Langganan

Pecahkan Rekor, 1.428 Anak Tampilkan Tari Baru Klinting di Deles Indah Klaten - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Taufiq Sidik Prakoso  - Espos.id Solopos  -  Minggu, 28 Juli 2024 - 21:30 WIB

ESPOS.ID - Sekitar 1.400 anak menampilkan tarian jathilan seusai pemecahan rekor Muri dengan penampilan tari Baru Klinting di Deles Indah, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Klaten, Minggu (28/7/2024). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Esposin, KLATEN -- Sebanyak 1.428 anak sukses menampilkan tari kolosal bernama Baru Klinting di kawasan Deles Indah, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Klaten, Minggu (28/7/2024). Tak hanya menampilkan tari karya seniman jatilan asal Kecamatan Kemalang, anak-anak itu berhasil memecahkan rekor.

Rekor itu dicatatkan pada Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) dengan jumlah penari terbanyak hingga orisinalitas karya yang ditampilkan. Penampilan tari kolosal itu digelar dalam rangkaian kegiatan yang diawali kirab Ageng Metri Bumi Merapi sekaligus merayakan Hari Jadi ke-220 Klaten.

Advertisement

Kirab Ageng Metri Bumi Merapi merupakan wujud rasa cinta warga kepada Gunung Merapi yang selama ini menjadi sumber penghidupan warga mulai dari makan, minum, hingga mendapatkan penghasilan.

Rangkaian kirab digelar dengan mengarak 14 gunungan dengan 13 gunungan berasal dari masing-masing desa di Kecamatan Kemalang serta satu gunungan dari pemerintah kecamatan. Isi gunungan berupa legondo hingga berbagai hasil bumi dari lereng Gunung Merapi.

Advertisement

Rangkaian kirab digelar dengan mengarak 14 gunungan dengan 13 gunungan berasal dari masing-masing desa di Kecamatan Kemalang serta satu gunungan dari pemerintah kecamatan. Isi gunungan berupa legondo hingga berbagai hasil bumi dari lereng Gunung Merapi.

Seusai kirab, seribuan anak tampil menyajikan tari Baru Klinting dengan durasi 25 menit. Anak-anak itu berasal dari 27 kelompok seni jatilan yang ada di Kecamatan Kemalang serta siswa SD, SMP, dan MTs. Mereka memenuhi tanah lapang di kawasan Deles dan menyajikan tarian secara serempak.

Penampilan itu memecahkan rekor. Selain dari sisi jumlah, penampilan anak-anak itu dicatatkan dalam rekor Muri lantaran orisinalitas tari yang dibawakan.

Advertisement

“Harapan kami dari kegiatan ini bisa membawa dan meningkatkan pariwisata di Kecamatan Kemalang. Ada Kalitalang, Girpasang, dan tempat kegiatan hari ini di Deles Indah. Harapan kami potensi wisata itu menjadi ikon pariwisata di Klaten,” kata Derajat.

Ketua Sanggar Seni Garuda Merapi Tirta Kencana, Desa Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Marsudi, menjelaskan ada 27 komunitas jatilan di kecamatan wilayah lereng Gunung Merapi itu.

Mereka melebur dan tampil bareng membawakan tari Baru Klinting siang itu. Kegiatan didukungan siswa SD, SMP, serta MTs. “Kebetulan di sekolah ada ekstrakurikuler jatilan,” jelas Marsudi yang akrab disapa Kombang.

Advertisement

Kombang menjelaskan awalnya ditargetkan ada 1.500 penari yang tampil. Namun, ada peserta yang berhalangan tak bisa mengikuti kegiatan itu hingga tercatat sebanyak 1.428 penari yang ikut. Namun, jumlah penari itu tetap berhasil memecahkan rekor Muri.

“Ternyata dari Muri targetnyanya hanya 1.000 penari. Sehingga Muri menyerahkan penghargaan ke teman-teman komunitas jatilan. Rekor ini pertama dari sisi jumlah kemudian dari karya ini murni ciptaan komunitas jatilan Kecamatan Kemalang,” kata Kombang yang juga dipercaya menjadi sutradara penggarap ide cerita tari itu.

Kombang menjelaskan ide tari itu muncul dari salah satu legenda di Gunung Merapi. Konon, Baru Klinting yang merupakan senjata ampuh Ki Ageng Mangir berasal dari lidah seekor naga.

Cerita Legenda Baru Klinting

Dalam legenda itu diceritakan seorang gadis secara tidak sengaja menduduki pusaka Ki Ageng Mangir. Saat diduduki, pusaka itu lenyap dan gadis tersebut hamil. Bayi yang dilahirkan tak berwujud manusia tetapi seekor ular.
Advertisement

Hingga suatu saat ular itu bertemu Ki Ageng Mangir bermaksud agar diakui sebagai anak. Ki Ageng Mangir memberikan satu persyaratan yakni ular itu harus melingkari Gunung Merapi dengan tubuhnya.

Saat melingkari gunung dan berusaha menjulurkan lidah untuk menyempurnakan lingkaran, Ki Ageng Mangir memotong lidah sang ular hingga jatuh ke tanah. Potongan lidah itu kemudian menjadi senjata berwujud tombak.

“Filosofi dalam legenda ini yang bisa dimaknai yakni lidah ular itu berubah menjadi pusaka ampuh. Artinya manusia pusakanya yang paling ampuh lidah kita. Makanya harus dijaga dan digunakan sebagai pusaka kita,” kata Kombang.

Penampilan karya tari itu membutuhkan waktu selama 1,5 bulan. Tari diciptakan dari hasil kolaborasi seniman jatilan di Kecamatan Kemalang. Koreografi tari itu kemudian disebar ke kelompok seniman lainnya termasuk para pelajar dan mereka berlatih bersama.

Rangkaian kegiatan itu dihadiri Bupati Klaten Sri Mulyani, Sekretaris Daerah (Sekda) Klaten Jajang Prihono, serta sejumlah pejabat Pemkab. Pada kesempatan itu Mulyani menyampaikan apresiasi kepada warga Kemalang yang terus melestarikan seni budaya warisan leluhur. Dia berharap upaya pelestarian dan regenerasi terus dilakukan.

Advertisement
Suharsih - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif