by Muhammad Diky Praditia - Espos.id Solopos - Senin, 7 November 2022 - 16:18 WIB
Esposin, WONOGIRI -- Perempuan itu berlinang air mata. Sementara anak laki-lakinya yang masih duduk di kelas VI SD tengah sibuk melahap mi rebus yang dibeli di warung sebelah Makam Tembungboyo, Kelurahan/Kecamatan Purwantoro, Wonogiri.
Sesekali anak itu menawarkan mi rebus itu kepada ibunya sekadar untuk menenangkan. Perempuan berinisial, SRL, itu mengaku asli Bantul, Yogyakarta, namun kini berdomisili di Sukoharjo.
SRL datang ke Makam Tembungboyo karena sedang terhimpit ekonomi. Ia berniat mencari pesugihan di kandang bubrah di makam tersebut. Pesugihan itu dianggap sebagai jalan instan agar kondisi ekonominya membaik.
Malam sebelum ia ke makam itu, rumah SRL kedatangan seseorang untuk menagih utang yang ia pinjam. Total uang yang diminta orang tersebut senilai Rp18 juta.
Malam sebelum ia ke makam itu, rumah SRL kedatangan seseorang untuk menagih utang yang ia pinjam. Total uang yang diminta orang tersebut senilai Rp18 juta.
Padahal, utang yang SRL pinjam sebenarnya hanya Rp2 juta pada beberapa pekan lalu. Kala itu, SRL terpaksa meminjam uang untuk mengobati anak satunya yang masih duduk di SMP karena cedera ketika bermain bola.
Baca Juga: Tempat Pesugihan Kandang Bubrah di Wonogiri Sempat Bikin Warga Terbelah
Atas dasar itu, pada Selasa siang, ia dan satu anak bungsunya memutuskan pergi ke Makam Tembungboyo. Ia sudah menyiapkan sejumlah uang untuk membeli uba rampe yang menjadi syarat melakukan ritus pesugihan kandang bubrah.
Marhaendi, tokoh masyarakat Purwantoro yang mengetahui hal itu, menyarankan SRL tak perlu melakukan pesugihan. Ia menyarankan uang ratusan ribu yang sudah disiapkan membeli uba rampe (kembang, dupa, ayam panggang, dan lain-lain) lebih baik disimpan atau dibelikan untuk kebutuhan hidupnya.
"Ibu kalau berdoa, memohon, dan minta petunjuk, langsung saja enggak apa-apa. Enggak perlu pakai uba rampe. Toh juru kuncinya lagi enggak ada. Lebih baik ibu berdoa sendiri, terus pulang," kata Hendi kepada SRL.
Baca Juga: Cerita Pencari Pesugihan Kandang Bubrah Wonogiri, Bangun Rumah agar Tak Celaka
Kepada Esposin, Hendi menjelaskan, pesugihan kandang bubrah baru ramai sejak setahun terakhir karena banyak Youtuber yang membuat konten tentang pesugihan di Makam Tembungboyo. Sayangnya, ada beberapa konten yang berisi ngawur. Misalnya, terkait uba rampe.
Menurutnya, sebelum ada konten-konten itu, tidak ada persyaratan seorang yang mau melakukan pesugihan harus mempersembahkan ayam panggang.
"Di konten video itu ada yang menyebut uba rampen-ya ini dan itu. Padahal, dulu enggak ada semacam itu. Memang kalau makam ini sudah dikenal sebagai tempat pesugihan dari dulu, tapi syaratnya enggak banyak. Tapi sudah banyak orang yang percaya itu. Yang kasihan itu kalau ada orang yang benar-benar enggak punya uang, terus memaksa diri buat beli uba rampe-nya itu, kalau ditotal bisa sampai Rp500.000-an," ujar Hendi.
Dia mengatakan di Wonogiri sebenarnya tidak hanya Makam Tembungboyo yang menjadi tempat pesugihan. Ada beberapa tempat lain, seperti di Desa Bakalan, Kecamatan Purwantoro atau di Kecamatan Puhpelem, dan beberapa kecamatan lain.
Baca Juga: Ternyata, Banyak Orang Tertipu saat Mencari Pesugihan Kandang Bubrah Wonogiri
Warga Kecamatan Slogohimo, Agus Tri Wibowo, juga mengungkapkan hal serupa. Ada beberapa tempat yang cukup dikenal sebagai tempat pesugihan. seperti di Jatipurno, Slogohimo, dan Tirtomoyo. Hal itu sudah banyak diketahui sejak lama.
"Tidak hanya di Makam Tembungboyo. Di Wonogiri hal semacam itu banyak, tersebar di beberapa kecamatan," kata Agus saat ditemui Esposin di Pasar Slogohimo.