Langganan

Ketika Teman Tuli Bercerita Lewat Foto - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Dhima Wahyu Sejati  - Espos.id Solopos  -  Senin, 22 Mei 2023 - 17:08 WIB

ESPOS.ID - Pameran foto bertema Teman Tuli Bercerita di Nalla Caffe. Foto diambil Minggu (21/5/2023). (Solopos.com/Dhima Wahyu Sejati)

Esposin, SOLO—Malam itu agak spesial karena teman-teman tuli berusaha bercerita banyak lewat foto. Mereka memotret kegiatan sehari-hari dan memamerkannya di Nalla Coffee, Punggawan, Banjarsari, Solo Minggu (22/5/2023) malam.

Ada belasan foto terpajang di dinding kafe. Menariknya beberapa dari mereka, memberanikan diri untuk menceritakan proses kreatifnya kepada pengunjung pameran bertajuk Teman Tuli Bercerita.

Advertisement

Puput Lestari, salah satu teman tuli yang memotret jalan lurus di sebuah taman. Dia berusaha menggambarkan jalan yang jauh, panjang, dan banyak tantangan bagi disabilitas.

Sebagai disabilitas tuli, dia kesulitan mendapatkan akses dan pelayanan publik layaknya teman dengar pada umumnya. "Kami perlu dukungan berupa akses," kata dia dengan bahasa isyarat, Minggu.

Advertisement

Sebagai disabilitas tuli, dia kesulitan mendapatkan akses dan pelayanan publik layaknya teman dengar pada umumnya. "Kami perlu dukungan berupa akses," kata dia dengan bahasa isyarat, Minggu.

Salah satu pengalamannya ketika pergi ke salah satu puskesmas. Dia merasa kesulitan mendapatkan informasi pelayanan lantaran para petugas tidak memahami bahasa isyarat. Terlebih kala itu petugas memakai masker, sehingga dia tidak bisa melihat dan membaca gerak bibir.

“Di sana tidak ada akses informasi dan orang yang bisa berkomunikasi dengan isyarat. Ketika bingung apa yang harus dilakukan, jalan terakhir adalah berkomunikasi pakai tulisan,” lanjut dia.

Advertisement

“Saat kuliah, banyak teman Dengar yang bahasanya terlalu tinggi untuk saya. Saya juga cukup kesulitan dalam berkomunikasi dengan dosen. Banyak yang tidak tahu bahwa Tuli kesulitan berbahasa Indonesia yang terstruktur,” kata dia.

Menurut dia, seharusnya ada lebih banyak diskusi mengenai budaya tuli dan bahasa isyarat supaya lebih banyak orang di kampus tahu bagaimana berinteraksi dengan taman tuli. “Dan [ketika kuliah perlu] diterjemahkan oleh juru bahasa isyarat [JBI],” lanjut dia.

Teman tuli lain, Jayeng Pranoto memotret kegiatannya ketika mengajar di TPA Sahabat Al-Ashom yang merupakan tempat belajar Iqro’ khusus tuli. TPA itu bertempat di Islamic Center Sahabat, Selokaton, Gondangrejo.

Advertisement

Dia tidak sendiri, kepada Esposin Jayeng bercerita dirinya dibantu dua pengajar lain yakni Muhammad dan Hajri. Dia resah dengan keadaan anak-anak tuli usia tujuh tahun ke atas belum bisa membaca Al-Qur'an. “Padahal anak-anak yang bisa dengar sudah banyak yang lancar,” kata dia ketika berbincang dengan Esposin, Minggu.

Dia mengatakan sebenarnya, anak-anak Tuli bersemangat melafalkan Al-Qur'an dengan bahasa isyarat. Sayangnya, masih sedikit tempat untuk belajar isyarat hijaiyah. Terlebih dukungan dana dan SDM pengajar masih sangat terbata.

“Saya ingin bersama-sama menyediakan tempat untuk belajar isyarat Arab. Saya juga berharap lebih banyak tuli bisa menulis huruf hijaiyah,” kata dia.

Advertisement

Teman tuli lain yang juga perwakilan dari Gerkatin Solo, M. Ismail mengambil suasana kolam yang cukup tenang dan besar. 

“Foto ini menunjukkan keindahan, perasaan nyaman dan menyatu dengan alam, hal yang menggambarkan harapan saya untuk advokasi tuli,” kata dia.

Ismail bekerja di organisasi advokasi, menurutnya masih banyak pekerjaan rumah yang perlu dilakukan bersama. Terutama akses layanan publik yang tidak ramah untuk difabel.

Dia berharap pemerintah dan orang-orang lain bisa lebih melibatkan dan memperhatikan teman-teman tuli.

“Misalnya berupa JBI dan running text kepada teman Tuli. Saya juga berharap, agar Teman Tuli terus mengadvokasi kebutuhan Tuli dan selalu berkontribusi untuk lingkungan yang lebih inklusif,” kata dia.

Melalui pameran foto bertema Teman Tuli Bercerita, kampanye dan advokasi tentang teman tuli bisa tersampaikan. “Termasuk teman-teman tuli terus mau [melakukan advokasi] memperjuangkan bahasa isyarat dan memperjuangkan fasilitas yang mendukung di Kota Solo,” kata dia. 

Advertisement
Ahmad Mufid Aryono - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif