Langganan

MIMBAR KAMPUS : Surat Terbuka untuk Caleg - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia | Espos.id

by Redaksi  - Espos.id Solopos  -  Selasa, 25 Maret 2014 - 13:23 WIB

ESPOS.ID - More than just publish.

Irfan Ansori
irfanansori17@yahoo.com
Mahasiswa Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta
Aktif di Religion, Politic, and Social Change’s Institute

Tak lama lagi kita akan menyaksikan pertarungan para calon ”penguasa” negeri ini. Bermacam laku dan cara mereka laksanakan untuk menarik simpati pemilih. Tak terhitung janji yang dikemukakan beserta harta yang mereka bagikan. Semua dilakukan demi upaya menggapai kuasa.

Advertisement

Sebagai seorang pemilih pemula, saya mengajak kita harus berhati-hati supaya tidak terbuai kata-kata manis. Suara kita menentukan nasib bangsa dan negara. Kita wajib memilih calon wakil rakyat yang terbaik.

Meskipun begitu, sulit bagi kita untuk menilai derajat kebaikan atau keburukan seseorang. Hanya Tuhan yang tahu seluk-beluk hati manusia. Kita sebatas menilai manusia berdasar cerita masa lalu dan visi masa depannya.

Saya sadar, demokrasi selalu membuka ruang kontestasi. Setiap calon anggota legislatif (caleg) halal untuk berunjuk gigi atas prestasi dan dedikasi yang telah dilakoni. Bukan hanya dengan janji manis yang belum keruan ditepati.

Advertisement

Juga bukan drama saling serang untuk menjatuhkan yang lain. Maka, pendidikan politik merupakan poin mutlak yang harus diajarkan para caleg dan politikus kepada masyarakat.

Ingat, janji merupakan laku kesadaran yang menimbulkan implikasi hukum tegas: wajib dipenuhi. Janji yang mustahil ditepati adalah janji untuk tidak mengingkari janji. Secara naluriah manusia adalah tempat kesalahan dan kealpaan.

Namun, kesalahan ada agar kita senantiasa dapat belajar darinya. Manusia yang baik tecermin pada kemampuannya menghindarkan diri terjatuh pada lubang yang sama.

Sampai saat ini, janji hanya menjadi bumbu bagi kampanye politik yang kering dan terkesan basi. Padahal, janji kepada manusia akan menimbulkan dua konsekuensi: dosa sosial dan dosa kepada Tuhan.

Advertisement

Pertobatan atas dosa kepada Tuhan dapat dilakukan dengan menjalani ibadah. Namun, dosa sosial sulit mendapatkan perkenan pertobatannya, kecuali dengan rida dari orang yang dizalimi.

Masih segar dalam ingatan kita, janji Partai Demokrat dalam memberantas korupsi yang dipublikasikan melalui iklan yang ditayangkan media massa. Namun, para pemeran iklan itulah yang belakangan jutsru menjadi tersangka, terdakwa, dan terpidana korupsi. Sungguh ironis.

Bacalah sejarah tokoh-tokoh bangsa kita. Mohammad Hatta pernah berjanji untuk tidak menikah sebelum Indonesia merdeka. Gadjah Mada berjanji takkan memakan rempah-rempah sebelum berhasil menyatukan Nusantara.

Soedirman erkenal sebagai panglima yang selalu menepati janjinya. Semuanya, tak ada satu pun yang terlebih dahulu ”memesan” kekuasaan saat memutuskan untuk memenuhi janji mereka. Mereka adalah teladan dalam menepati janji.

Advertisement

Seorang calon wakil rakyat harus menyadari betapa berat beban yang mereka hadapi saat terpilih menjadi wakil rakyat dari masing-masing daerah. Anggota legislatif merupakan corong dan wadah aspirasi rakyat yang.

Berbagai aspirasi tersebut harus dipilih yang sekiranya pantas untuk benar-benar diajukan, kemudian disahkan menjadi sebuah kebijakan. Akibatnya, akan timbul rasa kecewa pada beberapa pihak yang aspirasinya tak terpilih dan tak kunjung dipenuhi.

Mereka tak mau tahu dengan keadaan kas dan anggaran daerah yang harus diprioritaskan. Mereka hanya senang jika mendapatkan jawaban dari wakil mereka bahwa aspirasi sudah diwujudkan.

 

Advertisement

Sensitif

Sebagai seorang calon wakil rakyat, semua caleg harus menerima kenyataan jika rakyat memang tidak mendukung dan tidak memilih sebagai wakil mereka dalam parlemen. ”Kegagalan” tersebut harus diterima dengan lapang dada dan kesabaran.

Banyaknya modal yang telah dibelanjakan saat kampanye dapat dianggap sebagai infak dan sedekah. Jika tidak, caleg hanya akan selalu dihantui keadaan yang hanya akan menyebabkan semakin jatuhnya harga diri: stres.

Apresiasi positif akan didapatkan saat caleg memutuskan untuk mengabdi kepada bangsa, meskipun tanpa kekuasaan. Terlampau banyak masalah yang harus diselesaikan negara, sehingga bantuan para politikus sangat dibutuhkan.

Para caleg yang gagal terpilih dapat mewujudkan perubahan yang lebih baik saat berada di luar kekuasaan. Rakyat akan merasakan peran para politikus itu sebagai penyambung lidah aspirasi mereka.

Ingatlah pada Tan Malaka! Sepanjang hidupnya dihabiskan untuk mengabdi tanpa pamrih kepada Indonesia. Ia mati di tangan aparat negara yang telah ia konsep dan cita-citakan sendiri (baca buku Naar de Republik Indonesia).

Advertisement

Dia telah melakukan pekerjaan yang memunculkan perubahan besar tanpa mengemis pada kekuasaan. Gagasan-gagasannya pun masih relevan untuk diterapkan bagi bangsa Indonesia masa kini.

Kemudian, kemenangan pun tak selayaknya dirayakan dengan hura-hura dan selebrasi tawa yang berlebihan. Laku dan ucap akan selalu menimbulkan sensitivitas. Rakyat akan semakin sensitif dalam setiap kejadian yang bersangkutan dengan politikus.

Sikap hati-hati (muru’ah) menjadi aspek terpenting dalam berinteraksi sosial. Arnold Toynbee dalam buku Sejarah Umat Manusia (2009) menyebutkan bahwa jatuh bangunnya peradaban manusia ditentukan creative minority.

Dewan Perwakilan Rakyat (sebagai creative minority) akan menjadi penentu kejatuhan kemajuan bangsa Indonesia. Itulah tugas mulia caleg dan politikus baik dengan maupun tanpa kekuasaan! Mungkin itu...

Advertisement
Is Ariyanto - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif