by Candra Septian Bantara - Espos.id Solopos - Minggu, 2 Juni 2024 - 15:00 WIB
ESPOS.ID - Salah seorang lansia sedang memperagakan busana yang terinspirasi dari pedagang sayur keliling dalam acara Peringatan Hari Lansia Nasional ke-28 di Pendapa Kantor Kelurahan Kadipiro, Banjarsari, Solo, Minggu (2/6/2024). Kegiatan ini diikuti 20 lansia dari 20 pos lansia se-Kadipiro dengan mengenakan kostum khas profesi atau pekerjaan tertentu. (Solopos.com/Candra Septian Bantara)
Esposin, SOLO– Banyak orang beranggapan bahwa fashion show atau ajang peragaan busana identik dilakukan oleh anak-anak muda dengan paras rupawan, postur tubuh proporsional, dan memakai pakaian kekinian.
Lantas, bagaimana jadinya bila fashion show dilakukan oleh para lansia dengan wajah berkeriput, langkah yang tak lagi gesit, dan memakai pakaian yang identik dengan profesi atau pekerjaan tertentu.
Seperti halnya yang dilakukan oleh 20 lansia asal Kelurahan Kadipiro, Banjarsari, Solo yang beradu gaya di atas catwalk berupa karpet merah di pendapa kantor kelurahan setempat, Minggu (2/6/2024).
Mereka mengikuti ajang fashion show yang diselenggarakan Paguyuban Lansia Kadipiro dalam rangka memperingati Hari Lansia Nasional ke-28.
Antusiasme nenek-nenek dan kakek-kakek mengikuti peragaan busana kali ini tampak begitu tinggi. Mereka sudah berada di lokasi mulai pukul 07.00 WIB, walaupun acara baru dimulai pukul 09.00 WIB.
Dengan penuh rasa bangga dan percaya diri, mereka memakai beragam kostum atau pakaian yang identik dengan profesi atau pekerjaan tertentu. Mulai dari guru, tentara, tukang sayur gendong, tukang jamu gendong, koki atau chef, atlet badminton, instruktur senam, dan masih banyak lagi.
Bahkan tidak sedikit diantara mereka yang membawa properti atau alat peraga pendukung sesuai dengan kostum yang mereka pilih. Seperti membawa alat masak, raket, botol jamu lengkap dengan isinya dan sayur mayur.
Oleh panitia, para peserta diberikan waktu sekitar 2 menit untuk berlenggak-lenggok di catwalk berupa karpet merah. Nantinya, mereka dinilai oleh perwakilan lansia dari 20 RW yang ada di Kadipiro dari sejumlah aspek.
Acara pun dimulai. Para peserta dipanggil satu persatu untuk unjuk kebolehan di hadapan Lurah Kadipiro, Arif Budiman, Anggota DPRD Solo yang juga bakal Calon Wali Kota Solo dari PDIP Solo, Anna Budiarti, dan 150-an lansia yang memadati lokasi acara. Dengan diiringi musik layaknya gelaran fashion show betulan, mereka tampak tampil tanpa beban dan percaya diri
Mereka juga tampak menghayati betul pakaian yang mereka kenakan. Bagi peserta yang berkostum koki mereka berjalan sambil mempraktikkan gaya memasak. Lalu peserta yang memakai kostum pedagang jamu gendong keliling juga berjalan layaknya pedagang jamu dan sempat menyuguhkan jamu kepada para penonton.
Pun sama halnya dengan peserta lain dengan kostum mereka masing-masing. Hanya saja, tiap peserta yang tampil selalu menyelipkan “hiburan” saat memperagakan busana, seperti tiba-tiba berjoget atau menunjukkan sisi genitnya layaknya ketika mereka muda.
Aksi para lansia itu pun sukses membuat para penonton terhibur dan bahkan tak sedikit pula yang tertawa terpingkal-pingkal lantaran tingkah laku peserta fashion show. Meski begitu mereka juga selalu memberikan apresiasi berupa tepuk tangan tiap kali ada peserta yang turun dari panggung.
Selain fashion show, acara peringatan Hari Lansia Nasional ke-28 dengan tajuk Lansia Terawat Indonesia Bermartabat kali ini juga dimeriahkan dengan beberapa kegiatan yang tak kalah menarik. Seperti senam sehat lansia sebagai pembuka acara dan dilanjutkan festival jenang tradisional.
Total ada lima jenis jenang yang dibawa oleh para lansia dari 20 pos lansia, yakni jenang sumsum, mutiara, kacang hijau, pati, dan ketan hitam. Jenang tersebut kemudian dibagikan lagi ke semua peserta seusai acara senam sehat.
Acara kali ini juga semakin meriah ketika panitia melaksanakan sesi gim berhadiah dan berbagai doorpize. Dan acara selesai sekitar pukul 10.30 WIB.
Salah satu peserta fashion show, Susana Oktari, 65, mengaku senang mengikuti acara ini walau baru sekali ikut. Menurutnya kecintaannya terhadap pedagang jamu gendong atau mbok jamu itulah yang menginspirasinya untuk memakai kostum pedagang jamu gendong zaman dulu.
“Saya ini mengenakan kostum khas pedagang jamu gendong zaman dulu. (Mengenakan kebaya, jarik sebagai bawahan, dan jarik sebagai alat gendong bakul jamu). Soalnya sudah jarang yang bekerja sebagai jamu gendong keliling dengan baju seperti ini,” kata dia kepada Esposin seusai acara.
Dia menilai penampilannya kurang maksimal dan sedikit grogi karena baru kali pertama pentas sebagai model peragaan busana. Meski begitu ia berharap bisa ikut lagi di kesempatan yang lain dan berpesan kepada panitia agar acara ini lebih dirutinkan terutama saat hari-hari besar seperti 17-an.
Sementara itu, Ketua Paguyuban Lansia Kadipiro, Endang Mukti, mengatakan bahwa acara ini merupakan agenda dari paguyuban yang ia pimpin tiap tahunnya. Hanya secara bentuk acara dikemas berbeda-beda.
Endang menjelaskan pemilihan kegiatan festival jenang dan fashion show bukan tanpa alasan. Festival jenang ia gelar sebagai upaya sosialisasi kepada para lansia bahwa jenang adalah makanan tradisional yang cocok dikonsumsi oleh mereka.
“Lalu fashion show kami pilih sebagai simbol bahwa para lansia masih bisa berkarya, berani berkreasi dan bisa mengikuti tren saat ini sesuai dengan kemampuannya masing-masing,” sambungnya.
Dia berharap para lansia yang ada di wilayahnya tidak ada yang terlantar dan semua terawat dengan baik. Dan yang tak kalah penting mereka selalu sehat dan bahagia.
“Selain kegiatan tahunan, paguyuban kami juga ada beberapa kegiatan seperti rutin berkunjung ke pos-pos lansia di masing-masing RW di Kadipiro dan melakukan penyuluhan kesehatan kepada para lansia,” jelas dia.