Langganan

Ketekunan dan Kesabaran, Cara Mulai Pertanian Hidroponik ala Pemuda Sragen - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Galih Aprilia Wibowo  - Espos.id Solopos  -  Kamis, 13 Oktober 2022 - 09:14 WIB

ESPOS.ID - Pemilik Stasiun Hidroponik Sragen, Hediono memperlihatkan kebun hidroponik miliknya di Desa Majenang, Kecamatan Sukodono, Sragen pada Kamis (6/10/2022). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo)

Esposin, SRAGEN -- Pertanian hidroponik walaupun terlihat mudah, namun cukup membutuhkan ketelatanya bagi orang yang ingin serius mengembangkannya.

Sistem teknologi hidroponik adalah budi daya tanaman dengan memanfaatkan air sebagai media tumbuhnya dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman.

Advertisement

Pemuda asal Desa Majenang, Kecamatan Sukodono, Sregan, Hediono, 28, mengatakan bahwa modal awal yang harus dipunyai bagi yang ingin memulai bertani dengan sistem hidroponik adalah kesabaran dan ketekunan.

"Kalau orang tertarik pada omzetnya, tidak akan bertahan lama. Awal-awal tentu akan gagal panen," terang Hediono pada Esposin di Kebun Stasiun Hidroponik Sragen, miliknya, Kamis (6/10/2022).

Advertisement

"Kalau orang tertarik pada omzetnya, tidak akan bertahan lama. Awal-awal tentu akan gagal panen," terang Hediono pada Esposin di Kebun Stasiun Hidroponik Sragen, miliknya, Kamis (6/10/2022).

Ia mengatakan untuk modal awal membangun instalasi media tanam hidroponik, untuk satu meja dengan ukuran 1,6 meter x 8 meter, dengan total 320 lubang media tanam, saat ini paling tidak membutuhkan dana Rp8 juta. Berbeda dengan awal ia merintis pada 2019 lalu, yang hanya membutuhkan modal Rp3 juta.

Dalam satu meja, paling tidak sedikit menghasilkan total sayuran hampir 20kg/bulan.

Advertisement

Pria yang juga alumnus S2 Manajemen Universitas Islam Batik (Uniba) Solo ini, mengatakan keuntungan dari bertani hidroponik bisa dilakukan dimana saja. Contohnya ia yang memanfaatkan lahan tidak produktif di belakang rumahnya, seluas 4.000 meter persegi yang dulunya kebun pohon jati.

Ia membutuhkan waktu dua bulan untuk menyulap kebun jati menjadi kebun hidroponiknya sekarang.

Musuh utama dari pertanian hidroponik adalah jamur, utamanya pada musim peralihan seperti saat ini, untuk menghilangkan jamur ia masih memakai pestisida yang disemprot ke tananam.

Advertisement

"Ada tiga jenis pertanian dengan sistem hidroponik, yaitu irigasi tetes, rakit apung, dan NFT atau aliran setipis film. Untuk kebun saya menggunakan sistem NFT," tambah dia.

Tantangan dari sistem hidroponik yang dipakainya adalah sekali airnya mati maka semua sayuran akan mati. Saat ini ia mempunyai 21 meja, dengan 8.000 media tanam, yang membutuhkan air kurang lebih 6.000 liter untuk dialirkan setiap harinya. Untuk pengairan ia menggunakan sumur dalam.

Kemudian sayuran yang ia tanam pun beragam, mulai dari selada merah, selada hijau, sawi, kangkung, dan lainnya. Untuk kangkung bisa dipanen dalam kurun 20 hari, sedangkan selada membutuhkan waktu 45 hari.

Advertisement

"Misalnya sawi, ada tiga masa tanam, yaitu penyemaian, peremajaan, dan pendewasaan. Penyemaian dan peremajaan membutuhkan waktu 14 hari, kemudian sebelum panen, waktu pendewasaan membutuhkan waktu 21 hari," tambahnya.

 

Advertisement
Ahmad Mufid Aryono - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif