengakui angka stunting di Polokarto masih cukup tinggi. Dengan penanaman itu dia berharap daya ketahanan pangan di seluruh desa di Polokarto meningkat. Buah alpukat menurutnya memiliki gizi cukup tinggi yang bisa menjadi salah satu upaya mengatasi stunting.

Selain itu dengan penanaman tersebut Heri menargetkan masing-masing desa akan mendapatkan PAD yang cukup. Dengan adanya kemampuan anggaran, pemerintah desa bisa lebih leluasa membuat program penanganan stunting yang lebih optimal.

Advertisement

Rencananya alpukat berjenis miki yang ditanam bisa dipanen perdana pada 2,5 tahun mendatang. Ribuan pohon alpukat itu nanti dikelola pemerintah desa masing-masing melalui badan usaha milik desa (BUMDes) dan memberdayakan masyarakat lewat kelompok wanita tani (KWT), kelompok tani, Ibu-ibu Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan lainnya.

Pemerintah Kecatama Polokarto menggandeng PT. PLN (Persero) melalui Bumi Wilis Indonesia untuk melakukan pendampingan penanaman sampai berbuah. “Kami pastikan semua keuntungan masuk desa,” tegas Heri.

Stimulan Penurunan Stunting

Ketua Bumi Wilis Indonesia sekaligus penginisiasi program, Arys Buntara, mengatakan Kecamatan Polokarto dipilih karena tanahnya subur dan bukan tanah sawah. Pihaknya akan melakukan pelatihan membudidaya pohon alpukat. Setiap desa akan memiliki penanggungjawab dengan buku kebun yang akan dilaporkan secara berkala ke Bumi Wilis Indonesia.

“Kami akan mendampingi sampai berbuah. Karena begitu berbuah diharapkan mereka bisa membeli pupuk sendiri dan lainnya. Target saya per desa 2 hektare. Tetapi karena beberapa desa tidak bisa ditanam, maka jadi 17 desa. Ada desa yang punya lahan alpukat 4 hektare,” jelas Arys.

Advertisement

Kepala Puskesmas Polokarto, Novia Dwi Ernawati, mengatakan alpukat cukup baik untuk menambah asupan gizi karena memiliki banyak lemak tak jenuh. Hal itu dapat menjadi stimulan penurunan angka stunting.

Pada bagian lain, Novia mengatakan pihaknya juga memiliki program pemberian makanan tambahan (PMT) untuk mengatasi stunting. Program ini dilaksanakan melalui posyandu di seluruh desa.

“Kami juga ada pelatihan kader pendampingan untuk skrining balita stunting. Di Posyandu dilakukan rutin selama satu bulan dievaluasi untuk pertumbuhan dan berat badannya,” ujar Novia.

Advertisement

Pencegahan stunting juga dilakukan dengan sasaran remaja putri dengan memberikan pil cantik atau obat tambah darah kepada perempuan berusia SMP dan SMA.

Advertisement
Kaled Hasby Ashshidiqy - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif