Langganan

12 Ibu di Boyolali Meninggal Dunia Terkait Kehamilan Selama 2024

by Nimatul Faizah  - Espos.id Solopos  -  Senin, 30 September 2024 - 07:28 WIB

ESPOS.ID - Ilustrasi pemeriksaan ibu hamil

Espos.id, BOYOLALI – Kasus kematian ibu yang terkait dengan kondisi kehamilan dan melahirkan di Boyolali berada dalam kondisi darurat. Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali mencatat angka kasus kematian ibu (AKI) hingga 28 September 2024 sebanyak 12 orang. Angka tersebut naik dibandingkan total kasus pada Januari-Desember 2023 di mana ada delapan kasus kematian ibu.

“Dibilang darurat karena pada 2023 hingga akhir tahun AKI cuma 8. Ini [2024] baru September, kami sudah dapat 12. Bagi kami itu adalah suatu hal yang harus disikapi segera, walaupun untuk kasus kematian ibu terlalu banyak faktor yang mempengaruhi,” jelas Kepala Dinkes Boyolali, Puji Astuti, kepada espos.id, Minggu (29/9/2024). Sebanyak 12 kasus kematian ibu tersebut tersebar di 10 kecamatan yaitu Selo dengan kasus eklamsia. Cepogo ada satu kasus kematian karena penyakit jantung. Lalu, Mojosongo ada karena komplikasi nonobstetrik. Kemudian Teras ada dua kasus karena perdarahan dan eklamsia. Banyudono ada satu kasus dengan perdarahan, Ngemplak satu kasus perdarahan. Nogosari ada satu kasus kematian ibu dengan penyebab komplikasi nifas, di Klego ada satu kasus AKI karena komplikasi nonobstetrik

Advertisement

Lalu di Andong menyumbang dua angka kematian ibu dengan penyebab komplikasi obstetrik dan eklamsia. Kemudian di Kemusu ada satu kasus kematian ibu karena penyakit jantung.

Data Dinkes Boyolali menyebut dari total 12 kasus kematian itu ada delapan orang yang meninggal pada rentang usia 20-30 tahun dan di atas 30 tahun ada empat orang. Hingga September 2024 ini, ada 4.901 ibu hamil. Sedangkan, untuk kasus kematian bayi pada 2023 ada 139 kasus dan hingga September ini 117 kasus.

Advertisement

Ia memastikan pelayanan kesehatan (yankes) dan tenaga kesehatan (nakes) di Boyolali sudah maksimal. Namun, terjadi beberapa kasus semasa post-partum atau setelah kelahiran. Puji berharap tidak ada lagi pertambahan angka kematian ibu. Berbagai cara telah dilakukan seperti gerakan Merbabu atau Merawat Bayi dan Ibu serta dokter spesialis turun ke desa. “Segala hal sudah kami usahakan, tapi hasilnya memang belum seperti yang diharapkan. Harapan kami tidak ada kasus kematian ibu, batas kami untuk angka kematian ibu hanya 13. Ini sudah 12, dan masih September, masih tiga bulan lagi 2024,” kata dia.

Puji mencontohkan ada kasus kematian ibu pada 17 September 2024 dengan usia kehamilan baru 22 pekan. Sang ibu mengalami demam dan dibawa ke rumah sakit pada 5 September 2024. Diketahui hasil laboratorium trombosit 116.000 dan diduga mengalami dengue shock syndrome (DSS).

Advertisement

Kasus kematian ibu sebelumnya dilaporkan pada Agustus 2024. Ia menyampaikan ada ibu yang meninggal dunia setelah 12 hari melahirkan. Penyebabnya karena memiliki penyakit jantung bawaan. Menurutnya, yang masuk dalam data AKI dengan kategori ibu saat mulai hamil hingga 42 hari pascamelahirkan. “Ada sebagian karena memang dirinya sendiri tidak sehat, ada yang kasus karena hipertiroid, ginjal, dan sebagainya. Hal seperti itu, ketika ada insidental kasus kematian ibu, auditnya langsung dan tidak ditunda,” kata dia. “Audit tidak mencari kesalahan, tapi kami berharap itu mencari penyebab dan apa yang kurang dari kami. Audit agar tidak ada kasus yang sama sampai menimbulkan fatalitas,” lanjut dia.

Saat audit, ia mengatakan dokter spesialis obstetri dan ginekologi (obgin), dokter lain semisal spesialis penyakit dalam, jantung, dan lain-lain tergantung kasus. Sehingga, setiap dokter di berbagai bidang bisa mengemukakan pendapatnya dan nakes lain bisa belajar agar tidak terulang dengan kasus yang sama.

Ia menjelaskan kasus kematian ibu bukan karena mereka tidak memeriksakan diri. Sehingga, ia bakal melakukan evaluasi apakah pemeriksaannya kurang prima atau pencatatannya yang kurang bagus di buku ibu hamil. “Terkadang ada pasien periksa di mana, tapi itu [buku kehamilan] tidak dibawa. Di mana lagi, enggak dibawa,” kata dia

Puji juga mengimbau ibu hamil agar menyadari kondisi diri sendiri. Ketika memiliki faktor pemberat seperti penyakit jantung, hipertiroid, gula, hamil di atas 35 tahun, dan di bawah umur, untuk bisa berkonsultasi dengan dokter obgin.

Advertisement
R. Bambang Aris Sasangka - journalist, history and military enthusiast, journalist competency assessor and trainer
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif