by Newswire - Espos.id Solopos - Sabtu, 23 Oktober 2021 - 12:19 WIB
Esposin, SOLO — Banyak penasaran kenapa Kota Solo tidak menjadi daerah istimewa seperti Yogyakarta?
Pertanyaan tersebut kerap datang dari masyarakat Kota Solo, terutama para pendatang yang bekerja di kota yang dijuluki sebagai Kota Bengawan ini.
Baca Juga: Profil Sukmawati Soekarnoputri, Ibunda Paundra yang Pindah Agama Hindu
Apalagi Kota Solo sempat menyandang predikat tersebut pada September-Oktober 1945.
Apalagi Kota Solo sempat menyandang predikat tersebut pada September-Oktober 1945.
Bahkan, tuntutan Solo menjadi daerah istimewa sudah ada sejak dahulu, salah satunya datang dari abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta.
Baca Juga: Doa dan Amalan Jika Mengalami Kesulitan Keuangan, Biar Rezeki Lancar
Mengutip Detik.com, sejarawan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Prof Djoko Suryo mengatakan, ada hambatan dan prosesnya tak mudah untuk menjadikan Kota Solo sebagai daerah istimewa lagi.
Baca Juga: Ini Hari yang Bagus Berhubungan Suami Istri Menurut Islam, Malam Jumat?
"Ada hambatan untuk mendukung gagasan itu dan ini juga tidak mudah," terang dia, 2010 silam.
Bukan hanya tak mudah, ada alasan lain kenapa Kota Solo tidak menjadi daerah istimewa seperti Yogyakarta.
Baca Juga: 5 Jurusan Kuliah yang Menjanjikan Gaji Tinggi dan Cepat Dapat Kerja
Djoko mengatakan sejak Kota Solo menjadi daerah istimewa dari 1 September 1945 hingga Oktober 1945, terjadi gerakan-gerakan revolusi sosial yang juga muncul di berbagai daerah di Indonesia, seperti Sumatra Utara, hingga pantura Jawa.
"Tapi kemudian dalam perjalanan sejarah, ada yang membedakan nasib Surakarta dan Yogyakarta, terjadi peristiwa, yakni terjadi gerakan-gerakan revolusi sosial yang merupakan gerakan antiswapraja [antifeodalisme]," ungkap Djoko.
Baca Juga: Daftar 106 Pinjol Resmi Terdaftar OJK 2021, Jangan Sampai Salah Pilih!
Bahkan, kelompok dalam gerakan tersebut menculik dan membunuh Pepatih Dalem Kasunanan KRMH Sosrodiningrat. "Saat itu Surakarta menjadi kacau. Kala itu, yakni pada Januari 1946, Yogyakarta menjadi ibu kota Republik," imbuh Djoko.
Akibat adanya gerakan yang menimbulkan penculikan dan kekerasan terhadap sejumlah pejabat Kasunanan, Daerah Istimewa Surakarta (DIS) dibubarkan.
Baca Juga: Asal Usul Mitos Larangan Menikah Orang Mayang dengan Pajang Solo
Djoko menegaskan kenapa Solo tidak menjadi daerah istimewa seperti Yogyakarta dikarenakan 'kecelakaan'. Djoko berpendapat, kala itu Sunan di Surakarta masih muda sehingga tidak sesigap Sultan di Yogyakarta di awal-awal bergabungnya dengan Republik ini. Sehingga muncul ketidakpuasan dari gerakan antiswapraja.