Langganan

Sembahyang King Hoo Ping, Umat Konghucu di Solo Doakan Leluhur dan Pilkada - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Wahyu Prakoso  - Espos.id Solopos  -  Minggu, 1 September 2024 - 18:41 WIB

ESPOS.ID - Umat Konghucu melihat papan kertas yang berisi nama-nama leluhurnya saat mengikuti sembahyang King Hoo Ping di Lithang Makin, Solo, Minggu (1/9/2024). (Solopos/Wahyu Prakoso)

Esposin, SOLO -- Puluhan umat Konghucu melakukan sembahyang King Hoo Ping atau sembahyang rebutan di Lithang Gerbang Kebajikan, Kecamatan Jebres, Solo, Minggu (1/9/2024). Mereka berdoa untuk para leluhur dan kelancaran Pilkada 2024.

King Hoo Ping diawali dengan ibadah yang dipimpin oleh Pengasuh Lithang Gerbang Kebajikan Solo, WS Adjie Chandra. Mereka berdoa di halaman Lithang Gerbang Kebajikan.

Advertisement

Ada lebih dari 600 nama leluhur yang dituliskan dengan bahasa Mandarin. Beberapa nama disertai foto seperti pasangan pendiri Luwes Group.

Sejumlah warga menitipkan nama-nama leluhurnya untuk didoakan meskipun warga yang menitipkan nama leluhur itu non-Konghucu. Mereka menghormati para leluhurnya serta menjalankan tradisi etnis Tionghoa maupun penganut Konghucu.

Advertisement

Sejumlah warga menitipkan nama-nama leluhurnya untuk didoakan meskipun warga yang menitipkan nama leluhur itu non-Konghucu. Mereka menghormati para leluhurnya serta menjalankan tradisi etnis Tionghoa maupun penganut Konghucu.

Selain nama leluhur, penyelenggara King Hoo Ping menyediakan altar Tuhan Yang Maha Esa, altar umum berisi sejumlah sajian termasuk daging, dan altar vegetarian yang berisi sajian tanpa daging.

Altar vegetarian disiapkan untuk menghormati para arwah yang semasa hidupnya tidak memakan daging. Sembahyang berlangsung khidmat dengan menyanyikan lagu-lagu rohani dan doa.

Advertisement

King Hoo Ping dilanjutkan dengan membacakan nama-nama leluhur serta menyantap sajian makanan. Puncak King Hoo Ping dilakukan dengan membakar replika kapal dari kertas, nama-nama leluhur, dan mainan uang kertas.

Umat Konghucu percaya pintu akhirat dibuka pada Jit Gwe atau bukan tujuh Imlek. Arwah diberikan kesempatan menengok keluarga.

Masyarakat Konghucu diwajibkan melakukan sembahyang penghormatan kepada leluhur di rumah masing-masing. Kemudian melakukan upacara King Hoo Ping sebelum para arwah kembali ke alamnya.

Advertisement

Majelis Agama Konghucu Indonesia (Makin) Solo rutin melakukan King Hoo Ping. Rohaniawan Lithang Gerbang Kebajikan Novita Luisiana Dewi menjelaskan King Hoo Ping merupakan upaya penghormatan kepada para leluhur.

“Kami sembahyang tidak hanya leluhur keluarga namun semua arwah yang tidak disembahyangi keluarga. Kami tidak memandang agamanya apa,” ujar dia.

Menurut dia, replika kapal yang dibakar melambangkan sarana transportasi untuk mengantarkan roh kembali ke tempatnya. Sedangkan uang-uangan untuk malaikat dan para leluhur.

Advertisement

Dia mengatakan King Hoo Ping juga disebut Sembahyang rebutan. Menurut legenda, para arwah yang hadir untuk menikmati sesaji dan terjadi saling berebut. Di daerah lain, masyarakat tradisi ikut berebut gunungan ketika selesai sembahyang.

Advertisement
Suharsih - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif