by Suharsih - Espos.id Solopos - Selasa, 26 Juli 2022 - 15:38 WIB
Esposin, SOLO -- Baik Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat maupun Pura Mangkunegaran Solo memiliki tradisi kirab malam 1 Sura. Tahun ini, kirab akan digelar di dua pusat kebudayaan itu setelah dua tahun vakum.
Melihat kalender, malam 1 Sura akan jatuh pada Jumat (29/7/2022). Ada sejumlah persamaan pada penyelenggaraan kirab 1 Sura di dua lokasi itu. Misalnya, dalam kirab itu peserta membawa kirab pusaka mengelilingi tembok keraton dari sisi luar.
Selain itu, selama proses arak-arakan, para peserta kirab yang terdiri atas kerabat dan abdi dalem keraton tidak boleh mengucapkan sepatah kata pun alias laku bisu. Sedangkan perbedaannya antara lain pada cucuk lampah.
Pada kirab malam 1 Sura di Keraton Solo, cucuk lampah atau barisan paling depan adalah kebo bule keturunan Kyai Slamet. Kebo bule ini menjadi ikon pada penyelenggaraan kirab malam 1 Sura di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Pada kirab malam 1 Sura di Keraton Solo, cucuk lampah atau barisan paling depan adalah kebo bule keturunan Kyai Slamet. Kebo bule ini menjadi ikon pada penyelenggaraan kirab malam 1 Sura di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Sedangkan pada kirab 1 Sura di Mangkunegaran, cucuk lampahnya biasanya adalah tokoh penting di pura. Misalnya pada 2019, yang bertindak sebagai cucuk lampah kirab malam 1 Sura adalah GPH Bhre Cakrahutomo yang kini menjadi KGPAA Mangkunagoro X.
Selain itu, waktu penyelenggaraan kirab 1 Sura di Keraton Solo dan Mangkunegaran juga berbeda. Kirab di Mangkunegaran biasanya dimulai sekitar pukul 19.00 WIB sedangkan di Keraton Solo dimulai pada tengah malam. Berikut penjelasan prosesi kirab 1 Sura di dua pusat kebudayaan Solo tersebut.
Konon, kebo bule Kyai Slamet dan keturunannya merupakan pusaka yang sangat berharga bagi PB II. Kerbau itu bersama pusaka Kyai Slamet merupakan pemberian Bupati Ponorogo.
Baca Juga: Wali Kota Solo Ikut Kirab Malam Sura, Mangkunegaran dan Keraton?
Di belakang barisan kebo bule ada abdi dalem bersama putra-putri Raja dan pembesar Keraton yang membawa pusaka berharga milik Keraton. Dalam kirab tersebut, peserta kirab mengenakan pakaian warna hitam dan tak boleh mengucapkan sepatah kata pun. Hal itu dimaksudnya sebagai perenungan diri terhadap apa yang sudah dilakukan sepanjang tahun ke belakang.
Keunikan dari kirab 1 Sura Keraton Solo ini yakni setelah arak-arakan peserta melintas, masyarakat berebut mengambil kotoran kebo bule. Sebagian orang memercayai kotoran kebo bule itu membawa berkah dan kemakmuran.
Baca Juga: 3 Hari Setelah Nyi Apon, 1 Anak Kebo Bule Keraton Solo Juga Mati
Peserta berjalan tanpa alas kaki dan tidak boleh mengucapkan sepatah kata pun. Ritual ini disebut laku bisu atau tapa bisu. Sepanjang rute kirab, lampu-lampu jalan dimatikan sehingga menambah kekhidmatan prosesi tersebut.
Pada 2019, ada lima pusaka berupa empat tombak dan satu pusaka milik Mangkunegaran yang dikirab. GPH Bhre Cakrahutomo yang kini menjadi KGPAA Mangkunagoro X saat itu menjadi cucuk lampah atau pemimpin kirab.