by Nova Malinda - Espos.id Solopos - Selasa, 9 Agustus 2022 - 18:00 WIB
Esposin, BOYOLALI — Lereng Gunung Merapi banyak ditumbuhi tanaman yang indah nan elok, salah satunya adalah anggrek. Terdapat beberapa spesies anggrek yang hanya bisa ditemukan di lereng Merapi yang kini mulai langka.
Pasalnya, tanaman endemik itu banyak diburu warga untuk dijual. Kebanyakan dari mereka adalah warga Desa Mriyan, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Boyolali. Lazim saja karena desa tersebut sangat dekat dengan hutan yang ditumbuhi aneka spesies anggrek.
"Desa Mriyan ini paling ujung dan sudah tidak ada desa di atas ini. Hanya ada hutan-hutan setelah desa ini. Di sini banyak tanaman anggrek yang asalnya langsung dari hutan itu," ucap seorang warga Desa Mriyan, Sarjianto, Selasa (9/8/2022).
Ia mengatakan desa paling ujung selatan Boyolali ini kerap didatangi truk-truk besar yang tujuannya untuk mengangkut tanaman endemik itu.
Ia mengatakan desa paling ujung selatan Boyolali ini kerap didatangi truk-truk besar yang tujuannya untuk mengangkut tanaman endemik itu.
Baca Juga: Gunung Tangkuban Parahu Jabar, Wisata Alam di Gunung Berapi Aktif
"Adanya eksploitasi anggrek Merapi membuat tanaman itu mulai sulit ditemukan. Pada 2017, kami pemuda Desa Mriyan berinisiatif untuk melakukan konservasi tanaman anggrek yang tumbuh di hutan lereng merapi," ucap Sarjianto di rumah konservasi.
Anggrek-anggrek tersebut dirawat dan dibudidayakan menggunakan sistem kultur jaringan. Ada 12 pemuda yang menaruh perhatian pada konservasi anggrek ini dan membentuk kelompok. Markas mereka di Omah Anggrek Merapi di Desa Mriyan.
Baca Juga: Masih Siaga, Gunung Merapi Tercatat 129 Kali Gempa Guguran dalam Sehari
Mereka tidak menjual anggrek tersebut. Namun, mulai 2019 mereka membuka sistem adopsi bagi pecinta flora endemik itu. Adopsi yang dilakukan adalah dengan mengembalikan anggrek langka tersebut ke hutan lereng Merapi.
Di habitat aslinya, anggrek akan ditanam dan dipantau perkembangan nya selama periode tertentu. Hingga saat ini, setidaknya sudah ada tiga pihak yang mengadopsi anggrek langka dan menanam di habitat aslinya tersebut. Mereka dari Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP), PT Aqua Golden Mississippi, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Boyolali.
"Perawatan tanaman anggrek itu tidak mudah, tapi juga tidak sulit. Ada yang tumbuh dengan baik, beberapa ada juga yang mati karena cuaca yang tidak mendukung. Kami biasanya menyiram anggrek-anggrek ini setiap tiga hari sekali," ucap Sarjianto.
Baca Juga: Hujan Abu Merapi Melanda Kecamatan Musuk & Tamansari Boyolali
Ke depannya, ia dan para pemuda Desa Mriyan berencana memperbanyak spesies anggrek Merapi melalui kultur jaringan agar tanaman tersebut tidak punah. Upaya ini membutuhkan kerja sama dukungan dari pemerintah dan swasta.
Sebagai informasi, pada Selasa (9/8/2022), pihak LPTP mengadakan perkumpulan bersama pemuda Desa Mriyan untuk membentuk komunitas untuk mengelola secara resmi Anggrek endemik itu.