Langganan

Puluhan Aktivis Mahasiswa Solo Diskusi Kaji Ulang Arah Reformasi - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia | Espos.id

by Ahmad Kurnia Sidik  - Espos.id Solopos  -  Selasa, 21 Mei 2024 - 00:57 WIB

ESPOS.ID - Suasana diskusi publik yang digelar bersama beberapa organisasi mahasiswa eksternal (ormeks) dan organisasi kemahasiswaan di Danau FP UNS Solo, Senin (20/5/2024). (Solopos.com/ Ahmad Kurnia Sidik).

Esposin, SOLO – Mencari model gerakan baru serta penyatuan visi menjadi fokus pembahasan di diskusi publik yang digelar bersama beberapa organisasi mahasiswa eksternal (ormeks) dan organisasi kemahasiswaan (ormawa) di Danau Fakultas Pertanian UNS, Senin (20/5/2024).

Diskusi publik yang mengusung tema Reformasi dan Gerakan di Segmen Mahasiswa itu bisa digelar, menurut Ketua Komisariat PMII UNS, Muhammad Aqiel untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional serta refleksi gerakan reformasi yang terjadi 26 tahun silam.

Advertisement

“Awalnya, teman-teman yang tergabung di berbagai ormeks itu berkumpul untuk membentuk satu aliansi baru dan setelah itu menggelar aksi refleksi reformasi. Namun saat Forbes [forum bersama] ada ketidaksepakatan. Sebagai hasilnya, untuk sementara menggelar diskusi publik ini dahulu,” ungkap Aqiel, sapaan akrabnya saat berbincang dengan Esposin di lokasi, Senin (20/5/2024).

Ke depannya, lanjut dia, mungkin ada diskusi-diskusi lainnya sebagai pemantik gerakan bagi mahasiswa.

Sementara itu, pantauan Esposin di lokasi, diskusi itu dimulai sekitar pukul 16.00 WIB, diikuti puluhan mahasiswa dari PMII, HMI, FMN, KAMMI, LSSR, BEM, dan lain sebagainya.

Advertisement

Salah satu mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) UNS sekaligus salah satu pembicara, Okki Munanda, menyampaikan jika dibandingkan dengan gerakan reformasi para mahasiswa pada tahun 1998 lalu, yang menjadi persoalan mahasiswa saat ini adalah cara pendekatan yang digunakannya.

“Kita [mahasiswa] sering tidak tahu persoalan apa yang sebenarnya yang harus diselesaikan, dan hal apa yang dibutuhkan masyarakat,” ungkap Okki Munanda saat menjadi pemateri dalam diskusi publik di Danau FP UNS, Senin (20/5/2024).

Karena itu, menurut dia, mahasiswa saat ini perlu mencari cara pendekatan baru agar analisis sosial serta kritik yang disampaikan tepat sasaran.

Di samping, demonstrasi yang telah dan akan terus dilakukan mahasiswa tersebut juga tetap menjadi salah satu cara penting dalam penyampaian kritik maupun aspirasi mahasiswa.

Advertisement

“Termasuk diskusi yang sedang dilakukan saat ini juga baik, terutama bagi pencerdasan politik dan demokrasi bagi mahasiswa itu sendiri,” kata dia.

Sementara itu, pemateri diskusi lainnya yang sekaligus mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNS, Rafi Ichsan menambahkan satu hal yang menjadi pekerjaan bersama bagi mahasiswa saat ini, yaitu kesatuan visi dan misi.

“[Aksi] 98 punya kepentingan dan kebudayaan yang berbeda dari tiap mahasiswa yang terlibat dulu. Akan tetapi [mereka juga] disatukan dengan ketidaksukaan terhadap Orde Baru. Sehingga bisa menghimpun solidaritas. Dan itu yang jadi PR kita agar mencerdaskan lainnya agar insaf dengan keadaan sekitar,” ungkap Rafi Ichsan saat menjadi pemateri dalam diskusi publik di Danau FP UNS, Senin (20/5/2024).

Sama seperti yang diakui oleh Okki, Rafi mengakui diskusi yang digelar siang itu merupakan satu langkah yang baik untuk menyatukan visi dan misi mahasiswa.

Advertisement

Rafi berbicara dengan singkat dan hanya menekankan satu kesatuan bagi mahasiswa terutama yang tergabung dalam berbagai ormeks yang ada.

Apa yang disampaikan oleh kedua pemateri itu tampaknya disepakati bersama oleh mahasiswa yang menjadi pendengar diskusi publik sore itu.

Karena tidak adanya bantahan atau pun diskusi yang lebih lanjut atas apa yang sudah disampaikan. Hanya ada persetujuan dan masukan dari beberapa peserta diskusi.

Salah satunya mahasiswa program studi seni pedalangan ISI Solo.

Advertisement

Dia yang mengaku sebagai calon seniman itu menyampaikan bahwa dia tertarik dengan diskusi-diskusi seperti sore itu.

“Kami yang berada di kesenian ada yang memiliki rasa peka dan kritis tentang situasi saat ini,” ungkap dia.

Dia mengatakan hal itu seolah ada prasangka bahwa mahasiswa di kesenian dianggap tidak memiliki sikap kritis.

Sembari ia juga menawarkan satu pendekatan yang menurut dia cukup baik untuk dicoba, yakni menghadirkan para petinggi atau pun pejabat untuk kemudian dikritisi kebijakan-kebijakan yang dibuatnya.

“Ketika kita menguliti [mengkritisi] mereka, mereka akan berhati-hati dengan kita [mahasiswa]. Kita tidak bisa dianggap enteng" kata dia.

Selain itu, ia juga menawarkan agar diskusi seperti sore itu, baik jika sering dilakukan.

Advertisement

“Mbok ya, sering-sering, 3 hari sekali, 5 hari sekali, atau sepekan sekali,” pungkasnya.

 
Advertisement
Abu Nadzib - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif