by Chrisna Chanis Cara Jibi Solopos - Espos.id Solopos - Jumat, 12 Agustus 2016 - 07:15 WIB
Esposin, SOLO--Pembangunan Pasar Klewer tahap kedua mendapat keluhan dari warga sekitar pasar. Mereka memprotes polusi suara dan getaran dari proyek yang dikerjakan 24 jam tersebut. PT Adhi Karya selaku pelaksana pembangunan mengaku sudah merespons keluhan warga dengan sejumlah penyesuaian pekerjaan.
Informasi yang dihimpun Esposin, warga di lingkungan selatan Pasar Klewer merasa terganggu dengan aktivitas alat berat yang berlangsung hingga malam hari atau saat jam istirahat. Mereka ingin proyek tak menimbulkan polusi suara terutama pada malam hari. Engineering Manager PT Adhi Karya, Wahyu Purnomo, tak menampik mendapat keluhan warga sekitar saat membangun pasar. “Kemarin sempat ada komplain dari warga belakang Klewer. Mereka minta malam hari (proyek) enggak berisik,” ujarnya saat ditemui wartawan di sela sidak Komisi III DPRD di lokasi pembangunan, Kamis (11/8/2016).
Wahyu mengatakan tuntutan progress proyek membuat para pekerja harus bekerja 24 jam. Sebelum ditangani Adhi Karya, proyek tahap kedua Pasar Klewer dikelola PT Wika. Pihaknya mengaku sudah melakukan sejumlah penyesuaian pekerjaan guna mengurangi dampak pembangunan bagi lingkungan sekitar. Selain polusi suara, getaran alat berat cukup terasa di radius beberapa meter.
“Kami berupaya meminimalkan pekerjaan di sisi selatan pada malam hari. Saat malam (diprioritaskan pekerjaan) di utara,” terang Wahyu.
Hingga awal Agustus, progress pembangunan Pasar Klewer tahap kedua mencapai sekitar 35%. Rekanan mengakui ada keterlambatan progress hampir 2% medio Mei-akhir Juli. Meski demikian, Wahyu optimistis proyek senilai Rp81,8 miliar tersebut rampung tepat waktu. “Target kami Desember selesai. Untuk faktor non-teknis seperti hujan kami kira sudah tidak menjadi hambatan,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Komisi III, Honda Hendarto, meminta pengawas proyek terus memantau progress pembangunan Pasar Klewer. Honda menegaskan pembangunan pasar tekstil batik terbesar di Indonesia ini harus diprioritaskan. “Kami lihat ada keterlambatan sekian persen di pembangunan terakhir. Kontraktor perlu diawasi dan didorong untuk meningkatkan frekuensi kerja.”
Wakil Ketua Komisi III, Sugeng Riyanto, meminta ada penanggung jawab tertentu untuk menyelesaikan problem teknis dan non-teknis pembangunan. Pihaknya mengatakan mestinya tidak ada alasan yang membuat proyek molor melebihi Desember. “Paguyuban pedagang juga kami minta mengawasi,” ujarnya.