Langganan

PDIP Solo Gelar Upacara Hari Lahir Pancasila, Rudy Beri Pesan Ini - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia | Espos.id

by Ahmad Kurnia Sidik  - Espos.id Solopos  -  Sabtu, 1 Juni 2024 - 17:13 WIB

ESPOS.ID - Ratusan kader PDIP mengikuti upacara peringatan Hari Lahir Pancasila di Taman Sunan Jogo Kali, Sabtu (1/6/2024) pagi. (Solopos.com/Ahmad Kurnia Sidik)

Esposin, SOLO–Memperingati Hari Lahir Pancasila, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Solo menggelar upacara di Taman Sunan Jogo Kali (TSJK), Pucangsawit, Jebres, Sabtu (1/6/2024) pagi. Dalam upacara itu, Ketua DPC PDIP Solo F.X. Hadi Rudyatmo sekaligus sebagai pembina upacara menyampaikan beberapa poin kepada para kader. Termasuk semangat untuk merebut kembali kemenangan dalam Pilkada 2024 dengan semangat tanpa penindasan.

Upacara diikuti oleh ratusan kader, termasuk di antaranya 20 bakal calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Solo yang mendaftar melalui PDIP Solo untuk Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 mendatang. 

Advertisement

Berdasarkan pantauan Esposin, para kader mengenakan kemeja seragam PDIP dengan celana hitam saat mengikuti upacara dalam rangka Hari Lahir Pancasila. Pagi itu Rudy menyampaikan amanat pembina sekitar pukul 09.00 WIB.

Amanat itu berisikan agar setiap kader mengingat kembali siapa Bung Karno, Bapak Marhaen, dan bagaimana sejarah terbentuknya Pancasila yang tidak lain merupakan satu kesatuan tak terpisahkan. Rudy berpesan kepada kader PDIP untuk jangan pernah berhenti berjuang dan jangan pernah lelah.

“Jangan pernah berkata aku lelah,” kata Rudy saat upacara.

Advertisement

Peringatan Hari Lahir Pancasila menjadi momentum bersama untuk bangkit dan bergerak menyongsong Pilkada 2024. Rudy mengajak para kader untuk merebut kembali kemenangan partai dalam pilkada.

Senada dengan nilai-nilai marhaenisme, seluruh pemimpin partai dari tataran ranting hingga cabang menginginkan pilkada berjalan sesuai asas luberjurdil. Termasuk tidak adanya pemerasan, penindasan, penghinaan dan sebagainya dalam masyarakat.

“Kita bangkit bergerak menyongsong pilkada ke depan. Kalau pilkada ke depan kita tidak bisa mengambil kembali, rakyatlah yang akan merasakan. Sebagai pemimpin partai dari ranting hingga DPC semua menginginkan tidak adanya pemerasan, penindasan, penghinaan dan sebagainya,” tegasnya.

Advertisement

Selain semangat antipenindasan, Rudy juga mengingatkan pentingnya demokrasi. Itu tak lepas dari sejarah terbentuknya PDIP setelah adanya fusi partai pada 1973. Dari berbagai partai nasionalis kemudian menjadi Partai Demokrasi Indonesia (PDI).

“Namun setelah mengalami fusi menjadi partai yang namanya Partai Demokrasi Indonesia. Demokrasi dari demos dan kratos, artinya kekuasaan ada di tangan rakyat. Marhaenisme [juga] artinya kekuasaan tertinggi di tangan rakyat. Tugas kita bagaimana mengimplementasikan paham Marhaenisme ini, nilai Pancasila, dasar untuk berjuang menuju rakyat adil dan makmur,” kata dia.

Advertisement
Astrid Prihatini WD - I am a journalist who loves traveling, healthy lifestyle and doing yoga.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif